Takdir Cinta

Kejadian ini tak hanya melukai Sekar saja tapi juga Adrian, ia tahu Widia juga istrinya, namun tak terbesit sedikitpun dalam dirinya untuk menyentuh wanita selain Sekar

"Maafkan aku" lirihnya, Sekar mengerti kegundahan hati suaminya. Ia balikkan tubuhnya menatap manik hitam yang tengah mengembun

"Kenapa minta maaf?"

"Mas sudah menyakiti kamu!" Adrian tak dapat lagi menyembunyikan kesedihannya. Ia menunduk, membiarkan cairan bening perlahan turun

"Mas gak pernah menyakiti aku, aku baik-baik saja. Mas bisa lihat sendiri!" Sekar menangkup kedua pipi sang suami mencoba mengangkat wajahnya kembali

"Lihat aku mas!"

Adrian menatap wajah cantik istrinya, rasa bersalah itu kembali menghampirinya. Ia kutuk ketidakberdayaan dirinya sebagai seorang suami

Sekar tersenyum begitu manis, seolah semuanya baik-baik saja. Wajah keduanya mendekat menempelkan kening menciptakan suasana yang nyaman dan menenangkan

Kenapa kebahagian seolah enggan menghampiri pernikahan mereka, menjadikan hadirnya pewaris sebagai tolak ukur sebuah kebahagiaan

Adrian tidak peduli dengan ada atau tidaknya seorang anak, baginya Sekar saja sudah lebih dari cukup, namun keadaan seolah tidak membiarkan mereka bahagia dengan cukup memiliki satu sama lainnya

"Aku mencintai kamu!"

"Aku juga mencintai kamu mas!"

Adrian kecup kening wanitanya dengan sangat lembut, kemudian membawa Sekar dalam pelukannya yang hangat, ia tahu wanita itu tak sekuat kelihatannya, terbukti dengan isak tangis yang mulai terdengar

"Maafkan aku mas, harusnya aku bisa lebih kuat. Tapi aku malah lemah seperti ini!" Keluhnya masih berada dalam dekapan suaminya

"Kamu tidak lemah, mas tahu kamu kuat. Kamu adalah perempuan yang paling kuat yang pernah mas kenal" Adrian mengeratkan pelukannya

"Tidak ada seorang istri yang rela membagi suaminya dengan alasan apapun Sekar. Tapi kamu, kamu menerima semuanya hanya demi kebahagiaan ibuku tanpa berpikir jika hal itu menyakitimu"

"Andai aku bisa memiliki keturunan, mungkin semua ini tidak perlu terjadi"

"Asalkan kamu selalu disamping aku, semuanya akan terasa ringan sayang. Kamu adalah kekuatan untuk mas dalam menghadapi segala kesulitannya!"

Adrian mengurai pelukannya, satu kecupan lembut ia berikan pada kening istrinya lalu turun ke arah bibir ranum itu

Cukup lama, hingga Adrian melepaskan tautan bibir keduanya saat dirasa cukup dan keduanya mulai mengatur kembali napas yang terengah

"Aku mencintai kamu Sekar, sangat mencintai kamu!"

Sekar tersenyum, kembali ia sandarkan kepalanya pada dada bidang Adrian karena disana ia merasa sangat nyaman

"Kita tidur sekarang!" Ajak Adrian

Tak banyak bertanya, Sekar menganggukkan kepalanya. Membiarkan sang suami menuntunnya hingga kembali kedalam kamar

Sekar berbaring, menjadikan lengan berotot milik suaminya sebagai bantal. Adrian dengan lembut mengusap rambut panjang yang terasa begitu halus

"Gimana jalan-jalannya?" Keduanya tak menaruh curiga jika Nina ikut andil dalam kejadian siang tadi

"Seneng, tadi aku beliin mas kemeja. Bagus deh, warnanya biru"

Adrian tersenyum, Sekar memang seperti ini. Jika sudah jalan-jalan maka yang terpikir hanyalah barang milik suaminya

"Terus kamu beli apa?"

"Nggak ada, aku cuma manicure aja"

"Kenapa gak beli sesuatu?"

"Baju aku masih banyak banget, barang yang lain juga, mubazir kalau beli lagi"

"Dasar" Adrian menekan hidung mancung istrinya lalu keduanya tertawa bersama

Kebersamaan yang selalu Adrian inginkan dan hanya akan ia lakukan bersama wanita yang sangat ia cintai yaitu Sekar

"Jangan pernah tinggalkan aku Sekar!"

"Kenapa mas Adrian mikirnya gitu" Sekar mendongak menatap wajah suaminya

"Mas cuma takut kamu pergi dan meninggalkan mas sendri, rasanya mas ingin mati saja"

Tangan Sekar reflek menutup mulut suaminya, membayangkan dirinya terpisah dari pria yang telah menikahinya selama lima tahun itu rasanya ia tidak akan sanggup

"Jangan pernah bicara seperti itu lagi. Aku tidak akan meninggalkan kamu jika bukan kamu sendiri yang memintaku untuk pergi!"

Sekar lalu mengeratkan pelukannya pada tubuh sang suami

"Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi!" Adrian pun mengeratkan pelukannya hingga keduanya diam dan bersama mengarungi alam mimpi

***

Seperti biasa, pagi ini Sekar akan menyiapkan sarapan bagi keluarganya

Widia keluar lebih dulu dengan wajah yang begitu cerah, penampilannya juga sudah rapi dengan dress selutut yang menampakkan lekuk tubuhnya yang bak gitar spanyol itu

Adrian tiba dimeja makan, hal pertama yang ia lakukan adalah melabuhkan kecupan pada pipi wanitanya

"Selamat pagi"

"Pagi mas" Sekar lalu berbalik dengan wadah berisi nasi goreng buatannya

"Loh kok dasinya belum dipake sih mas?"

"Abisnya kamu udah gak ada dikamar!" Adrian terlihat tengah merajuk

"Kamu tuh yaa!"

"Biar aku pakein aja mas!" Sahut Widia yang sudah bangun dari duduknya

"Tidak perlu!" Tegas Adrian menolak, wajahnya juga tidak bersahabat. Widia dapat menebak jika pria itu masih marah karena hal semalam

"Ya udah sini!" Dengan lembut Sekar meraih dasi milik suaminya lalu mengikatnya "Udah, sekarang ayo sarapan!"

Ketiganya lalu sarapan bersama, tak ada percakapan semuanya hanya fokus pada makanan masing-masing

"Hari ini aku mau pemotretan ya mas" pamit Widia

"Hmm" Adrian hanya menjawab berupa gumaman

"Mbak Sekar ikut kan?"

"Nggak!" Sekar tak menjawab karena Adrian lebih dulu menolak dengan tegas

"Tapi aku cuma pengen di temenin mas"

"Ya udah kamu ajak Lilis sana! Sekar gak boleh ketempat itu lagi"

Widia menatap kesal suaminya, harusnya ini menjadi peluang bagus karena Sean mau memberikan kesempatan kedua asal Widia bisa membawa Sekar

"Maaf ya Wid, mau aku minta Lilis aja buat nemenin kamu?" Sekar menawarkan dengan lembut

"Gak perlu mbak, aku mau minta mama aja buat nemenin"

"Yaudah!"

"Ayo! Mas udah selesai" Adrian menggenggam tangan istrinya, seperti biasa Sekar harus mengantarkan suaminya hingga ke beranda depan rumah

"Ck, aku heran sama semua cowok didunia ini. Gak mas Adrian gak Sean semuanya tergila-gila sama Sekar!" Gerutu Widia yang terdengar oleh Lilis

"Mbak Sekar kan emang cantik, makanya cowok-cowok pada klepek-klepek!" Ucap Lilis tanpa menoleh

"Maksud kamu saya gak cantik gitu?" Widia terdengar ketus

"Lilis gak ngomong gitu, cuma emang mbak Sekar itu cantiknya beda. Cantiknya dari dalam diri!"

Widia tak menyahut lagi, rasanya telinganya cukup panas mendengar pujian atas nama Sekar yang terdengar dari semua orang. Bahkan sampai hari ini Sean masih menggaungkan nama itu

"Wid, ada apa? Muka kamu keliatan kesel?" Sekar baru saja tiba

"Gak tau, udahlah aku mau berangkat sekarang!" Widia pergi begitu saja

"Ada apa sama dia? Kamu ngomong sesuatu ya Lis?"

"Enggak kok mbak, emang dianya aja yang gampang kesel. Iri kali kali sama mbak Sekar"

Lilis memang tidak menyukai Widia sejak pertama wanita itu menjadi istri Adrian yang merupakan majikannya