NovelToon NovelToon
Heroes

Heroes

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi
Popularitas:44.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Agam menyusup ke dalam organisasi rahasia bernama Oscuro. Sebuah organisasi yang banyak menyimpan rahasia negara-negara dan juga memiliki bisnis perdagangan senjata.

Pria itu harus berpacu dengan waktu untuk menemukan senjata pemusnah masal yang membahayakan dunia. Apalagi salah satu target penyerangan adalah negaranya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Serangan di Rumah Sakit

Agam segera mengikuti langkah Liam keluar dari ruang rawat. Ketika keduanya melintasi lobi untuk menuju lift, terdengar suara rentetan tembakan dari arah jalan di depan rumah sakit. bergegas keduanya mendekati pintu keluar.

Beberapa pengunjung rumah sakit langsung terlihat panik. Mereka berhamburan mencari tempat persembunyian. Bahkan yang berada di luar, ikut masuk ke dalam rumah sakit.

Dari balik pintu rumah sakit, Agam melihat pasukan tentara Sudan sedang beradu tembak dengan sekelompok teroris. Rupanya mereka belum sepenuhnya habis. Mendengar teman-temannya yang menguasai Abu Hamad sudah ditaklukkan, membuat mereka kembali mendatangi kembali Abu Hamad. Membawa lebih banyak pasukan dan senjata.

Ilsa yang mendengar itu bergegas keluar dari ruang perawatan. Rene susah payah mencoba meraih kursi roda, lalu ikut menyusul keluar. Sambil menggulirkan roda kursinya, dia berusaha menyusul Ilsa yang sudah lebih dulu sampai di dekat Agam.

“Ada apa?”

“Sepertinya pasukan teroris sudah kembali. Mereka datang dengan jumlah yang lebih banyak dan persenjataan yang lebih lengkap.”

“Aku akan menghubungi Ortega.”

Rene mengambil ponselnya lalu menghubungi Ortega. Pria itu menjelaskan situasi yang terjadi di Abu Hamad sekarang. Ortega akan segera mengirimkan pasukan untuk membantu di sana.

“Ortega akan segera mengirimkan pasukan ke sini.”

“Butuh waktu sekitar dua puluh menit untuk mereka sampai ke sini. Kita harus mengulur waktu, jangan sampai mereka berhasil menguasai rumah sakit dan menimbulkan banyak korban.”

“Aku setuju apa yang dikatakan Mario. Apa kamu punya ide?”

“Pertama-tama kita amankan dulu semua pengunjung dan staf. Kemana kita bisa mengungsikan mereka?” Agam melihat pada Liam.

Dokter bedah itu segera mencari pegawai rumah sakit. Liam menanyakan sebuah tempat yang bisa menampung banyak orang dan terhindar dari serangan dari luar.

“Kita bisa pakai aula yang ada di lantai tiga.”

“Kalau begitu arahkan semuanya ke sana.”

Dibantu pegawai lain dan petugas keamanan, mereka segera mengevakuasi korban menuju aula yang ada di lantai tiba. Fahad tidak tinggal diam, dia ikut membantu. Walau sebelah tangannya belum bisa digerakkan, namun dia masih bisa bergerak bebas.

“Ilsa, bagaimana persenjataan kita?” tanya Agam.

“Sebagian ada di sini, sebagian lagi ada di mobil.”

“Apa amunisi yang kita miliki cukup?”

“Entahlah, sepertinya tidak.”

Pintu masuk rumah sakit yang sudah tertutup, tiba-tiba digedor dari luar. Seorang tentara Sudan terlihat tengah memapah temannya. Bergegas Liam membukakan pintu. Pria itu segera memanggil Jalal dan Aisyah.

“Dia hanya terserempet peluru. Kamu bisa menanganinya?” Liam melihat pada Jalal.

“Iya.”

“Siapa nama mu?” tanya Agam pada tentara yang baru saja membawa masuk temannya yang terluka.

“Ibrahim.”

“Ibrahim, bagaimana situasi di luar?”

“Buruk. Kami kalah jumlah. Beberapa dari kami tidak selamat. Makanya aku mengantarkan teman ku yang tertembak tadi ke sini.”

“Ada berapa jumlah kalian.”

“Semula ada 30 personil, lima meninggal, satu terluka. Hanya tersisa 24 personil lagi. Kami hampir kehabisan amunisi.”

“Berapa jumlah musuh?” tanya Ilsa.

“Mungkin seratus dengan persenjataan lengkap.”

“Oke, kami akan membatu kalian sebisa kami. Kita akan menahan musuh selama mungkin sampai bantuan dari Oscuro tiba.”

“Apa yang harus aku lakukan?”

“Kamu tetap di sini bersama kami. Kamu dan Rene bisa ke atap dan membantu serangan dari sana. Apa kamu bisa?”

“Ya, bisa.”

“Liam, apa luka teman Ibrahim parah?”

“Tidak. dia hanya terserempet peluru, di bagian kakinya. Tangannya masih bisa memegang senjata.”

“Oke. Fahad dan teman Ibrahim akan berjaga di depan aula. Usahakan jauhkan orang-orang dari kaca. Buat pelindung di bagian kaca, agar peluru tidak langsung menembus kaca.”

“Baiklah.”

Bergegas Fahad menuju aula di lantai tiga. Jalal yang sudah selesai menangani teman Ibrahim ikut pergi ke lantai tiga. Semua persenjataan yang ada di ruang rawat inap, sudah diberikan pada Rene, Fahad dan Ilsa.

“Ilsa, kamu berjaga di sini. aku akan mengambil senjata di mobil. Di mana kamu memarkirkan mobil?”

“Di bagian samping bangunan rumah sakit.”

“Oke. Liam, apa kamu tidak ke aula?”

“Aku akan ikut dengan mu.”

“Baiklah.”

Agam dan Liam menuju pintu samping rumah sakit. Sambil mengendap-endap, keduanya menuju mobil yang jaraknya sekitar dua puluh meter dari pertempuran. Keduanya berjalan merunduk ke dekat mobil. Pelan-pelan Agam membuka bagasi, kemudian mengeluarkan senjata dari dalamnya. Di sana hanya ada satu buah senapan runduk dan dua pistol. Agam mengambil juga amunisi. Dia memberikan satu pistol pada Liam.

“Apa kamu masih tahu cara menembak?”

“Tentu saja.”

“Aku akan ke sana,” Agam menunjuk pada sebuah ambulans yang terparkir tidak jauh dari mereka.

“Aku ke sana,” Liam menunjuk ke arah berlainan.

Keduanya segera bergerak menuju posisi masing-masing. Agam berjongkok di samping ambulans. Dengan senapan runduknya dia mulai menembaki pasukan teroris. Dalam waktu cepat posisi Agam sudah diketahui musuh. Kini arah serangan terbagi dua, ke arah tentara Sudan dan Agam.

Dari arah dalam rumah sakit, Ilsa ikut bantu menyerang. Demikian pula dari atap. Rene dan Ibrahim mulai menembaki musuh dari ketinggian. Dari sebelah kiri, Liam juga ikut menyerang. Kini musuh mendapat serangan dari berbagai arah.

Liam berpindah ke tempat yang lebih aman. Dia lebih dulu mengisi pistolnya yang kehabisan peluru. Jika sebelumnya dia berperang menggunakan pisau bedah untuk menyelamatkan pasien, sekarang dia berperang melawan musuh menggunakan senjata. Namun Liam tidak punya pilihan, saat ini dia harus bertahan hidup agar bisa menyelamatkan nyawa orang lain.

Setelah mengisi senjatanya, Liam kembali menembakkan senjatanya. Sebenarnya dia bisa saja membidik tepat sasaran ke daerah vital, namun pria itu menghindarinya. Dia hanya menembakkan peluru untuk melumpuhkan musuh, seperti menembak kaki atau tangan.

Di lantai tiga, tepatnya di aula, keadaan tak kalah mencekam terjadi. Karena serangan dari atas rumah sakit, para teroris mulai menembakkan senjata ke arah rumah sakit. Beberapa kali peluru meluncur ke lantai tiga. Semua kaca yang menghadap jalan sudah ditutupi oleh meja atau alat lain yang bisa menahan peluru.

Semua yang ada di aula bersembunyi di sudut ruangan, agar terhindar dari tembakan. Fahad masuk ke dalam aula. Di tangannya terdapat granat asap dan granat kejut. Pria itu memecahkan kaca di bagian sudut kemudian berturut-turut melemparkan granat ke bawah. Asap langsung memenuhi bagian depan rumah sakit, dan terus naik ke atas. Hal tersebut membuat teroris kesulitan untuk menembak. Ditambah lagi dengan granat kejut yang sukses membuat mereka linglung sesaat.

Agam masih bertahan di tempatnya. Sekarang pria itu sudah tidak menggunakan lagi senapan runduk karena sudah kehabisan amunisi. Kini dia hanya mengandalkan pistol di tangannya. Matanya melihat pada Liam.

“Liam!! Bagaimana dengan mu?!”

“Aku baik, tapi aku kehabisan peluru!”

“Aku juga!” jawab Agam.

Agam melihat peluru yang ada di pistolnya. Hanya tersisa dua peluru lagi. Pria itu berlari ke arah Liam. Beberapa kali dia harus merunduk untuk menghindari tembakan. Agam berlari sambil menembakkan peluru terakhirnya dan berhasil membuat dua teroris tumbang. Di saat bersamaan dia tiba di dekat Liam.

“Berapa lama lagi Oscuro akan datang?” tanya Liam.

“Entahlah, mungkin sepuluh menit lagi,” Agam melihat jam di pergelangan tangannya.

“Tentara Sudan sudah kewalahan. Sepertinya mereka sudah kehabisan peluru. Bantuan dari pihak mereka juga belum datang. Kita tidak akan bertahan sampai sepuluh menit tanpa amunisi. Jumlah musuh masih terlalu banyak. Apa rencana mu?”

“Kamu lihat truk di sana?”

Agam menunjuk sebuah sebuah truk tronton yang berada sekitar seratus meter dari mereka. Mata Liam mengikuti arah telunjuk Agam.

“Di sana tempat mereka menyimpan senjata. Kita harus ke sana. Kita bawa senjata ke dekat pintu samping supaya Ilsa bisa mengakses senjata. Begitu juga dengan Rene dan Ibrahim.”

“Tapi di sana pasti dijaga ketat. Apa kamu yakin bisa?”

“Kita harus mencoba. Kita tidak punya pilihan. Maju merebut kendaraan itu atau bertahan sampai mati sampai bantuan datang?”

“Baiklah, ayo kita lakukan.”

“Bagaimana kemampuan beladiri mu?”

“Lumayan,” jawab Liam tak yakin.

Agam hanya terkekeh mendengar jawaban mengambang Liam. Pria itu mengambil ponselnya kemudian menghubungi Ilsa.

“Ada apa?”

“Apa kamu masih ada amunisi?”

 “Ya, aku masih bisa bertahan sebentar lagi. Kenapa?”

“Aku dan Liam akan mengambil truk persenjataan musuh.”

“Apa kamu yakin?”

“Akan ku usahakan. Bantu kami semampu mu ketika kami memindahkan truk ke pintu samping. Hubungi Rene dan Ibrahim untuk turun mengambil senjata. Mereka pasti sudah kehabisan amunisi.”

“Oke.”

Agam segera mengakhiri panggilan. Keduanya mengawasi truk yang akan mereka bajak, menghitung musuh yang harus mereka hadapi.

“Kamu siap?” Agam melihat pada Liam. Sejenak pria itu menarik nafas panjang.

“Ok, let’s go!”

Keduanya segera bergerak mendekati truk tronton yang berisi persenjataan teroris. Tidak ada senjata di tangan mereka karena sudah kehabisan amunisi.

***

Besok aku libur🤗

Mohon doanya semoga karya ini lolos retensi dan bisa dikontrak, aamiin🤲🏻

1
Ria alia
Waah waah ada c rewel ga dmna2 ya ngeselin bngt 🤦‍♀️
dewi rofiqoh
Wah belum apa-apa sudah ada yg mau menghabisi anggota baru
sakura hanae @ mimie liyana❤️
Wah wah.... Ada drama Palestine dan Israel ini
choowie
liam tuh perawat kamu bantuin
choowie
diih siapa elu
choowie
bagus gak ada kata senior junior...tapi skill
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
nah loh 😂 selalu menganggap remeh kemampuan orang lain hanya karena lebih senior 😂
choowie
berati teman agam juga ya
choowie
kirain Ortega yg sudah membunuhnya
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
siapa ya teman Ayumi yg sudah membantunya
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
kode imma buat Ayumi nih 😂
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
tapi semoga saja masih hidup ya dan ada yg menolongnya
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
klo iya Ferdy tuh Duta kasihan banget ya dia meninggal tanpa keluarganya tahu dia dimana kuburannya
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●ꨄIႶძiჁმᦗ●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
kesan pertama jd member Oscuro di-re-meh-kan sama member lama🤭
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
waduh...
🇮🇩2Z◌ᷟ⑅⃝ͩ●🤎⃟dí́ժαհᄂ⃟ᙚ🥑⃟𝐐⃟
AQ rasa sesuai Bun....pemeran Ippe dan Imma.....cocok dgn peran yg di bawakannya .....cok curocokk👍🏻🙏🏻
🇮🇩2Z◌ᷟ⑅⃝ͩ●🤎⃟dí́ժαհᄂ⃟ᙚ🥑⃟𝐐⃟
hadeuhhh ...Lavi harus di tatar P4 sama Agam biar gk semena mena sama kaum muslim.....Agam tolong Aisyah....si Lavi kasih kultum nohh biar gk gangguin Aisyah 🤔
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤ʝυͥтͫєͣкᷤᏦ͢ᮉ᳟❀∂я
gantengan nuelle dibandingkan ipe🤣🤣
🇮🇩2Z◌ᷟ⑅⃝ͩ●🤎⃟dí́ժαհᄂ⃟ᙚ🥑⃟𝐐⃟
wleee 😜
tepat apa yg di katakan dr Liam..... emangnya ajang pencarian bakat .....disini gk ada senior atw junior.....yg penting sigap , siaga dlm nanganin korban dgn cekatan.....menolong nyawanya biar selamat itu aja .....percuma kalo tingkatannya udah tinggi tp hanya di panjang untuk di banggakan buat apa ...gkda guna /Proud/
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦⒋ⷨ͢⚤ʝυͥтͫєͣкᷤᏦ͢ᮉ᳟❀∂я
emang nya Aisyah suka kamu kayaknya enggak deh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!