Bekerja sebagai tim pengembangan di sekolah SMA swasta membuat Hawa Tanisha bertemu dengan musuh bebuyutannya saat SMA dulu. Yang lebih parah Bimantara Mahesa menjadi pemilik yayasan di sekolah tersebut, apalagi nomor Hawa diblokir Bima sejak SMA semakin memperkeruh hubungan keduanya, sering berdebat dan saling membalas omongan. Bagaimana kelanjutan kisah antara Bima dan Hawa, mungkinkah nomor yang terblokir dibuka karena urusan pekerjaan? ikuti kisah mereka dalam novel ini. Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HANYA TERINGAT
Hawa dan Bu Dyah sudah siap bertanding bulu tangkis. Kenapa pilih Hawa dan Bu Dyah? Hawa sudah dikenal sebagai mantan atlet tingkat sekolah, auto dipilih untuk lomba Bulu Tangkis dan Voli besok. Sedangkan Bu Dyah, ya karena beliau yang menyodorkan diri. Toh ibu-ibu lain juga gak mau, merasa gak bisa. Tapi Hawa yakin sih, bukan pertandingan Bulu Tangkis ini nanti, tapi mengocok perut.
"Pak Bima harus nonton, calon juara dunia ini, Pak. Siap ditraktir lagi," ujar Bu Dyah mulai lawak. Pak Bima hanya tersenyum saja sembari mengacungkan jempol. Hawa langsung mendorong rekan seniornya itu untuk segera ke lapangan sajalah, daripada cari perhatian pada Pak Ketua Yayasan.
Hawa kembali dibuat ngakak oleh Bu Dyah, beliau pemanasan ala atlet profesional, sok banget coba. "Ayo, Wa. Pemanasan yang semangat dong," ucap beliau sembari loncat-loncat.
"Gak usah terlalu loncat, Bu. Tenaganya nanti habis buat pemanasan loh," ucap Hawa masih mengangkat kaki kanan, kemudian ganti kaki kiri.
Panitia OSIS pun menjelaskan aturan permainan Bulu Tangkis, hanya satu set saja. Tim yang berhasil melampaui jumlah skor 11, maka akan menjadi pemenangnya. Untuk Bulu Tangkis ini terdiri dari 2 kategori, ganda wanita dan tunggal pria. Aturan lain, peserta tidak boleh dari guru olahraga.
Ganda wanita main lebih dulu. Tim guru mendapat serve pertama, Hawa langsung menangkis kok, karena mengarah ke dirinya. Berhasil melampaui net dan tak bisa ditangkis pihak lawan. Tak ada yang serius dalam pertandingan ini, setiap gerakan baik dari tim guru maupun tim yayasan selalu diiringi kata eya...eya..yo..eya, mana mereka lebih suka reli panjang daripada mendapat point.
Bu Dyah cari gara-gara, saat Hawa sibuk menangkis kok, Bu Dyah malah berlagak seperti atlet yang mau mengambil bola dengan mengayunkan raket, sekaligus kakinya disilangkan, posisi pindah ke kanan dan ke kiri dengan centilnya beliau. Memang niat lawak. Hawa menahan tawa, karena ia masih asyik menangkis kok masuk di areanya. Hingga tak kuat, Hawa smash kok dan meluncur tanpa bisa ditangkis oleh pihak lawan. Hawa langsung luruh ke lapangan dengan tawa tak terelakkan, sedangkan Bu Dyah bertepuk tangan sambil mengangkat raket seolah beliau yang kerja keras mendapatkan poin.
Bima ikut tertawa dengan tingkah karyawan seniornya, ditambah melihat Hawa yang masih tertawa juga. Hatinya mendadak bahagia, melihat Hawa sudah tak sedih lagi.
Sekarang giliran Bu Dyah serve, belum mengayunkan raket saja Hawa sudah tertawa dengan pose beliau. Sok serius memegang kok dan raket, dan ujungnya tak melewati net.
"Loh, netnya ketinggian!" protes beliau yang membuat semua tertawa. Bahkan Hawa tak kuasa menahan tawa dengan kelakuan Bu Dyah, sejak tadi Hawa main reli dan melewati net tak masalah, lah ini baru service sudah nyangkut diprotes lagi. Sudahlah, lomba kalau ada Bu Dyah auto lawak aja.
"Sumpah Bu Dyah bikin perut keram saja," ujar Bu Ifa yang sejak tadi tertawa melihat tingkah Bu Dyah di lapangan, mana wajahnya sok serius dan aura atletnya dipamerkan lagi. Sudah, untuk bulu tangkis ganda wanita dimenangkan oleh tim guru. Hawa masih tak berhenti tertawa.
Baru deh, saat tunggal putra oleh bapak-bapak, the real pertandingan Bulu Tangkis. Pak Zul meski sudah berumur, main bulu tangkisnya ciamik sekali. Hawa sengaja membawa dua botol air mineral kosong dijadikan atribut suporter.
"Pak Zul keren, oooo, Pak Zul keren!" begitu yel-yel yang diucapkan Hawa sembari memukul dua botol seperti yang dilakukan suporter biasanya.
"Ah nyangkut," ujar Hawa kecewa saat Pak Zul sedang smash tapi kok malah nyangkut.
"Emang netnya ketinggian, masa' lebih tinggi net daripada saya!" Hawa tertawa ngakak, memeluk Bu Dyah yang protes mulu' tentang net. Tim yayasan kalah total dalam bulu tangkis, tak masalah, yang penging happy bukan.
Semarak lomba berlanjut hingga keesokan hari. Pagi ini akan dilaksanakan lomba voli, jelas Hawa ikut. Khusus lomba voli ini campur, satu tim ada laki-laki dan perempuan, dan berjumlah 6 pemain. Bu Dyah untuk voli tidak ikut, karena beliau kebagian menjadi peserta lomba masak bersama Bu Ifa, biarkan emak-emak berkreasi dengan keahliannya.
Hawa serve pertama, dan pertandingan voli pun berjalan seperti seharusnya. Pihak lawan juga ciamik sekali bisa passing bola dengan baik.
"Smash, Wa!" spontan Pak Zul memberikan arahan pada Hawa untuk smash bola, dan Hawa langsung melompat, menghalau bola dan berhasil mengembalikan bola ke pihak lawan. Semua melongo, saat Hawa melompat setinggi itu. Pihak lawan sampai terkesima dan tak siap menghalau bola.
"Gila, Miss Hawa bisa begitu kalau main voli!" ucap salah seorang siswa ikut melongo saat Hawa melompat tinggi.
"Katanya dulu mantan atlet sekolah, Pak Arik yang bilang," ujar siswa lain.
"Pacarnya juga atlet voli katanya," lanjut siswa lain menimpali.
Bima saat melihat Hawa bertanding voli, tiba-tiba teringat masa SMAnya dulu. Memang Hawa seenergik itu kalau main voli, badannya memang kurus, tapi soal serve dan smash selalu power full. Bahkan dia termasuk siswi cantik yang tak takut matahari karena berkutat di lapangan dulu. Kepiawaiannya masih ada ternyata, benar-benar berbakat.
Voli dimenangkan oleh tim yayasan. Tim bersorak, tetapi Hawa hanya tersenyum tipis, seolah tak bersemangat merayakan, setelah tos ria dengan para pemain dan pihak lawan, ia duduk menatap net dan bola voli sengaja diletakkan di pinggir kakinya, ia juga minta difotokan oleh salah seorang siswa.
"Candid dari samping ya Mas, perlihatkan netnya juga," pinta Hawa memberikan intruksi pada siswa tersebut.
"Makasih," ucap Hawa puas dengan foto itu, menampilkan dirinya yang terlihat merenung menghadap net dan juga langit biru yang cerah ikut tertangkap.
Hawa pun mengunggah foto tersebut ke status WA dengan menulis caption Hanya Teringat.
"Kenapa?" tanya Bima sembari menyodorkan sebotol air mineral, lalu duduk di samping Hawa agak berjarak agar tidak menimbulkan gosip bagi yang melihat. Hawa tersenyum saja sembari menerima air tersebut.
"Gak pa-pa!"
"Ingat mantan?" tebak Bima sengaja meledek, Hawa menunduk sembari tersenyum.
"Kelihatan ya?" Bima mengangguk.
"Kita dekat juga karena voli, Bim. Pasti kalau main gini auto ingat. Apalagi dia selalu mendukung aku di setiap latihan atau saat tanding dulu."
"Benar-benar pasangan serasi dong ya," Bima masih meledek, Hawa hanya tersenyum saja.
"Dulu, sekarang udah gak serasi. Dia di sana dengan kehidupannya. Aku di sini dengan trauma."
"Ck, cepat move on gih. Banyak yang ngantri."
"Siapa? Kamu?"
"Bisa jadi," ucap Bima kemudian berdiri, membersihkan celananya sebentar lalu pergi meninggalkan Hawa. Gadis itu hanya tersenyum saja, tak menanggapi omongan Bima serius, karena ia tahu Hawa bukan perempuan yang disukai Bima. Lagian perihnya dikhianati membuat Hawa enggan dekat dengan pria. Semua cowok dianggap teman saja.
Auto bawa sperangkat alat solat sekalian akhlak nyaa
awokwook /Curse/
Hawa: ga beLagak tapi belagu/Slight/
reader: bim, ci pox bim ampe engappp/Grin//Tongue/
maaf aq nyaranin jahat 🤭🤭🤭