bercerita tentang seorang gadis buruk rupa bernama Nadia, ia seorang mahasiswi semester 4 berusia 20 tahun yang terlibat cinta satu malam dengan dosennya sendiri bernama Jonathan adhitama yang merupakan kekasih dari sang sahabat, karna kejadian itu Nadia dan Jonathan pun terpaksa melakukan pernikahan rahasia di karenakan Nadia yang tengah berbadan dua, bagaimana kelanjutan hidup Nadia, apakah ia akan berbahagia dengan pernikahan rahasia itu atau justru hidupnya akan semakin menderita,,??? jangan lupa membaca 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qwan in, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Begitu pintu terbuka, Jonathan berdiri tegak di ambang pintu. Nadia yang melihat itu pun langsung memeluk Jonathan dengan erat. Tubuhnya gemetar dan tangisannya seketika pecah.
" Dia disini... Dia disini... Aku takut." ucap Nadia dengan tangis terisak.
Jonathan terkejut sesaat, namun dengan cepat kedua lengannya melingkari tubuh Nadia, memeluknya erat. Ia bisa merasakan tubuh gadis itu gemetar hebat, napasnya memburu di antara isak tangis yang tak tertahan.
“Ssst… Tenang, Nadia. Aku di sini sekarang,” ucap Jonathan lembut, berbeda dari sikap dingin dan penuh jarak yang biasanya ia tunjukkan.
Nadia mencengkeram bagian belakang jasnya, seolah jika ia melepas pelukan itu, dunia akan runtuh di sekitarnya.
“Dia kirim foto… dari luar jendela… Aku berdiri di sana… dia lihat aku…” Suaranya patah-patah, nyaris tak bisa dimengerti di antara tangisannya.
Jonathan memejamkan mata sejenak, mengatur napasnya yang mulai tak beraturan. Ada kemarahan membara di dalam dirinya. bukan hanya karena Nadia diteror, tapi karena seseorang cukup berani untuk menginjak wilayahnya, menantangnya.
" Maafkan aku. Karena aku, kau harus ikut terjebak dalam situasi yang mengerikan ini," ucap Jonathan.
" Aku takut...,"
Jonathan mengusap lembut punggung Nadia. “Kau tidak sendiri lagi. aku akan menjagamu,"
Nadia mengangguk pelan, tapi tubuhnya masih gemetar. Jonathan pun menggiringnya pelan menuju ranjang, membantunya duduk. Ia lalu meraih selimut dan menyelimuti tubuh gadis itu, memastikan ia tetap hangat.
“Alex sudah kembali,” kata Jonathan sambil mengecek ponselnya.
“Dia akan meninjau rekaman CCTV dari seluruh area gedung. Joni juga sedang melacak sinyal pengirim pesan. Kita akan tahu siapa pelakunya. dan saat itu terjadi, aku pastikan dia tidak akan pernah bisa menyentuhmu lagi.”
Nadia menatap Jonathan dari balik selimut, matanya masih dipenuhi kekhawatiran.
“Tapi bagaimana kalau dia ada di dalam gedung ini? Bagaimana kalau dia bukan orang luar…?”
Pertanyaan itu membuat Jonathan terdiam sejenak. Ia tahu kemungkinan itu ada. Terlalu banyak celah, bahkan dalam sistem yang katanya ketat.
“Aku akan tingkatkan pengamanan. Tak hanya kamera. akan ada dua orang yang berjaga di lantai ini setiap saat. Mulai sekarang, tak satu pun bisa masuk ke lantai ini tanpa identifikasi biometrik. Bahkan staf kebersihan pun tidak.”
Nadia hanya bisa mengangguk pelan. Meski ucapannya memberi sedikit rasa aman, rasa takut masih mengintai di sudut pikirannya.
Jonathan menatapnya sejenak, lalu berkata lembut,
“Kau perlu istirahat. Aku akan berjaga di luar kamar. Kalau ada apa-apa, panggil aku.”
Saat ia berdiri dan hendak berjalan menuju pintu, suara Nadia memanggil pelan,
" Pak Nathan,"
Ia menoleh.
“Boleh… jangan terlalu jauh?”
Jonathan menatap matanya, dan untuk sesaat tak ada sisa ketegangan dalam wajahnya. Ia mengangguk, lalu menarik kursi dan duduk tak jauh dari ranjang.
“Baik. Aku di sini.” ucapnya sembari menarik kursi dan mendudukan tubuhnya di samping ranjang Nadia. Ia menatap wajah gadis itu, matanya mulai terlelap, namun suara isakan masih terdengar dari mulutnya. Rasa bersalah kembali menghampiri Jonathan. Karena ia telah merengut kesucian Nadia, memaksa nya untuk mempertahankan janin yang berada dalam kandungan nya, menikahi nya secara kontrak, dan kini, gadis itu harus terlibat dalam kekacauan ini.
Ting...
Suara notifikasi dari ponselnya memecah keheningan. Jonathan meraihnya pelan, berusaha agar tidak mengganggu Nadia yang mulai terlelap meski masih sesekali terisak dalam tidurnya.
Pesan dari Alex:
“CCTV jam 02.17 – ada pergerakan di lorong timur lantai ini. Tidak ada identifikasi biometrik yang terekam. Saya kirim rekamannya sekarang.”
Jonathan mengerutkan kening, rasa waspada langsung menguat. Ia berdiri perlahan, berjalan ke arah pintu, lalu menoleh sekali lagi.
“Aku akan kembali sebelum kau bangun,” gumamnya pelan, lalu keluar dari kamar.
...
Di tempat berbeda, seseorang tengah berada di dalam sebuah ruangan yang gelap, hanya disinari oleh cahaya layar komputer di hadapannya. Sosoknya nyaris tak terlihat, hanya siluet samar dari punggung yang membungkuk sedikit ke arah monitor, jari-jarinya menari cepat di atas keyboard.
Layar menampilkan rekaman dari kamera tersembunyi, kamera kecil yang tidak pernah terhubung ke sistem gedung. Tampak wajah Nadia, menangis di pelukan Jonathan, lalu suara samar-samar saat dia berkata,
"Dia di sini... Aku takut..."
Sosok itu tertawa pelan. Tawa yang tak menyenangkan. Dingin. Kosong.
"Takut itu baik..." bisiknya sendiri, suaranya serak dan penuh kepuasan.
"Itu berarti kau masih hidup."
Ia memperbesar tampilan pada wajah Jonathan, lelaki itu menatap Nadia seolah bersalah, seolah menyesal.
"Kau tidak berubah, Jon," gumamnya.
"Selalu mencoba menjadi penyelamat, padahal dirimu lah sumber dari semua kehancuran itu."
Ia menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, napasnya panjang, lalu mengusap wajahnya sendiri dengan kedua telapak tangan, mata yang tertutup kacamata gelap itu, memandang layar komputer dengan kilatan dendam yang membara.
Di sebelah komputer, beberapa foto tergeletak. Foto lama, salah satunya menampilkan Jonathan muda bersama dengan seorang wanita. Kedua nya mengenakan seragam putih biru dan tersenyum penuh kebahagiaan.
Namun senyuman di foto itu terasa seperti ironi kejam bagi sosok yang kini menatapnya. sebuah kenangan dari masa lalu yang telah dikubur oleh pengkhianatan, luka, dan kematian yang tak pernah mendapat keadilan. Tangannya meraih foto itu perlahan, menggenggamnya erat, hingga kertas tipis itu nyaris terlipat di ujung.
" Sebentar lagi kak, semua dendam mu akan terbalas," bisiknya lirih namun penuh keyakinan yang menusuk tulang.
Kakaknya. Satu-satunya keluarga yang ia miliki. Perempuan kuat yang dulu begitu percaya pada Jonathan. Terlalu percaya, sampai akhirnya dikhianati. Sampai tubuhnya ditemukan tak bernyawa, tergantung pada seutas tali yang terikat pada ventilasi kamar nya.
Tangannya masih menggenggam foto itu erat, dan pikirannya melayang ke masa lalu. hari yang mengubah segalanya. Hari di mana ia menemukan kakaknya tak bernyawa di dalam kamar, mengenakan gaun putih yang dulu sering dipakainya saat masih ceria. Tidak ada surat. Hanya sebuah kalender dengan lingkaran merah di tanggal tertentu, hari ketika seharusnya Jonathan datang.
Sosok misterius di ruangan gelap itu memejamkan mata, menahan emosi yang membuncah, tapi suaranya tetap tenang saat berkata,
"Dia menunggumu, Jon. Sampai napas terakhirnya, dia masih menunggumu..."
Kilatan memori datang silih berganti. Sang kakak, Sintia, perempuan yang selalu melindunginya sejak kecil. Ceria, lembut, dan kuat. Tapi semua kekuatannya runtuh sejak hari itu. Sejak dimana sang kakak dinyatakan berbadan dua, hasil hubungan terlarang nya dengan Jonathan. Jonathan yang berjanji akan bertanggung jawab pun, justru pergi meninggalkannya. Saat itu, Sintia yang merasa sangat depresi, karena masalah yang ia alami, kecewa dan juga takut, takut jika harus membesarkan anak nya tanpa seorang suami. Hingga ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri.
Sejak hari itu, dunia tak lagi terasa sama. Rumah yang dulu dipenuhi tawa berubah sunyi seperti kuburan. Ia masih ingat tubuh kakaknya tergantung di langit-langit kamar, dengan mata terbuka seakan menatap kosong ke arah pintu. menunggu seseorang yang tak pernah datang.
mungkinn
jgn bodoh trlalu lm jo.... kekuasaan jga hrtamu slm ini tk mmpu mngendus jejak musuhmu yg trnyata org trsayangmu🙄🙄
klo nnti nadia bnyak uang.... bkalan balik lgi tuh wujud asli nadia....
krna sejatinya nadia dlunya cantik... hnya krna keadaan yg mmbuat dia tak mungkin merawat dirinya....
jdi kurang"i mncaci & merendhkn ibu dri ankmu....