NovelToon NovelToon
Terjebak Bersama Pewaris Millioner

Terjebak Bersama Pewaris Millioner

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Marnii

Alleta, seorang gadis penurut yang kepolosannya dimanfaatkan oleh sang kakak dan ibu tirinya.

Di malam sunyi itu, sebuah pil tidur seketika mengubah kehidupannya 90 derajat.

Ia terpaksa harus dinikahi oleh seorang pria yang terjebak bersamanya, pria yang sama sekali tak pernah ada dalam tipe suami yang dia idamankan, karena tempramennya yang terkenal sangat buruk.

Namun, pria sekaligus suami yang selama ini selalu direndahkan oleh warga desa dan dicap sebagai warga termiskin di desa itu, ternyata adalah seseorang yang statusnya bahkan tak pantas untuk dibayangkan oleh mereka yang memiliki status sosial menengah ke bawah.

Alfarezi Rahartama, pria luar biasa yang hanya kekurangan izin untuk mengungkap identitas dirinya.

Bagaimanakah reaksi keluarga Alleta setelah tahu siapa sosok menantu yang mereka remehkan itu?

Dan lalu bagaimanakah reaksi Alleta sendiri apabila dia tahu bahwa pria yang menikahinya adalah tuan muda yang disegani?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marnii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ajakan Bercerai

Karena sedikit jengkel mendengar ucapan Alfarez, Alleta pun memutuskan untuk keluar dan menyendiri di ruang tamu, kebetulan di sana juga ada beberapa kado pernikahan yang belum sempat ia buka.

Namun, ketika Alleta tiba di ruang tamu, ia melihat beberapa kertas kado berserakan di sana, dan ia menyaksikan sendiri Rahel yang sedang sibuk membuka bingkisan pernikahan miliknya satu-persatu tanpa ada izin sama sekali.

"Kak, apa yang kamu lakukan? Kenapa bingkisannya di buka? Itu kan bukan punya kamu," tegur Alleta dengan wajah yang semakin ditekuk.

"Apa? Suka-suka akulah," jawab Rahel enteng.

"Apanya yang suka-suka kamu? Memangnya kamu pikir kado ini buat kamu?"

Rahel tak menggubrisnya, ia masih tetap saja membuka bingkisan tersebut.

"Kak, sudah cukup!" Alleta mendekat dan menarik bingkisan tersebut dari tangan Rahel dengan paksa, jika wanita itu berani bersikap semena-mena, maka ia juga bisa.

"Alleta, kamu apa-apaan, sih? Lagian ini bingkisannya juga banyak, kamu tak akan bisa membukanya sendiri, biarkan Rahel membantu."

Entah datang dari mana wanita tua itu, ia seolah selalu siap siaga untuk datang membela putrinya.

"Membantu? Ini yang dibilang membantu?" Alleta menunjukkan beberapa barang yang disembunyikan Rahel dari hasil membuka bingkisan miliknya.

"Diam-diam malah mengambil hak orang tanpa izin, membantu apanya? lebih tepat dikatakan sebagai pencuri."

"Tutup mulut kamu ya, Alleta, berani sekali kau sebut aku pencuri?" Rahel berteriak marah karena tak terima.

Keributan itu berhasil membangunkan Adrian yang sedang tertidur.

Tiba-tiba pintu kamar milik Adrian pun terbuka, pria paruh baya dengan wajah khas bangun tidur itu pun menatap mereka semua.

"Apa kalian tidak ada kerjaan lain? Ini sudah hampir malam, apa lagi yang perlu diributkan?" ucap Adrian memelas, ia tampak sangat lelah.

"Ini lho, Mas, si Alleta. Marah-marah cuma gara-gara Rahel bantu dia buka bingkisan ini," jawab Davina cepat membela diri.

"Betul begitu, Alleta?" Adrian menatap Alleta yang kini dengan cepat menggelengkan kepala.

"Jika Kakak benar-benar ingin membantu, setidaknya dia harus minta izin terlebih dahulu, bukan malah membukanya sendiri dan menyembunyikan isi bingkisan itu untuk digunakan secara pribadi."

Adrian menatap beberapa bingkisan yang memang sudah terbuka, melihat Rahel dengan wajah tertunduk, ia sudah paham siapa yang sebenarnya benar dan siapa pula yang salah.

"Sudahlah, Alleta, lagi pula bingkisan yang kamu dapatkan juga banyak, tidak ada salahnya kamu berbagi sedikit pada kakakmu, jangan terlalu pelit." Dan pada akhirnya Adrian memilih untuk tidak menyalahkan Rahel atas tindakannya.

"Rahel, karena dari awal kamu yang salah, minta maaf pada adikmu sekarang, jangan mengulangi hal seperti ini lagi," ucap Adrian pada Rahel.

"Rahel sebenarnya sudah minta izin tadi, Pa, waktu dia masih di kamar, tapi Alleta tidak menjawab, jadi Rahel pikir Alleta setuju."

Alleta tampak kesal mendengar pembelaan dari Rahel, dia jelas-jelas sedang berbohong.

"Alleta, jika ini membuat kamu kesal dan tak nyaman, Kakak minta maaf, ya, Kakak tidak bermaksud seperti itu." Rahel meraih tangan Alleta sambil memasang wajah memelas.

Alleta tersenyum sinis melihat wanita bermuka dua di hadapannya itu, seolah-olah dialah yang sedang teraniaya, jika bukan karena ayahnya masih disana, maka ia pasti sudah menepis tangan Rahel yang sedang menyentuh tangannya.

"Sudahlah, lakukan saja sesukamu, aku tak membutuhkannya lagi." Usai mengatakan itu, Alleta pun berlalu pergi, dan lagi-lagi ia masuk ke kamar.

Melihat Alfarez yang masih membaca buku, ia pun menghela napas dengan berat, kamar yang bahkan merupakan tempat ternyamannya di rumah ini sudah diambil alih oleh pria itu.

Diam-diam Alfarez memerhatikan sikap Alleta, bahkan helaan napas yang berat itu pun dapat ia dengar dengan jelas, ia yakin wanita itu pasti sedang bermasalah dengan penghuni rumah ini.

Ketika Alleta tampak mendekat, ia pun segera menyibukkan diri dengan buku bacaan di tangannya.

"Anu, itu, kurasa karena kamu sudah menjadi suamiku, tidak ada salahnya aku memberitahumu dan sekaligus untuk meminta izin?" ucap Alleta ragu-ragu.

Meski mata Alfarez tertuju pada sebuah buku. Akan tetapi tidak dengan telinganya yang bisa menangkap tajam setiap kata yang keluar dari mulut Alleta.

Alfarez memilih untuk tetap diam, agar wanita itu bisa melanjutkan apa yang sebenarnya ingin dia katakan.

"Aku berencana untuk pergi dari desa ini dan mencari pekerjaan di kota, hubungan kita mungkin hanya bisa sampai di sini saja." Alleta kembali melanjutkan, dan kini wanita itu berhasil membuat Alfarez menutup bukunya, ia menoleh ke samping menatap wajah Alleta yang ragu-ragu untuk menatap balik.

"Maksudmu, kau ingin bercerai?" tanya Alfarez memastikan, dan Alleta mengangguk pelan.

"Apa kau berpikir aku tak mampu menghidupimu?" ia kembali bertanya, dan kini tatapannya semakin tajam.

"Sekarang semuanya serba mahal, dengan penghasilan di kampung, kurasa tidak akan cukup, jika kita melanjutkan pernikahan ini dan pada akhirnya memiliki anak, kebutuhannya akan jauh lebih tinggi, kita tidak bisa membesarkan anak tanpa modal yang cukup." Ucapan Alleta penuh kehati-hatian, sebenarnya ia takut melukai perasaan pria itu.

Alfarez tersenyum sinis mendengar jawaban Alleta, ternyata wanita itu sudah berpikir jauh sekali.

"Bukankah sudah kukatakan bahwa tubuhmu bukan tipeku? Aku tak akan menyentuhmu sehingga tak perlu ada anak yang harus dibesarkan," jawabnya enteng, dan tanpa ia sadari, ucapannya itulah yang membuat Alleta semakin mantap untuk menyudahi pernikahan yang bahkan belum genap sehari.

"Di situlah letak permasalahannya, aku menikah bukan sekedar untuk sebuah status, kelak aku juga ingin memiliki anak, membesarkannya dengan kasih sayang yang cukup, bukan sekedar hidup berdua demi menghemat biaya, dan lagi pula seperti yang kamu bilang barusan, 'aku bukan tipemu', jika kita bercerai, bukankah kamu bisa mencari wanita yang sesuai dengan yang kamu inginkan?"

Alfarez merapatkan giginya untuk diam sejenak. "Pikirkan baik-baik, temui aku lagi nanti." Alfarez beranjak hendak meninggalkan Alleta, tetapi wanita itu lebih cepat menangkap pergelangan tangannya.

Langkah Alfarez terhenti, kepalanya menoleh menatap tangan Alleta yang memegangnya dengan kuat.

"Tak perlu dipikirkan lagi, aku sudah mantap dengan keputusanku," ujar Alleta tanpa melepaskan tangannya dari Alfarez.

"Memutuskan hubungan seperti ini, itu artinya mulai sekarang dan seterusnya kita tak akan ada hubungan apa pun lagi, kau yakin suatu saat tak akan membutuhkan bantuanku?" Tatapan Alfarez yang dalam dan tajam, selalu berhasil menghipnotis lawan bicaranya, kini Alleta diam sejenak, perasaannya seolah sedang ditelan oleh tatapan mata pria itu.

"Aku akan meminta tolong padamu untuk terakhir kalinya, tolong ceraikan aku." Keputusan Alleta benar-benar sudah bulat, ia ingin mengubah hidupnya sendiri, terus-terusan tinggal di desa ini hanya akan membuatnya berjalan di tempat tanpa ada kemajuan, ia juga tak bisa terus bergantung pada ayahnya yang juga sedang menyimpan uang untuk masa tuanya nanti.

Alfarez mengangguk paham, lalu menarik tangannya dari genggaman Alleta.

Tanpa mengatakan apa pun, Alfarez mengemas pakaiannya untuk ia bawa pergi dari rumah itu.

"Itu ... bisakah kau jangan pergi malam ini? Jangan sampai ayahku tau tentang keputusan kita untuk berpisah, besok kita keluar bersama, kita bisa mengatakan bahwa besok kita akan merantau ke kota bersama." Alleta mengatakan itu dengan ragu-ragu, ia paham permintaannya sudah berlebihan.

Alfarez menghentikan aktivitasnya dan menghela napas menatap Alleta. "Bantuanku hanya berlaku untuk malam ini, besok kau tak akan melihat aku yang seperti ini lagi."

Alleta tahu pasti maksud dari ucapan Alfarez, pria itu mengatakan bahwa ia tak akan berbaik hati lagi padanya, mulai dari besok hingga seterusnya.

Dan entah mengapa mendengar itu Alleta merasa denyut jantungnya terasa begitu nyeri.

1
Rahma As
Wkwk, Alvarez terbuat dari tanah merah keknya ya 🤣
Nona S
Emang dasar si Tuan Alfarez ini 🤭
Rahma As
Best banget ceritanya thor
Marnii: Terimakasih ya sudah memberikan dukungan, lope banyak² buat kamu 🤭
total 1 replies
Rahma As
Wkwk... Birahi dong 🤣
Rahma As
Permainan Alfarez pun dimulai🤭
Rahma As
Hei, itu Alfarez mantan suamimu Alleta
Rahma As
Dapet karma dah lu 🤭
Rahma As
Tempat di mana ada banyak orang, pasti selalu ada aja yang nyeleneh. miris
Rahma As
Bukan mempermainkan orang, itu karena dendam sama lu aja Alleta 🤣
Rahma As
Ah, kenapa gak mati ajalah kau nenek sihir/Angry/
Rahma As
Hah? Lc?
Rahma As
Ini Ibu tirinya baik apa jahat thor?
Rahma As
Nah kan, jangan sampe lu nyesel nanti setelah tau siapa Alfarez itu
Rahma As
Sibuk bener lu Alleta minta cerai /Frown/
Rahma As
Halah, bukan tipeku, tapi ujung² pasti kecintaan juga nanti kau Alfarez 🤣
Marnii
Hai Guys, buat kalian yang baru baca karyaku, kita perkenalan singkat dulu ya. Ini adalah karya ke-7 yang kutulis dengan tanganku langsung dan tentunya atas izin yang Maha Esa.
Saya Author Marnii, suka Durian dan Mangga, serta suka menulis tentunya. Buat kalian yang sudah bersedia mampir dan memberikan dukungan, semoga sehat selalu, diperlancar rezekinya.
Kapan-kapan aku sapa lagi ya, udah terlalu panjang soalnya /Scowl/
Nona S
Baru sempat komen thor. Keasikan baca sampai lupa ngasih semangat. Semangat ya Thor, aku tunggu lanjutan ceritanya
Marnii: Wah, terimakasih sudah menyemangati dan selalu setia menunggu update ceritanya ya. Lope sekebon.
total 1 replies
lailatus Shoimah
ok
Marnii: Terimakasih telah berkomentar 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!