NovelToon NovelToon
Air Mata Istri Yang Diabaikan

Air Mata Istri Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: fadelisa dedeh setyowati

Ratna yang tidak bisa hamil menjebak suaminya sendiri untuk tidur dengan seorang wanita yang tak lain adalah adik tirinya.

ia ingin balas dendam dengan adik tirinya yang telah merenggut kebahagiaannya.

akankah Ratna berhasil? atau malah dia yang semakin terpuruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadelisa dedeh setyowati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air Mata Istri Yang Diabaikan 20

Hari ini Andini berniat menemui Bagas di kantornya. Ia ingin menunjukkan hasil desain gaun dan jas pengantin karya tangannya sendiri. Dalam mobil Andini membayangkan bagaimana reaksi Bagas terhadap hasil desainnya. Ia berharap Bagas akan menyukainya.

Sesampainya di kantor Andini langsung menelusuri ruangan yang sudah dihapalnya. Ia mengetuk pintu yang sedikit terbuka dan mendapati Bagas tengah berkutat dengan dokumen-dokumen kerjanya.

Sejenak ia menimbang apakah ia harus masuk atau mengetuk pintu lagi. Yang mana ternyata Bagas menangkap sosoknya tengah berdiri di tengah pintu.

Mata Andini dan Bagas bertumbukan dan dari sorot mata Bagas, Andini bisa melihat perintah untuk masuk ke ruangan milik Bagas. Ia pun melangkah masuk.

“Ada apa kesini?” tanya Bagas dengan dingin.

Andini yang sedari tadi membawa map berisi sketsa gaun dan jas pernikahan segera mengeluarkan dan menunjukkannya pada Bagas.

“Ini hasil desain gaun dan jas pernikahan kita mas. Aku sendiri yang rancang. Dan aku udah mulai suruh penjahit andalanku untuk menjahit. 2 hari lagi rencananya aku mau ajak mas fitting. Biar kita sama-sama lihat dan merasakan,” ucap Andini tanpa memedulikan sikap dingin Bagas.

Bagas yang tengah berfokus pada dokumen di atas mejanya – melirik sketsa yang Andini sodorkan padanya. Ia akui hasil karya Andini sangat indah dan sejujurnya ia menyukainya tapi kemudian Bagas menyingkirkannya dari pandangannya.

Andini yang melihat tentu saja bertanya, “Kenapa Mas? Mas gak suka?”

“Aku gak akan ikut fitting. Itu ga perlu,” ucap Bagas datar.

Andini terkejut mendengar perkataan Bagas, “Hloh kenapa Mas? Ini aku sendiri hlo yang rancang, aku buat khusus untuk kita. Bahkan aku rela begadang dan mengesampingkan pekerjaanku yang lain demi gaun dan jas ini. aku mengusahakan yang terbaik dan mas bilang ga perlu?” suara Andini sedikit meninggi. Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Bagas.

Bagas menghela napasnya, ia menutup laptop dan menatap Andini dengan dingin, “Aku menikahimu karena keadaan. Bukan karena cinta. Jadi untuk apa kamu susah payah merancang sesuatu yang itu ga bisa kamu tunjukkan ke banyak orang Din? Ingat kita menikah hanya untuk anak di kandunganmu bukan yang lain. Aku gak butuh jas baru. Aku akan pakai jas yang sama saat aku menikah dengan Ratna,”

Wajah Andini mendadak pucat, tubuhnya gemetar.

“Jadi semua usahaku sia-sia? Jas yang sama mas bilang ... itu artinya ....” Andini tak sanggup meneruskan kalimatnya.

“Artinya hanya Ratna yang benar-benar istriku di hati. Pernikahan denganmu bukan perayaan Din. Itu hanya kewajiban,” potong Bagas.

“Aku menghargai upayamu Din. Tapi jangan harap aku bisa membalasnya. Aku tidak bisa. Tolong jangan buat aku semakin melukaimu. Kamu wanita yang baik dan sebenarnya bukan aku pasangan yang cocok untukmu. Tolonglah Din, aku bisa menikahimu tapi tidak untuk mencintaimu.” Ungkap Bagas dengan jujur.

Ia sebenarnya tidak ingin menyakiti Andini tapi ia harus melakukannya agar Andini sadar, pernikahan ini ada karena keadaan bukan karena cinta.

“Mas tahu? Setiap detail dari gaun dan jas ini aku buat sambil membayangkan masa depan kita. Walaupun aku hanya istri kedua aku juga berhak bahagia dan di cinta. Mas harus ingat perkataan mas sendiri bahwa cinta bisa tumbuh dan aku yakin suatu hari nanti mas akan nerima aku,” ucap Andini dengan mata berkaca-kaca.

Ia memeluk mapnya dan keluar dari ruangan Bagas dengan hati yang remuk.

...

Andini kembali ke studionya. Ia mengunci pintu ruangannya agar tidak ada yang bisa masuk. Ia ingin sendirian.

Di atas meja berserakan sketsa gaun dan jas pengantin yang dengan sepenuh hati ia rancang untuk hari bahagianya.

Andini duduk dikursi – menatap sketsa dengan mata yang sembab. Tangannya gemetar meraih sketsa itu.

“Setiap jahitan aku buat dengan harapan tapi semuanya sia-sia.” Ucapnya lirih. “Aku pikir dengan desain ini dia akan menyukainya. Aku akan jadi wanita yang istimewa, tapi bahkan di pelaminan nanti ... dia masih membawa Ratna dalam dirinya,”

Tangannya meremas sketsa gaunnya dan merobeknya satu per satu dengan penuh amarah. Kertas-kertas itu beterbangan memenuhi lantai.

“Kenapa aku harus jatuh cinta pada orang yang bahkan tak mau melihatku? Kenapa?!” Andini berteriak penuh amarah dan kesedihan bercampur satu.

Tangisnya pecah terdengar memilukan.

Ponselnya berdering keras, ia meraihnya berharap itu adalah Bagas tapi ternyata Ratna.

“Halo mba?”

“Din bisa buka pintunya? Kamu kenapa? Sini bicara sama mba,”

Andini bergegas membuka pintu yang dikuncinya, di depan pintu sudah ada Ratna yang berdiri dengan raut muka khawatir.

Andini segera memeluk Ratna dan air matanya tumpah lagi.

“Kamu kenapa Din? Ayo kita bicara di dalam,” ajak Ratna

Andini mengangguk dan keduanya masuk ke ruangan Andini.

“Kenapa Din apa yang terjadi“ tanya Ratna.

“Mas Bagas mba,” jawab Andini sambil sesenggukan.

“Kenapa dengan Mas Bagas?”

“Tadi aku ke kantornya untuk aku ajak fitting jas pengantin tapi dia menolak. Padahal semua ini hasil desainku sendiri yang kubuat sepenuh hati mba,” ujar Andini dengan suara yang bergetar

“Din… aku tahu kamu terluka. Tapi kamu harus kuat. Aku datang bukan untuk menyalahkanmu.” Ujar Ratna dengan lembut dan penuh simpati.

Andini mengangkat wajah, terkejut dengan nada lembut Ratna. Ada sedikit harapan dalam matanya.

Andini berkata lirih, “Mbak… kenapa baik sekali sama aku? Padahal aku yang merusak rumah tangga Mbak.”

Ratna tersenyum samar, menepuk tangan Andini, “Kamu bukan perusak, Din. Kamu cuma ikut terjebak. Mas Bagas yang salah. Tapi, percayalah, aku akan ada di sampingmu. Kita sama-sama perempuan, kan?” ucap Ratna dengan penuh kelembutan dan perhatian.

Andini menatap Ratna dengan mata berkaca-kaca. Ia tampak sedikit lega, merasa tidak sendirian. Ratna sangat perhatian dan berempati padanya. Ratna selalu mendukungnya dan berada di pihaknya,

Andini berucap sambil gemetar, “Mbak benar? Mbak nggak benci aku?”

Ratna menatapnya lembut, tapi dalam hatinya ada kilatan, “Benci? Tidak, Din … Aku malah ingin kita akur. Bagas akan lebih tenang kalau melihat kita rukun.”

Ratna memeluk Andini, “Mas Bagas akan belajar menerimamu Din, seperti aku sudah menerimamu,” ujar Ratna sambil menepuk pelan Pundak Andini.

“Makasih ya Mba Ratna. Mba selalu dukung aku,” balas Andini.

Tanpa Andini ketahui ada seringai tipis di bibir Ratna.

 

 

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!