Terpaksa Menikahi Keponakan Tiriku

"Halo ma,"

"Tiara sayang, mama dan papa udah pulang dari luar kota. Kamu kok jarang ngabarin mama sih! Deva hilang yah? Oma kamu nelponin mama mulu." Cerocos Susan mama Tiara.

"Hmm... Males... Iya.... Terus?" Jawabnya Tiara acuh.

"Kamu kenapa sih!?" Tanya Susan kesal, merasa ada yang tidak beres dengan sikap Tiara di telpon.

"Mmm... Kemarin Kana datang ma, katanya Deva sama dia."

"Kana? Siapa Kana? Bagaimana bisa?." Cerocos Susan lagi.

Tiara mendengus, "Dokter kandungan aku.... di Royal Sherafim ma. Kalau masalah hubungan aku juga nggak tau."

"Apa!" Teriaknya memekik di seberang telpon.

Tiara menjauhkan telpon dari telinganya. "Ihhkkk apaan sih ma! Jangan teriak-teriak dong.

"Mama matiin dulu yah, ada urusan." Suaranya terdengar bergetar tanpa menunggu Susan mematikan panggilan itu sepihak.

"Ma... Mama kenapa sih aneh banget."gumam Tiara pada dirinya sendiri.

Trakk... Trakk

Terdengar suara seseorang dari arah dapur sedang memotong sesuatu.

"Suara apa itu? Hmmm apa bi Surti udah pulang yah."

Langkah Tiara perlahan menuju ke sumber suara.

Di ambang pintu matanya menangkap sosok bi Surti membelakangi dirinya.

Tiara berdehem, "Ekheemm...."

Surti(Yasmin) berbalik menatap Tiara dengan tajam.

"Eh... Nyonya Tiara sudah bangun? Kirain nggak mau bangun." Yasmin terkikik geli.

Tiara memutar bola matanya. " Apaan sih jadi  pembantu resek banget kamu!"

"Pergi deh! Masih pagi nyah! Saya darting liat muka nyonya." Usir Yasmin.

Tiara mencibir. "Pembantu aja sok-sokan! Nggak usah balik lagi! Kamu saya pecat.

"Nggak mau." Jawab Yasmin santai.

Tiara melotot tak percaya. "Gila yah! Surti! Keluar kamu dari rumahku!" Pekiknya.

"Apa-apaan sih ini! Pagi-pagi sudah ribut!"ucap Kana yang tiba-tiba.

Tiara mengalihkan pandangannya ke arah Kana.

"Kamu ngapain dirumahku!?"

Kana mendengus. "Rumahmu? Ini rumah Mas Deva! Bukan rumahmu!"

Yasmin menyela. "Nyonya kenapa kesini?"

Suaranya lembut mendayu-dayu.

Tiara mengerutkan dahinya, kenapa Surti tiba-tiba lembut banget nanyanya. "Ehkkemm anu bi aku tadi cuma mau ngambil air minum di dapur." Jawabnya.

"Saya nggak nanya kamu! Pede banget" sinis Yasmin.

"Kamu kan nanya aku ngapain disini! Aku cuma jawab!" Suara Tiara kembali meninggi.

"Aku nanya nyonya Kana! Bukan kamu!" Sahut Yasmin kesal.

"Nyonya? Kana? Hahahaha.... Dia itu dokter bukan nyonya kamu!" Jawab Tiara geli.

Yasmin menatap Kana yang memutarkan bola matanya, lalu beralih ke Tiara. "Hahahahaha, kamu...? nyonya? Heii aku kasih tau yah. Nyonya Kana itu istri Tuan Deva! Sah secara agama dan Hukum."

Tiara mengepal kan tangannya. "Oh dia pelakor! Pelakor aja bangga." Matanya nyalang menatap Kana.

"Cihhhh, pelakor? Gila lu." Umpat Yasmin.

"Keluar kalian! Dari rumah ku!" Teriak Tiara kini matanya memerah, dada nya naik turun menahan sesuatu yang hampir meledak.

Kana mendekati Tiara. "Plakk!"

Jemarinya beralih menarik rambut Tiara hingga sang punya mendongak.

"Pelakor?" Dengusnya. "Ku pikir kamu hanya jal*Ng kecil yang belajar menggoda suami sahabatmu sendiri.... Ternyata kau juga tukang drama, huhhh... Kenapa nggak jadi artis aja sih!." Cibirnya.

Kana mencengkram rambut Tiara dengan kuat membuat Tiara meringis.

"Lepasin!!!! Wanita penggoda!" Pekik Tiara menahan sakit di kepalanya.

Brukkk... Kana menghempaskan Tiara ke lantai.

"Ahhhhhkk...." Teriak Tiara, saat kakinya di injak menggunakan ujung heels oleh Kana.

Yasmin terkekeh. "Wanita penggoda? Hihihi sebenarnya siapa yang hamil anak orang lain dan nikahnya sama orang lain. Bukannya kamu yah wanita penggodanya?!"

"Ahhkkk lepass... Hikksss... Hikksss." Tubuhnya bergetar saat darah merembes keluar dari arah pijakkan heels Kana.

"Lepasin Kan... nggak lucu banget kalau matinya karena kehabisan darah karena ujung heels." Ucap Yasmin santai.

Kana melepaskan injakan heels nya. "Ini baru permulaan, kamu harus mendapatkan karma dari perbuatan Barbara dan keluarga Sema!"

Trakk... Kana melepaskan heelsnya dan melemparnya ke dalam tong sampah yang ada di dapur.

"Buang heels itu Yas, jangan sampai kamu melupakannya. Heels itu sudah terkena najis." Ucap Kana sebelum meninggalkan dapur.

"Tentu." Balas Yasmin(Surti)

Yasmin mengikuti langkah Kana dibelakangnya seperti anak ayam mengikuti induknya.

"Yas?? Siapa Yas? Sialan! Sebenarnya siapa Kana? Aku nggak akan percaya kalau dia istri Mas Deva!" Gumam Tiara pada dirinya sendiri.

Tiara yang terluka berusaha bangkit dari lantai.

Kandungannya sudah mulai terlihat, usianya sudah memasuki 16 Minggu.

"Aku harus kabarin Mama sekarang." Gumam Tiara di sela ringisan nya.

Setelah sampai di kamarnya Tiara langsung menelpon Mamanya, tak lama kemudian.....

"Brakkkk.... Suara pintu terbuka dengan paksa.

Tap... Tap... Tap.....

Beberapa orang memasuki rumah itu.

"Keluar kamu! Jal*Ng!!! Beraninya kamu melukai anakku!" Teriak Susan di ikuti Cacian.

Deva yang sedang beristirahat di kamarnya terlonjak dari kasur, seperti memastikan asal suara.

"Siapa itu?" Lirihnya pada dirinya sendiri.

Deva melangkah keluar mendekati sumber suara.

____

Sedangkan di ruang tamu sudah ada Susan, Yasmin dan Kana yang saat ini sedang berdiri saling melempar tatapan sinis.

"Huffttt, ternyata sifat tidak sopan Tiara adalah warisan dari ibunya." Dengus Yasmin.

Mendengar itu Susan mengepalkan tangannya. "Sialan!" Desisnya.

Kana yang tengah mengamati, menundukkan kepalanya sebelum bibirnya terangkat sedikit. Lalu....

"Diamlah.... Susan." Kana mengibaskan tangannya.

Seperti mengusir nyamuk.

"Kalian sudah lancang memasuki rumah menantuku!!!!" Bentak Susan, matanya menyala menatap mata Kana.

Yasmin mengerutkan dahinya dan menatap sinis. "Dihhhh menantu.....Katanya! ehhh ibu-ibu PKK!" Tunjuk Yasmin menjeda ucapannya. "Ibu yang masuk rumah Nyonya saya!.... Dia istri tuan Deva." Sambungnya sembari menunjuk ke arah Kana.

"Tutup mulutmu! Kamu pasti pembantu yang tidak tau diri yang dimaksud oleh putriku!" Rahang Susan mengeras menahan gejolak yang di dadanya. "Kau pikir.... Dirimu pantas mengatakan sesuatu? Sebelum aku mematahkan tanganmu! Le...bbbbiihh... Baikkk kkau diam." Sambungnya. Deru nafasnya terdengar berat.

Disetiap hembusan nafas yang Susan keluarkan seolah ada batu yang menjadi beban di setiap tarikan nafasnya.

"Kalian kenapa diam saja, seret mereka keluar dari sini!" Titah Susan kepada para bodyguard yang ada dibelakangnya.

"Yasmin....bereskan mereka." Ujar Kana santai.

"Baik Nyonya."

Detik berikutnya seluruh bodyguard Susan jatuh tak berdaya di lantai. Mereka kehilangan kesadarannya. Susan membelalakkan matanya.

"Tidak berguna!" Hardik Susan, menggigit bibirnya hingga mengeluarkan bau anyir.

Kana mendekati Susan dan menyudutkannya ke arah tembok. "Terima kasih sudah datang Susan." Tangan Kana menarik tubuh Susan lalu memukul tengkuknya.

Brukkk.... Tubuh Susan jatuh begitu saja di lantai.

"Rencana pertama sukses." Bisik Kana.​"