Tiba tiba seorang laki laki datang meminta Arumi Bunga Cantika menjadi istrinya. Sebagai balas budi karena Arumi sudah mendapatkan kornea mata dari mendiang adiknya.
Arumi menolak karena sudah memiliki kekasih hati yang bernama Michael. Akan tetapi masalah timbul saat Armellya teman Arumi mengirim foto pengkhianatan Michael.
Orang tua Arumi pun menerima lamaran Ernastan Alfred Warren, kakak dari pendonor kornea mata Arumi.
Apakah Ernastan tulus mencintai Arumi atau ada motivasi lainnya? Apakah Arumi akan mendapatkan kebahagiaan dengan pernikahannya? Jika tidak bagaimana cara Arumi untuk meraih kebahagiaannya?
Yukkk guys kita ikuti kisah Arumi..🙏🙏🙏🙏🙏♥️♥️♥️♥️♥️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 20.
Arumi menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah suaminya. Tampak Ernestan masih tersenyum manis kepada dirinya.
“Bersiap untuk apa?” tanya Arumi dengan sedikit mengernyitkan keningnya.
“Aku akan mengajak kamu dinner romantis di luar. Di hotel Gardenia. Bukannya itu tempat favorite kamu? Aku sudah booking kamar VIP untuk kita.” Ucap Ernestan sambil mengedipkan satu matanya ke arah Arumi.
DEG
Jantung Arumi serasa berhenti beberapa detik namun setelahnya berdegup dengan kencang.
“Benar, orang orangnya sudah melacak taxi on line yang aku naiki dari mall tadi. Dia marah tetapi pura pura berlaku manis ke aku.” Gumam Arumi di dalam hati.
“Kenapa mendadak?” tanya Arumi lalu melangkah menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamar itu.
“Iya sayang aku tiba tiba ingin ke hotel itu. Sekarang mandi lah dulu, aku juga akan berganti baju .” ucap Ernestan yang masih memakai tshirt dan celana pendek itu. Dia lalu bangkit berdiri.
Arumi terus melangkah menuju ke kamar mandi. Otaknya berpikir bagaimana cara nya agar tetap selamat dari serangan Ernestan.
“Pasti dia akan melampiaskan kemarahannya di hotel itu.” Gumam Arumi di dalam hati sambil terus masuk ke kamar mandi.
Beberapa menit kemudian Arumi sudah selesai mandi. Tubuh segar Arumi terbalut oleh bath robe dengan ikat tali yang sangat kuat dan rapat. Seluruh dada Arumi tertutup dengan rapat.
Ernestan kini terlihat sudah memakai kemeja lengan panjang dan celana panjang. Bibir Ernestan terus tersenyum manis menatap Arumi. Tetapi entah mengapa bagi Arumi itu senyuman yang menjijikkan dan menakutkan.
“Cepatlah berganti baju dan berhias.. Aku ingin kamu tampil sempurna di malam ini hmmm.” Ucap Ernestan masih tersenyum manis pada Arumi
“Aku mau sembahyang dulu.” Ucap Arumi lalu cepat cepat menuju ke lemari.
Arumi cepat cepat berganti pakaian berlindung dari pintu lemari yang terbuka agar tidak dilihat oleh Ernestan. Setelah berganti pakaian Arumi menjalankan ibadahnya.
Di saat Arumi sudah selesai sembahyang maghrib. Dia melihat ibu kepala pelayan masuk ke dalam kamarnya.
“Tuan ini pesanan Tuan, madu, jamu kuat dan pakaian spesial buat Nyonya Muda.” Ucap ibu kepala pelayan itu sambil membawa dua paper bag.
Jantung Arumi semakin berdebar debar mendengar barang barang yang dipesan oleh Ernestan..
“Bawa kemari! Coba aku lihat!” ucap Ernestan yang berdiri di dekat meja rias.
“Maaf jika kurang berkenan Tuan.” Ucap Ibu kepala pelayan itu sambil melangkah dengan cepat mendekati Ernestan.
Ibu kepala pelayan itu cepat cepat mengulurkan dua paper bag itu. Tangan Ernestan pun segera meraih dua paper bag itu.
Bibir Ernestan tersenyum lebar saat membuka satu paper bag. Dia ambil isi di dalam paper paper bag..
“Okey..” ucap Ernestan sambil mengangguk anggukkan kepala nya menatap barang yang diambil dari paper bag itu.
Sedangkan Arumi yang ikut melihat barang barang itu semakin berdebar debar jantungnya..
“Sayang ini nanti kamu pakai saat kita sudah di kamar hotel.” Ucap Ernestan sambil menatap Arumi dan menunjukkan tiga helai lingerie . Tangan Ernestan lalu memasukkan lagi lingerie lingerie itu ke dalam paper bag lagi.
“Kulit ku gatal kalau pakai baju belum dicuci dulu.” Saut Arumi lalu melepas mukenanya yang masih dipakai.
“Ha.. ha.. ha.. gatal sebentar nanti aku ga ruk ga ruk Sayang.. “ ucap Ernestan sambil tertawa senang. Rencananya akan menghukum Arumi sudah di depan mata.
“Sekarang waktunya mengusir dua orang itu dulu sebelum aku menghukum Arumi.” Gumam Ernestan di dalam hati sambil melangkah menuju ke meja nakas..
Saat berdiri di dekat meja nakas tampak Ernestan pura pura sedang mencari cari sesuatu..
“Di mana arloji ku?” tanya Ernestan dengan suara keras.
“Lha kamu taruh di mana? Aku tidak melihat dan tidak memperhatikan barang kamu. Maaf.” Ucap Arumi yang sudah duduk di kursi rias.
“Aku selalu taruh di sini. Sepertinya sebelum aku berangkat kerja benda itu berada di dekat hand phone kamu.” Ucap Ernestan masih berpura pura mencari cari jam tangannya.
Arumi menoleh ke arah Ernestan..
“Apa kamu menuduh aku, kalau aku yang mencuri arloji kamu dan aku jual tadi saat aku pergi.” Ucap Arumi sambil menatap tajam Ernestan.
“Buu bukan begitu Sayang mana mungkin kamu mencuri arloji. Uang kamu sudah banyak.” Ucap Ernestan sambil menatap Arumi.
“Tadi aku mengambil hand phone sudah tidak ada arloji kamu itu.” Ucap Arumi lagi..
Tampak ibu kepala pelayan yang masih berada di dalam kamar itu melangkah tergesa gesa akan keluar kamar.
“Ibu pelayan! Cari arloji ku sampai ketemu! Pasti sudah ada yang masuk ke dalam kamarku dan mencuri arloji mahalku!” titah Ernestan dengan suara sangat lantang.
“Baik Tuan, akan saya suruh semua pelayan di sini mencari arloji Tuan.” Ucap Ibu kepala pelayan dan segera keluar dari kamar.
Arumi duduk di kursi rias dan tidak tahu menahu akal akalan Ernestan. Arumi hanya diam mulutnya. Namun di dalam hati berharap arloji Ernestan tidak ketemu dan gagal acara dinner romantisnya.
Sedang di lantai bawah, kini semua pelayan tampak heboh karena berita Tuan Ernestan yang kehilangan arloji termahalnya. Semua kamar pelayan digeledah termasuk kamar Bu Supri dan Chynthia.
Ibu kepala pelayan bersama dua pelayan anak buahnya kini bertugas menggeledah kamar Bu Supri dan Chynthia.
“Silakan Bu digeledah, saya dan cucu saya meskipun orang miskin tidak akan mencuri karena itu tindakan dosa.” Ucap Bu Supri penuh percaya diri sebab dia dan keluarganya tidak pernah mencuri.
“Hmmm..” gumam Ibu kepala pelayan lalu membuka lemari yang ada di dalam kamar itu.
Satu pelayan membuka laci meja yang ada di kamar itu. Dan yang satu lainnya melangkah menuju ke tempat tidur. Ketiga pelayan itu membongkar bongkar mencari cari arloji Ernestan
Tampak pelayan yang berdiri di dekat tempat tidur, tangan nya menying kap bed cover tebal dan lebar itu. Pandangan mata Bu Supri tampak ikut melihat apa yang dilakukan oleh pelayan itu. Sedangkan Chynthia terlihat baru saja selesai sembahyang magrib.
Sesaat ibu pelayan mengambil bantal yang ada di tempat tidur. Dua matanya melebar saat melihat satu benda milik Tuan Ernestan yang sedang dicari cari.
Ke dua mata Bu Supri pun melotot dan jantung berdegup sangat kencang saat melihat benda berkilau kilau berada di balik bantal nya. Padahal dia dan Chynthia tidak pernah menaruh barang di bawah bantal..
“Ini barangnya sudah ketemu, Ibu kepala.” Ucap ibu pelayan itu sambil mengambil jam tangan milik Ernestan.
Tubuh Bu Supri dan Chynthia gemetaran. Mereka berdua sangat takut meskipun mereka berdua tidak mengambil barang itu.
“Sa saya tidak mengambil barang itu.. demi Allah.” ucap Bu Supri dengan suara gemetar, seluruh tubuh gemuk itu gemetaran, air mata pun sudah meleleh di kedua pipinya.
Sejak perawan kencur ting ting, hingga nenek nenek dia bekerja sebagai asisten rumah tangga baru kali ini ada kejadian seperti itu.
Bu Supri dengan air mata berlinangan menatap tajam Chynthia yang masih duduk bersimpuh di atas karpet dan masih memakai mukena.
“Aku tidak mengambilnya Mak. Aku tadi kerja di teras samping dan pergi sama Mbak Arumi.” ucap Chynthia sambil geleng geleng kepala. Lalu dia menatap Ibu kepala pelayan.
“Bu dilihat saja, CCTV nya.” Ucap Chynthia selanjutnya.
“Kalau tidak kalian ambil mana mungkin barang itu jalan sendiri ke sini! Ayo sekarang menghadap Tuan Ernestan!” ucap ibu kepala pelayan dan tangannya langsung menarik tangan Chynthia.
“Demi Allah Bu, bukan saya...” ucap Chynthia yang digelandang oleh Ibu kepala pelayan.
Chynthia yang masih memakai mukena sangat kesulitan melangkah saat digelandang dia berkali kali terjatuh..
Bu Supri sambil menangis tersedu sedu mengikuti langkah kaki Chynthia yang kesrimpet srimpet. Bu Supri ikut membantu cucunya berdiri saat terjatuh..
“Bu, lihat dulu sisitipi nya jangan digelandang gelandang cucu saya hu.. hu.. hu... hu.. Mbak Arumi tolong mbak kami tidak mencuri hu... hu .. hu..” ucap Bu Supri yang terus melangkah sambil terus menangis tersedu sedu.
“Tuan ini pencuri nya!” Teriak ibu kepala pelayan sambil terus menggelandang tangan Chynthia.
Jhon & Armeliya selamat atas di tangkapnya kalian berdua... Nikmatilah hadiah buat kalian menginap di 🏨 prodeo gratis buat kalian