Anjani, seorang aktris multitalenta yang terpaksa menerima pinangan kakak angkatnya atas perjodohan yang diatur orang tua. Sekian tahun menikah, tak ada sentuhan apapun yang terjadi. Pria bernama Mahaka Wiratama itu sibuk dengan wanita yang ia cintai.
Di tahun ke 5 pernikahan, Anjani nekat kabur dan hidup sendiri. Semua itu berkat bantuan Devan, sahabat Mahaka, tetapi masalah baru justru hadir dalam hidupnya.
Hampir setiap malam ia merasakan kehangatan seorang pria dalam tidurnya. Ia bahkan harus kehilangan mahkotanya, tapi Anjani tak pernah tahu siapa yang melakukannya.
Semuanya semakin rumit saat dirinya dinyatakan hamil dan vidio asusilanya dengan seorang pria misterius tersebar di jagad maya. Hidup Anjani hancur dalam sekejap, lalu apa yang akan ia lakukan demi bisa memperoleh harga dirinya kembali.
Follow Instagram El khiyori
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El khiyori, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Melihat itu Anjani langsung menghadang langkah Mahaka.
"Apa yang akan kau lakukan?!" teriaknya dengan kedua tangan menahan tubuh Mahaka.
"Minggir!! akan kuhabisi pria itu!!"
"Tidak Mahaka, jangan lakukan ituuuu .... " jerit Anjani yang membuat Mahaka justru semakin marah.
Matanya menatap tajam ke arah wanita di hadapannya. Setelah menyelipkan senjata api ke balik jasnya, kedua tangan Mahaka beralih mencengkeram kuat bahu Anjani.
"Katakan padaku! apa kau ingin melindungi bajingan itu?! dengar Anjani ... aku melakukan ini untukmu ... agar Devan tak mengganggumu lagi!!"
Mendengar itu Anjani kembali meneteskan air mata.
Tatapan matanya semakin meredup. Dengan bibir bergetar ia pun berkata, "bolehkah aku memelukmu?"
Mendengar itu tatapan Mahaka turut meredup. Perlahan cengkeraman tangannya yang semula begitu kuat mulai melonggar, membiarkan wanita di hadapannya bisa bergerak bebas dan melakukan apa yang diinginkannya.
Pelukan Anjani terasa begitu hangat. Amarah yang semula menggebu seolah padam disaat kehangatan itu menyelimuti, apalagi saat Anjani mengatakan sesuatu.
"Aku tak ingin kau terkena masalah yang lebih berat karena melukai Devan. Tak hanya papa dan mama yang selalu berusaha melindungi dan menjagamu agar kau dipandang sebagai pemimpin yang pantas di perusahaan, tapi aku juga mati-matian menjaga nama baikmu dengan mengorbankan perasaanku. Aku rela merahasiakan semua tentangmu dengan Amelia, kalau kau sampai melakukan kesalahan yang lebih besar dengan melakukan itu pada Devan, entah bagaimana caraku untuk melindungimu."
Jantung Mahaka seolah berhenti berdetak saat mendengar semua kalimat yang terlontar dari bibir wanita yang berstatus sebagai istrinya itu. Ia baru sadar kalau cinta yang Anjani miliki terhadapnya sangatlah dalam.
Pasti tak mudah menjalani hari-hari dengan melihat dirinya sering bersama dengan wanita lain. Tubuhnya tiba-tiba bergetar begitu mengingat perbuatannya yang pernah mencium Amelia di depan mata Anjani. Ia tak bisa membayangkan bagaimana sakit hatinya Anjani saat itu.
"Apa cinta di hatimu untukku masih ada?" tanya Mahaka ragu, karena ia justru merasa kalau sekarang Anjani membencinya.
"Mungkin tak sebesar dulu, tapi aku tetap tak ingin melihatmu berada dalam kesulitan, aku ingin kau baik-baik saja," jawab Anjani jujur.
Mendengar itu kedua tangan Mahaka yang melingkar di tubuh Anjani semakin mengerat, hanya sesaat karena Anjani justru melepaskan diri. Wanita itu kembali menatapnya. Ada senyum getir yang ia tunjukkan.
"Dulu aku sangat ingin memilikimu, tapi sekarang tidak lagi. Semuanya terserah padamu, karena sekarang aku juga sedang mengandung anak orang lain."
"Bagaimana kalau itu adalah benar-benar anakku?"
"Maksudnya??" tanya Anjani tak mengerti. Sayangnya belum sampai Mahaka memberikan jawaban, bel pintu di lantai tiga tempat mereka berada terdengar berbunyi. Tak hanya sekali namun beberapa kali.
Mahaka mendengus kasar, ia hampir membentak melalui door phone yang terhubung ke depan pintu namun Anjani segera menahan.
"Biar ku buka saja, sepertinya ada hal penting, atau mungkin dokternya sudah datang," ujar Anjani sambil merapikan penampilannya. Diusapnya kedua matanya yang sembab hingga bersih.
Ternyata bukan hanya dokter yang sudah tiba. Di depan rumah, tengah terjadi keributan karena Amelia datang dan mengamuk saat tak diizinkan masuk untuk menemui Mahaka.
"Bagaimana ini Tuan? wanita itu tidak bisa diusir, dia malah berkata yang tidak-tidak," ucap pelayan yang menyampaikan pesan dari penjaga di depan terhadap Mahaka.
"Temui saja dan buat dia tenang. Biar aku diperiksa oleh dokter."
Kalimat itu mengalun lembut dari bibir Anjani saat ia melihat kebingungan di raut wajah suaminya.
"Tapi .... "
"Tidak apa-apa," sahut Anjani lagi saat ia tahu Mahaka hendak menolak.
Ia bersikap demikian hanya karena tak ingin berurusan dengan wanita itu. Ia yakin jika Mahaka tak menemuinya, Amelia akan menggila dan berbuat yang tidak-tidak. Ia benar-benar malas memikirkan semuanya. Saat ini pikirannya sudah sangat penuh.
Dengan ditemani dua orang pelayan, akhirnya Anjani diperiksa oleh dokter sementara Mahaka turun untuk menemui Amelia. Tatapan penuh amarah seketika wanita itu arahkan pada Mahaka.
"Apa maksudmu terus menghindar dariku Mahaka?!" teriak Amelia, namun Mahaka berusaha menghadapinya dengan tetap tenang.
Ia pun melangkah mendekat lalu berkata, "jangan membuat keributan di sini! tunggu aku sebentar, aku akan mengambil mobil, kita bicara di luar."
Akhirnya Amelia bisa tenang. Setelah mengusap kasar wajahnya Mahaka melangkah gontai menuju ke mobil yang sudah disiapkan oleh supir pribadinya.
"Apa Tuan membutuhkan supir?"
"Tidak, aku akan pergi sendiri," jawab Mahaka lesu. Meski begitu ia tetap melajukan mobil tersebut dan mempersilahkan Amelia masuk ke dalamnya.
"Mobil baru ya?" tanya Amelia sambil mengedarkan pandangan ke sana kemari saat mobil sudah mulai meninggalkan kediaman Mahaka.
"Hmm .... "
Hanya itu jawaban yang keluar dari bibir Mahaka, membuat Amelia sangat kesal namun ia berusaha menahan diri. Ia tak ingin pria yang dicintainya itu merasa tak nyaman karena selama ini salah satu kunci ia bisa mempertahankan hubungan mereka sampai sejauh ini adalah kenyamanan yang ia tawarkan. Sesuatu yang tak pernah bisa Anjani berikan karena wanita itu tak menuruti semua yang Mahaka inginkan.
"Kenapa Sayang? kamu masih marah karena permintaanku soal perceraian itu ya?"
Amelia kembali bertanya dengan nada manja.
"Kita bicarakan nanti saja kalau sudah sampai."
Lagi-lagi Mahaka mengatakan sesuatu yang membuat Amelia sangat kecewa. Kali ini ia masih bisa untuk kembali menahan diri, namun melihat tempat yang Mahaka pilih, Amelia tak bisa lagi untuk berpura-pura menurut.
"Kenapa restoran? aku tidak lapar!! banyak hotel eksklusif yang bisa kita datangi Sayang .... " protes Amelia.
"Kita akan bicara kan? kurasa ini tempat yang tepat."
"Tidak mauuu ... aku aku sangat merindukanmu, kalau di tempat seperti ini bagaimana bisa aku memelukmu. Meskipun kita akan duduk di privat room tetap saja aku tak bisa leluasa menggodamu," rengek Amelia tanpa malu-malu lagi, namun Mahaka tetap pada pendiriannya.
"Turun atau kita tidak akan bicara sama sekali!!" ujarnya yang akhirnya membuat Amelia menyerah. Keduanya pun menuju ke privat room yang ada di lantai paling atas.
Begitu Mahaka duduk Amelia langsung melancarkan aksinya. Tanpa ragu wanita itu duduk di pangkuan Mahaka.
"Amelia turunlah! Aku akan bicara serius."
"Baiklah-baiklah Sayang, tapi cium dulu!"
Sayangnya permintaan Amelia kali ini tak dihiraukan oleh Mahaka. Pria itu justru berdiri saat bibir Amelia hendak menyentuh bibirnya, sampai-sampai membuatnya hampir terjatuh.
"Mahakaaa ... kau ini kenapa?? baiklah aku minta maaf, aku janji tak akan membahas soal itu lagi," ujar Amelia kesal.
"Sudah cukup Amelia diamlah!! duduk dan dengarkan ucapanku!!"
Bentakan itu membuat Amelia terkejut namun perlahan ia mengikuti apa yang Mahaka perintahkan.
"Aku sudah duduk, jadi bicaralah," ucap Amelia pada akhirnya.
"Kita hentikan saja hubungan ini."
Kalimat itu terlontar dari bibir Mahaka dengan jelas dan tegas.
agak lama Shok terapi Thor biar dia merasakan apa yg di rasakan Anjani 👍👍👍👍