Bagi Fahreza Amry, hinaan dan cemoohan ayah mertuanya, menjadi cambuk baginya untuk lebih semangat lagi membahagiakan keluarga kecilnya. Karena itulah ia rela pergi merantau, agar bisa memiliki penghasilan yang lebih baik lagi.
Namun, pengorbanan Reza justru tak menuai hasil membahagiakan sesuai angan-angan, karena Rinjani justru sengaja bermain api di belakangnya.
Rinjani dengan tega mengajukan gugatan perceraian tanpa alasan yang jelas.
Apakah Reza akan menerima keputusan Rinjani begitu saja?
Atau di tengah perjalanannya mencari nafkah, Reza justru bertemu dengan sosok wanita yang pernah ia idamkan saat remaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Masih Belum Menyerah
Dimas menatap Rinjani yang tengah duduk di lantai sambil menangis tersedu. Namun, tak tampak sekali pun belas kasihan dari ekspresi wajahnya. Sebagai sahabat Reza, Dimas juga ikut merasakan kesal dan marah, mendapati sahabatnya itu dikhianati oleh istri dan keluarganya.
Apalagi dia adalah saksi bagaimana Reza bekerja keras membanting tulang dalam mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Akan tetapi, yang dia dapatkan justru pengkhianatan.
"Apa yang kamu tangisi?" tanya Dimas datar.
"Kamu menangisi kepergian Reza sama anakmu, atau menangis karena kehilangan harta benda itu?" lanjutnya sarkas.
Rinjani menegakkan kepalanya, lalu menatap Dimas dengan tatapan tajam. "Semua ini pasti karena hasutanmu, kan? Mas Reza tidak mungkin tega melakukan hal itu padaku," tuduh Rinjani dengan suara bergetar karena emosi.
Dimas tersenyum sinis seraya menggelengkan kepala. "Aku tidak perlu menghasut siapa-siapa, Rinjani," kata Dimas dengan tenang.
"Reza, pria yang cerdas. Harta itu miliknya, wajar jika dia mengambilnya kembali dari manusia-manusia serakah macam kalian!"
"Dan aku, hanya membantunya sedikit untuk memuluskan rencananya itu," lanjutnya menambahkan.
Rinjani merasa semakin marah dan kecewa. Dalam hati dia tidak akan menyerah untuk mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliknya. Tak terima dia mendapatkan perlakuan dari sang mantan yang menurutnya sangat tidak manusiawi.
"Aku harus melakukan sesuatu," tekadnya dalam hati.
Rinjani meninggalkan rumah Dimas tanpa berpamitan. Dia bahkan melewati Sigit begitu saja yang tengah menelepon di teras depan.
*
Sementara itu, jauh di seberang pulau sana, seorang wanita cantik tengah berdiri di depan jendela dengan pandangan ke arah hamparan pohon kelapa sawit yang membentang di hadapannya. Kabar yang baru saja diterimanya, bahwa Reza kini telah berubah status menjadi duda, membuatnya terkejut.
Marisa tidak tahu--entah bagaimana dia harus menyikapinya. Apakah dia harus senang dan bersyukur ataukah merasa prihatin. Akan tetapi, bukankah cinta memang harus egois?
"Dengan statusnya sekarang ini, adakah kesempatan untukku mendekatinya?" monolognya.
Marisa menangkup wajahnya dan merasakan pipinya menghangat. Wanita itu menggelengkan kepalanya berulang kali untuk menepis imajinasinya yang mulai mengambil alih seluruh pikirannya.
"Perasaan apa ini? Apakah aku memang benar-benar telah jatuh cinta padanya, atau hanya sekedar mengaguminya?"
Perlahan Marisa membawa langkahnya kembali ke tempat duduknya. Dia berusaha untuk fokus pada pekerjaannya, tetapi bayangan Reza tiba-tiba kembali muncul dan menghantui pikirannya, membuatnya merasa aneh dan bingung dengan dirinya sendiri.
"Oh, ya Tuhan. Kenapa aku jadi seperti ini? Kenapa bayangannya selalu muncul di pikiranku?"
"Aahhh...aku bisa gila! Bagaimana aku akan berhadapan dengannya nanti?"
*
Sepulang dari rumah Dimas, Rinjani langsung mendatangi rumah orangtuanya. Dengan tertunduk lesu seolah dirinya adalah orang yang paling tersakiti, dia membawa langkahnya masuk ke dalam rumah.
"Jani, kamu kenapa, sayang? Kenapa wajahmu sembab begitu, hummm?" tanya Bu Rukmini menyambut kedatangan anak perempuannya.
"Rumah Jani, Bu. Reza telah menghancurkan semuanya. Jani sudah tidak punya apa-apa lagi sekarang. Jani nggak terima, Bu," katanya dengan memasang wajah mengsedih.
"Iya, ibu sudah dengar. Bapakmu lagi mengusahakan keadilan untukmu. Kamu jangan sedih, ya," hibur sang ibu.
"Mantan suamimu itu pasti akan membayar mahal atas semua yang telah dilakukannya padamu," imbuhnya.
Wanita setengah baya itu kemudian memeluk anak perempuannya memberi dukungan.
Sudut bibir Rinjani terangkat tipis, dengan sorot matanya yang licik seakan mengisyaratkan bahwa dia masih belum menyerah dan dia telah memiliki rencananya sendiri.
"Ya sudah, sebaiknya kamu istirahat. Masalah yang kamu hadapi pasti sangat menguras tenaga dan pikiranmu," kata Bu Rukmini seraya mengusap lembut punggung anaknya.
Rinjani mengangguk, dia lantas menuju kamarnya. Di dalam kamar wanita itu membaringkan tubuhnya di kasur lalu menghubungi seseorang.
Saat ini Reza telah berada di ruang tunggu terminal keberangkatan bandara Juanda. Tiba-tiba ponselnya berdering dan menampilkan nama mantan istrinya tertera di layar ponselnya.
"Ada apa?" tanya Reza tanpa basa-basi. "Kita sudah tidak ada urusan lagi," lanjutnya dengan suara tertahan, karena Dhea tengah tertidur di pangkuannya.
"Tidak ada urusan kamu bilang!" kata Rinjani nyolot.
"Kamu sudah menghancurkan rumahku. Kamu tidak punya hak untuk melakukan itu, Reza!" lanjutnya penuh emosi.
"Kamu bilang aku tidak berhak?" balas Reza.
"Dengar baik-baik ya, Rinjani! Aku bebas melakukan apa pun yang aku inginkan atas rumah itu. Tanah itu milikku, aku membangun rumah dari hasil keringatku sendiri tanpa bantuan siapapun apalagi dari orang tuamu." Reza berhenti sejenak mengatur napasnya.
"Sekarang kita sudah berpisah dan aku tidak rela kamu menempati rumah itu bersama selingkuhanmu. Kalau kamu ingin punya rumah, suruh saja dia membangunkan rumah untukmu," imbuh Reza selanjutnya.
"Tapi... Tapi, tidak seharusnya kamu menghancurkannya. Kamu harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu. Kalau tidak, aku akan melaporkanmu pada pihak berwajib atas tuduhan pengrusakan," ancam Rinjani.
"Hahaha... Silakan saja kalau ingin melaporkanku pada polisi. Aku sama sekali tidak takut," sahut Reza.
"Justru aku yang akan melaporkanmu balik atas tuduhan perselingkuhan," Reza balas mengancam.
"Seharusnya kamu bersyukur, karena aku tidak membawa kasus perselingkuhanmu kepada pihak berwajib. Jadi jangan banyak tingkah."
"Memangnya mau pakai apa kamu melapor polisi? Apa kamu masih punya uang? Hahaha...!" Reza tergelak.
Rinjani semakin kalap mendengar Reza meremehkannya. Ia merasa bahwa mantan suaminya itu telah menghancurkan hidupnya. "Aahhh...! Kamu... kamu benar-benar tidak memiliki hati, Reza!" teriak Rinjani.
"Bagaimana bisa kamu tega melakukan hal yang begitu kejam padaku?" Rinjani makin kacau.
"Aku melakukannya karena kamu lah yang telah menghancurkan hidupku, Rinjani,"
"Kamu telah mengkhianati cinta dan kepercayaan yang kuberikan padamu. Jadi, jangan salahkan aku jika melakukan ini padamu,"
"Kamu yang mengajariku bagaimana aku harus mengambil sikap atas apa yang telah kamu lakukan padaku. Semua itu ada harganya, Rinjani!" Selesai berkata Reza langsung menutup sambungan teleponnya.
"Aaahhh....kur*ng *jar...!" Rinjani mengerang frustasi mengetahui bahwa Reza telah memutuskan sambungan teleponnya. Bukan ini yang ia inginkan.
masih mending Sean berduit, lha Farhan?? modal kolorijo 🤢
Siapa yg telpon, ibunya Farhan, Rinjani atau wanita lain lagi ?
Awas aja kalau salah lagi nih/Facepalm/
maap ya ibuu🙈🙈
Rinjani....kamu itu hanya dimanfaatkan Farhan. membuang Reza demi Farhan dan ternyata Farhan sudah mencari mangsa yang lain😂