Kemarahan Sang Penghuni

Wuuusssshh..

Wuussssshhh...

Tiba-tiba saja angin besar datang menerjang langit yang cerah berubah gelap kilatan petir bertabrakan, dan keadaan itu membuat orang-orang yang hadir di acara itu menjadi panik karna sebagian tenda disana telah rusak tertiup angin bahkan ada beberapa pohon yang tumbang dan menimpa tenda.

"Aki bagaimana ini, apakah semuanya ada kaitannya dengan mahluk penghuni hutan ini,? " ujar pak Sudirman bertanya.

"Ya, ini ada kaitannya dengan mahluk-mahluk itu. Dan ini ulah dari mahluk yang waktu itu datang ke rumah Aki. " Ujar ki Bayan.

"Lalu sekarang kita harus bagaimana? " Ujar pak Sudirman.

"Jangan khawatir, serahkan semuanya kepada Aki. Kamu urus saja para tamu suruh mereka pergi dari sini sebelum ada orang yang celaka" Ujar ki Bayan.

"Baik Aki, " ujar pak Sudirman.

Pak Sudirman kembali naik ke podium dan meminta semua tamu nya untuk pulang, dia tak ingin ada kejadian yang tidak dia harapkan.

"Perhatian semuanya.. Peresmian ini telah di sahkan dan besok kita akan memulai pembangunan awal, akan tetapi saya meminta maaf untuk acara pesta kita yang dengan terpaksa akan di berhentikan. Saya tidak ingin ada hal yang tak di inginkan terjadi maka dari itu kita semua bubar dari sini karna acara telah usai, dan untuk semua tamu harap segera beranjak pergi dari sini karna sepertinya akan turun hujan, " ujar pak Sudirman.

Para tamu setuju dengan apa yang di ucapkan pak Sudirman, mereka berbondong-bondong menghampiri pak Sudirman untuk berpamitan mereka pun tak ingin terjadi sesuatu yang tak di inginkan. Apalagi melihat situasi disana yang belum ada bangunan jadi mereka bergegas pergi dari sana karna tak ada tempat berlindung bahkan tenda pun sudah hancur di terjang angin.

Setelah para tamu pergi kini hanya tertinggal pak Sudirman, pak lurah, pak karim, ki Bayan dan para pengawal yang berada di sana. Terlihat ki Bayan sedang sibuk sendiri karna menyiapkan sesajen untuk ritual yang akan dia lakukan.

"Pak lurah, dan yang lain nya bentuk lah lingkaran aku akan memulai ritual dan kalian harus disini menemaniku." Ujar ki Bayan memberi perintah kepada pak Sudirman dan yang lain nya, tanpa menunggu lama mereka pun menuruti apa yang di perintahkan ki Bayan karna sebelum mereka tiba di tempat ini aki Bayan sudah mewanti-wanti mereka agar mereka selalu siap dengan apa yang terjadi dan harus menuruti apa yang dia katakan.

Aki Bayan memulai ritual nya, dia menyalakan api untuk membakar kemenyan di atas cobek yang sudah dia bawa dari rumah nya. Bau kemenyan pun terbawa angin, ki Bayan duduk bersila di tengah-tengah dia terlihat konsentrasi dia sesekali melempar kemenyan dan mulut nya tak henti-henti ber komat kamit entah apa yang dia baca. Yang jelas dia telah memulai ritualnya.

Dengan mulainya ki Bayan ber ritual angin semakin kencang langit mulai menggelap, padahal ini tepat pukul satu siang dan di waktu itu matahari sedang terik-teriknya tapi tidak dengan cuaca disana yang seakan menunjukan waktu maghrib.

Jelederrrrr....

Braaakkk...

Kreekkkkk..

Buuggg...

Suara petir bersahutan, angin terus berputar-putar bahkan beberapa pohon telah tumbang akibat tersambar oleh petir.

Jledeerrrr....

Jledeerrrrrr.....

"Aaahhhhh..."

Tiba-tiba saja pak Karim tubuh nya terangkat

BERSAMBUNG...