NovelToon NovelToon
Batas Yang Kita Sepakati

Batas Yang Kita Sepakati

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Princess Saraah

Apakah persahabatan antara laki-laki dan perempuan memang selalu berujung pada perasaan?

Celia Tisya Athara percaya bahwa jawabannya adalah tidak. Bagi Tisya, persahabatan sejati tak mengenal batasan gender. Tapi pendapatnya itu diuji ketika ia bertemu Maaz Azzam, seorang cowok skeptis yang percaya bahwa sahabat lawan jenis hanyalah mitos sebelum cinta datang merusak semuanya.

Azzam: "Nggak percaya. Semua cewek yang temenan sama gue pasti ujung-ujungnya suka."
Astagfirullah. Percaya diri banget nih orang.
Tisya: "Ya udah, ayo. Kita sahabatan. Biar lo lihat sendiri gue beda."

Ketika tawa mulai terasa hangat dan cemburu mulai muncul diam-diam,apakah mereka masih bisa memegang janji itu? Atau justru batas yang mereka buat akan menghancurkan hubungan yang telah susah payah mereka bangun?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Princess Saraah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjauh

Malamnya, aku sedang duduk di ruang keluarga, menonton Drama Korea sambil memeluk bantal. Lampu ruang tengah remang dan suara dari layar jadi satu-satunya yang terdengar.

Tiba-tiba, ada suara pintu depan diketuk.

Tok... Tok... Tok...

Aku bangkit dengan malas, menyeret langkah ke arah pintu. Tapi begitu kubuka, mataku langsung membulat sedikit kaget.

Azzam.

Dia berdiri di ambang pintu mengenakan training hitam dan kaus bola, rambutnya sedikit acak karena mungkin baru selesai main futsal. Nafasnya masih agak berat. Sudah hampir dua bulan sejak terakhir kami benar-benar bicara. Bahkan file film terakhir pun dia titipkan lewat Erina.

"Eh, Zam. Ada perlu apa?" tanyaku bingung. "Masuklah."

Dia mengangguk pelan. "Mau ngobrol aja sih. Duduk luar aja."

Kami pun duduk di bangku halaman depan rumahku. Udara malam terasa sedikit dingin, tapi sepertinya lebih dingin lagi suasana di antara kami.

Aku menatapnya. "Zam, gue ada salah ya sama lo?"

Azzam menggeleng. "Nggak."

"Terus? Kenapa lo menghindar dari gue? Kan waktu itu lo yang suruh gue jujur soal perasaan gue,eh malah lo menjauh. Aneh."

Dia menghela napas. Lama. Lalu berkata pelan, "Gue lagi PDKT sama cewek."

Aku terdiam sejenak. "Hah? Ih kok lo nggak bilang-bilang sih. Kalau tau kan gue bantuin. Jadinya gue gak perlu suuzon sama lo."

Dia mengangkat bahu, setengah bercanda, "Nggak perlu dibantu. Dengan kegantengan gue juga pasti dapet."

Aku tertawa kecil. "Ih, pede amat lo. Jadi gimana? Udah dapat?"

"Hampir," jawabnya singkat.

"Emang siapa sih cewenya? Gue kenal?" tanyaku penasaran.

Dia menatapku, tak berkedip. "Mira."

Deg.

"Mira???" suaraku agak naik tanpa sadar.

"Iya," jawab Azzam pelan, tapi tegas. "Dan itulah alasan kenapa gue ke sini."

Aku menatapnya dalam diam.

"Mira nggak nyaman," lanjutnya. "Dia nggak suka gue deket sama lo. Dia bilang, kalau gue mau serius sama dia, gue harus ngejauh dari lo."

Hening.

Kata-katanya seperti gelas pecah pelan-pelan di dadaku.

"Mira ngomong gitu?" ucapku datar. "Tapi kan dua bulan ini kita udah jauh Zam."

Azzam mengangguk. "Dia gamau gue sahabatan sama lo lagi."

Aku mencoba tersenyum meskipun rasanya kaku. "It's okey, Zam. Lo nggak salah sama sekali."

"Gue cuma pengen bilang ini langsung ke lo. Gue nggak mau lo bingung atau ngerasa ditinggal gitu aja."

Aku mengangguk, berusaha menelan perasaan yang tiba-tiba pahit ini. "Biasa kok. Sahabatan emang kadang harus menjauh. Apalagi persahabatan cowok-cewek. Kalau udah punya pacar, pasti harus utamain perasaan pasangannya lah. Gue ngerti kok."

Azzam menatapku agak lama. "Gue kira lo bakal sedih kehilangan sahabat lo yang paling ganteng ini."

Aku tertawa pelan, tapi suara tawaku kosong.

"Sedih sih," aku mencoba jujur. "Tapi gue juga senang. Kalau lo bahagia sama Mira, ya gue juga ikut bahagia dong. Sebagai sahabat lo, gue akan tetap disini kok. Kalau lo kenapa-kenapa, lo bisa cerita ke gue, atau... balik jadi sahabat gue lagi. Tapi awas aja sampai lo yang nyakitin Mira ya."

Azzam tertawa, walau terlihat hambar. "Siap."

Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya. Bukan karena angin, tapi karena ada jarak baru yang pelan-pelan kami sepakati. Jarak yang tak terlihat, tapi terasa. Dan yang paling menyesakkan bagiku adalah Mira. Mira bahkan nggak pernah bilang apa-apa soal ini padaku. Apa benar dia menganggapku sahabatnya?

Mira bahkan tidak pernah menyinggung soal Azzam. Mira tidak pernah berkata apa-apa padaku. Dan mungkin, hal itulah yang justru paling menyakitkan bagiku.

...****************...

Hari ini adalah hari pembagian rapor. Hari yang ditunggu-tunggu sekaligus bikin deg-degan. Suasana sekolah terasa berbeda.

Aku duduk di bawah pohon mangga besar dekat lapangan utama, bersama Khalif, Raka, Mira, Salsa, Yumna, dan Erina. Di tangan kami ada sekantong es teh yang kami beli sebelum berkumpul di lapangan. Kami menyeruput pelan, sambil sesekali menatap ke arah panggung di dekat aula itu.

Dari pengeras suara, terdengar suara Bu Ningtias, Wakil Kepala Sekolah.

"Selamat pagi anak-anak semua. Hari ini seperti biasa, sebelum pembagian rapor, kita akan umumkan siswa-siswi berprestasi dari masing-masing kelas dan jurusan."

Sorak-sorai mulai terdengar dari berbagai sudut lapangan.

"Gue yakin nih, Tisya pasti juara satu lagi," gumam Khalif sambil melirikku.

"Iya pastilah itu," timpal Yumna sambil nyengir.

Aku hanya tersenyum kecil dan pura-pura fokus menghisap sisa es tehku.

"Selanjutnya, dari kelas sebelas Akuntansi 2," suara Bu Ning terdengar makin dekat di telinga.

Semua kepala di sekitar kami langsung menengadah. Kami saling menatap, seperti ikut menebak siapa yang akan disebut.

"Juara 3 dengan perolehan nilai 85,6... Erina!"

"Heh, Rin! Gila lo, ga nyangka," kata Raka sambil bertepuk tangan.

"Wihhh keren," tambah Khalif.

"Selamat yaa!" seru aku, Mira, Salsa, dan Yumna hampir serempak.

Erina menutup mulutnya, setengah shock. "Eh serius gue? Ya Allah ya Allah," gumamnya panik sambil berdiri dan berlari kecil menuju panggung.

Kami tertawa melihatnya panik sendiri.

"Juara 2 dengan perolehan nilai 87,8... Nayla Afina."

"Tinggal satu nih. Udah sih, ini pasti Tisya," bisik Raka dengan yakin.

"Dan juara 1 dengan perolehan nilai 92,9... Celia Tisya Athara!"

Seketika semua menoleh ke arahku.

"Tu kan! Apa gue bilang!" seru Khalif sambil mengangkat tangan tinggi ke udara.

"Selamat yaaa, Syaaa!!" kata mereka serempak, bersorak lebih keras dari yang lain.

Aku hanya bisa nyengir kaku seraya berdiri dan berjalan ke arah panggung.

Setelah Bu Ning selesai membacakan nama-nama anak berprestasi, kami semua diarahkan membawa orang tua kami ke kelas masing-masing untuk menerima rapor dari wali kelas. Ruang kelas mendadak sunyi, hanya terdengar suara dari Bu Eka, wali kelas kami.

Beberapa menit kemudian, orang tua kami keluar kelas satu persatu, sebagian dengan ekspresi lega, sebagian lagi dengan ekspresi kesal atau marah.

Aku, Mira, Yumna, Erina, Raka, dan Khalif berkumpul di depan kelas. Sinar matahari siang menyorot tajam dari balik genteng sekolah. Tapi bukan itu yang bikin panas, melainkan topik yang akan kami bahas ini jauh lebih bikin gerah.

"Gue peringkat lima loh," kata Mira sambil melambaikan rapornya ke udara. "Naik satu peringkat dari semester lalu."

"Wihhh, selamat yaa," seruku.

"Kita beda satu digit Mir," gumam Yumna. "Gue peringkat enam."

"Raka lo berapa?" tanya Erina yang baru bergabung sambil masih senyum-senyum dari keberhasilannya naik panggung pagi tadi.

"Duabelas," jawab Raka pelan, terus nyengir seolah itu prestasi.

"Ya ampun Ka, padahal udah tiap hari chatan belajar sama gue loh," keluh Yumna sambil menggeleng pelan.

"Belajar apa bukan tuh?," timpal Khalif. "Jangan-jangan modus aja dia tu Yum, padahal aslinya ga belajar."

Semua ketawa.

"Emang lo rangking berapa Lif?" tanyaku.

"Sepuluh," jawabnya bangga. "Peringkat impian."

"Impian siapa?" sindir Mira.

"Impian gue dong. Pas. Sepuluh. Enggak terlalu pintar, enggak terlalu bodoh. Aman di tengah-tengah."

Aku tertawa, lalu menoleh ke Nizan yang sepertinya abis dimarahi mamanya. Tangannya menenteng rapor yang terbuka setengah, wajahnya datar banget.

"Nizaaaan" panggil Mira panjang. "Peringkat lo berapa?"

Nizan hanya nyodorin rapornya ke arahku tanpa bicara.

Aku buka dan langsung kaget tapi mencoba menahan reaksi.

"Eh? peringkat 25?" tanya Khalif dan Raka bersamaan.

"Yap," jawab Nizan tenang. "Lima dari belakang. Keren gak?"

Raka, Erina dan Khalif langsung tertawa kencang. "Woy. Itu bukan keren namanya."

"Gue sih bangga," ucap Nizan santai. "Setidaknya gue konsisten. Semester lalu juga segitu. Gak pernah turun. Lagian masih ada yang di bawah gue. Berarti gue ga bodoh banget."

"Tapi juga gak pernah naik," balas Erina cepat.

"Aduh Zan. Lo gak takut dimarahin nyokap lo?" tanya Yumna.

"Nggak. Soalnya dia udah pasrah," balasnya. "Selama gue naik kelas, itu udah nilai plus buat dia."

Kami semua tertawa.

"Kalau lo serius belajar dikit, pasti bisa naik Zan. Udah dekat sama Tisya pun ga naik juga peringkat lo," kata Khalif.

"Gue serius kok," katanya pelan. "Serius nggak suka belajar."

Aku memukul lengannya pelan menggunakan rapor. "Dasar."

Yang tidak kami sadari hari itu adalah, bahwa hari ini adalah hari terakhir kami berkumpul di sekolah dengan formasi lengkap.

Hanya seminggu lagi menuju tahun baru, dan bersama detik pergantian waktu itu, kami juga akan memulai awal yang baru.

Mira, Nizan, Yumna, Salsa, dan Erina akan memulai magang lebih dulu, masuk ke dunia yang lebih nyata, lebih sibuk, dan perlahan menjauh dari bangku-bangku yang selama ini menyatukan kami.

Sementara aku, Khalif, Raka, dan Afiq akan tetap di sekolah, menjalani hari-hari seperti biasa dengan bangku kosong yang semakin banyak.

Lucunya, kami semua terlalu terbiasa dekat, hingga lupa bahwa kedekatan tak pernah bisa dijadikan jaminan untuk kebersamaan yang abadi.

1
Asseret Miralrio
Aku setia menunggu, please jangan membuatku menunggu terlalu lama.
Daina :)
Author, kita fans thor loh, jangan bikin kita kecewa, update sekarang 😤
Saraah: Terimakasih dukungannya Daina/Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!