NovelToon NovelToon
TEMANKU ADALAH SUAMIKU

TEMANKU ADALAH SUAMIKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Nikahmuda / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kholifah NH2

pernikahan yang terjadi karena kebaikan seorang laki-laki yang ingin menyelamatkan teman perempuannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Desa

"Bisa lo jelasin sekarang, gue bikin kesalahan apa sampe lo ngehindarin gue kayak tadi di kampus?."

"Aduh, Adrian...aku-"

"Apa? Jangan bilang nggak mood lagi?."

"Aku bukan nggak mood, tapi ngantuk."

"Heh! Lo bener-bener menguji kesabaran gue, ya." Adrian menghampiri Airin diatas tempat tidur, posisinya langsung mengungkung Airin tepat diatasnya

"K-kamu mau ngapain?." Airin mulai ketakutan, ia menahan kedua bahu Adrian dengan kedua tangannya

"Menurut lo? Kalo lo nggak mau cerita, lo gue unboxing malam ini."

"Eh? Jangan, aku takut."

"Ya udah, makanya kasih tau gue, gue bikin kesalahan apa? Bukannya baik-baik aja sebelumnya?."

"Adrian bangun dari posisinya dan duduk dihadapan Airin, "Ayo, cerita."

Airin terdiam sejenak, ada rasa ragu menceritakan apa yang ia temui dimeja belajar Adrian kemarin, "Aku."

"Iya? Kenapa?."

"Tapi kamu jangan marah ya, janji?."

"Janji, Sayang."

"Okey...jadi kemarin itu aku nemu kotak warna biru dimeja belajar kamu."

"Kotak? Warna biru? Apa itu?."

"Lho, kamu nggak ingat? Bukannya itu punya kamu?." Mendengar pertanyaan Airin membuat Adrian berfikir keras,

"Ya Tuhan, jadi Airin udah ngeliat isi kotak itu?."

"Isinya foto-foto aku, dan...ada foto kamu lagi sama Tommy."

"Tommy? Iya, dia mantan lo kan?."

"Dan dia juga sepupu kamu?." Pertanyaan Airin lagi-lagi membuat Adrian terkejut,

"Lo tau soal itu?."

"Iya, kemarin aku ketemuan sama Tommy. Dia ceritain semuanya ke aku..."

"Disitu aku baru tau, ternyata kamu yang bikin aku putus sama dia?..."

"Kamu sengaja jebak Tommy buat tidur sama Bella. Kamu jahat banget, sih?."

Raut wajah Airin berubah, Airin terlihat menahan amarahnya dan itu membuat Adrian mulai khawatir, "Rin, bukan gitu-"

"Aku udah tau semuanya, Adrian..."

"Kamu tau nggak sih, aku berantem lho sama Tommy, aku langsung putusin dia."

"Terus sekarang lo marah sama gue?." Adrian balik bertanya, dan itu membuat Airin terdiam sejenak,

"Aku nggak marah, aku cuma sedih. Waktu itu Tommy coba jelasin ke aku..."

"Tapi aku nggak mau denger, aku udah nggak percaya sama dia..."

"Padahal Tommy itu pacar pertama aku, aku ngerasain jatuh cinta karena dia..."

"Tapi...kamu jahat."

"Sorry." Adrian menunduk, tangannya meraih kedua tangan Airin dan menggenggamnya erat,

"Gue sadar, gue salah. Gue ngelakuin itu buat dapetin lo, Rin..."

"Jujur, udah lama gue suka sama lo. Waktu gue tau lo pacaran sama Tommy, gue marah..."

"Gue cemburu ngeliat lo sama Tommy. Ditambah dia sepupu gue, gue jadi benci sama dia..."

"Makanya gue nekat, gue jebak Tommy sama Bella, karena Bella juga suka sama Tommy, gue ajak dia kerja sama. Dan Bella setuju."

"Ya Tuhan." Airin bergumam, matanya terpejam sambil menggeleng-gelengkan kepalanya,

"Dengerin, waktu gue dapat kabar Om Benny mau nikahin lo, jelas gue nggak bisa diam aja..."

"Gue nggak mau usaha gue bikin lo putus sama Tommy sia-sia gitu aja."

"Ih! Kamu jahat banget...jahat banget." Airin memukuli lengan Adrian berkali-kali,

"Gue ngelakuin itu biar lo jadi milik gue. Kenapa lo nggak ngerti, sih?."

"Tapi nggak gitu caranya."

"Terus gue harus gimana? Udah, lah, semua udah berlalu, lo udah jadi istri gue..."

"Lo bisa apa sekarang? Tommy juga udah nikah, bahkan udah punya anak?."

"Iya! Dan itu gara-gara kamu!."

"Iya...iya...gue salah...gue benar-benar minta maaf." Adrian mengecup tangan Airin beberapa kali,

"Lo maafin gue, kan?."

"Iya, aku maafin kamu. Nggak ada gunanya juga aku marah. Aku nggak mau bahas soal ini lagi, lupain aja."

Adrian tersenyum lega mendengar ucapan Airin, "Gue mau jujur lagi sama lo..."

"Waktu awal-awal kita dekat, gue senang banget, karena gue banyak habisin waktu sama lo..."

"Tapi lo nggak peka, lo malah comblangin gue sama sahabat lo itu..."

"Jelas-jelas gue nggak suka. Tapi tetap aja lo bantuin dia."

"Iya. Jadi percuma ya, ternyata kamu nggak suka."

"Ya udah, makanya sekarang lo fokus ke gue, kan kita baru aja mulai hidup baru?."

"Iya, benar. Kamu baru aja jadi pacar aku."

"Rin? I'm your husband."

"Hehe...iya, iya." Airin tersenyum lagi, ia merentangkan tangannya untuk memeluk Adrian, namun disaat laki-laki itu menyambutnya, pintu kamar mereka terbuka. Sosok Henry muncul disana. Pelukan pun tertunda.

"Eh, eh, Papa ganggu, ya?."

"Enggak, Pa."

"Gini, Adrian...barusan Om Morgan telfon, katanya Oma minta kita semua datang kerumah..."

"Om Morgan bikin pesta kecil-kecilan buat ulang tahun Oma..."

"Ya, meskipun Papa sendiri malas ketemu Om Morgan, tapi ini permintaan Oma..."

"Kalian mau datang kan Adrian? Airin?..."

"Airin kan juga belum kenalan sama Oma nya Adrian, karena waktu kalian menikah, Oma masih diluar negeri. Gimana?."

Adrian dan Airin saling bertatapan. Adrian menatap Airin untuk meminta jawabannya sementara Airin justru larut dalam pikirannya sendiri.

"Yaudah, Pa. Kita ikut."

"Bagus, kalian berangkat berdua, ya. Biar Papa bawa Mama dan Mita."

"Ayo, siap-siap dulu."

Setelah Henry pergi, Adrian mengguncang lengan Airin, gadis itu masih mematung, "Malah bengong?."

"Adrian, Om Morgan itu ayahnya Tommy, kan?."

"Iya."

"Berarti Tommy juga ada disana?."

"Nggak tau. Mungkin iya, dia juga datang kerumah Oma."

"Aduh, Adrian bakal ketemu sama Tommy? Kok aku jadi takut."

Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, akhirnya Airin dan Adrian tiba disebuah pedesaan yang ada didataran pegunungan. Suasana dingin, sejuk dan asri membuat Airin bahagia karena suasana seperti ini tidak bisa dapatkan diperkotaan. Airin turun dari mobil dengan senyum terlebar yang ia punya. Ia berputar-putar dengan tangan membentang, merasakan hembusan angin sepoi-sepoi yang menerpa permukaan kulitnya.

"Emang nggak dingin?." Adrian datang menghampiri, tangannya merapihkan rambut Airin yang berantakan setelah berputar-putar

"Dingin, tapi aku suka. Aku mau tinggal disini."

"Ha? Ya, ya, begini lah Airin, dengan segala permintaan anehnya."

"Oh iya, Adrian, kapan kamu mau beliin aku ikan?." Airin menatap Adrian penuh harap, tangan gadis itu melingkari lengannya

"Tadi kamu udah janji."

"Hahaha, kirain udah lupa. Nanti pulang dari sini kita beli ya, Sayang." Ucap Adrian sambil mencubit pipi istrinya,

"Okey...aku mau main-main dulu disini."

"Masuk dulu, yuk. Temuin Oma."

"Oh iya, ya. Kita kan datang mau ketemu Oma, aku lupa."

"Hm, suasananya bisa bikin lo lupa ya, hahaha."

Sambil bergandengan tangan, Airin melangkah memasuki rumah khas pedesaan jaman dulu yang masih didominasi kayu berwarna gelap namun terlihat sangat kokoh dan elegan. Airin mengedarkan pandangannya menatap seluruh ruangan dirumah itu sampai segala penjuru. Airin mengagumi rumah ini, selain suasananya yang sejuk, rumah itu juga membuatnya nyaman.

"Hey?..."

"Airin?..."

"Kamu Airin, kan?." Seorang pria menghampiri mereka berdua, pria itu tersenyum sambil mengusap puncak kepala Airin,

"Om Morgan, ayahnya Tommy."

"Iya Om, ini Airin. Om apa kabar?."

"Om baik, Sayang. Om baik..."

"Ya, setelah kamu dan Tommy putus, kita pun juga putus komunikasi..."

"Om rindu sekali, Nak. Kamu sudah Om anggap seperti puteri Om sendiri..."

"Gimana kabar kamu, baik kan?."

"Iya, Om. Airin baik."

"Ya, syukurlah." Morgan terdiam sejenak, tatapan beralih pada Adrian yang terlihat tidak suka dengan kehadirannya,

"Dan untuk pernikahan kamu dengan Adrian...Om ucapkan selamat ya, semoga kamu selalu bahagia dengan siapa pun kamu sekarang." Benny tersenyum sinis menatap Adrian,

"Ayo, kamu temui Oma Nilam ya, Oma udah nunggu." Sekali lagi Morgan mengusap kepala Airin sebelum pergi meninggalkan mereka

Airin sedikit mendongak untuk menatap Adrian, tangannya ia lingkarkan dilengan lelakinya itu, "Keliatannya Om Morgan nggak suka kita nikah?."

"Jelas, dia mau nya lo nikah sama Tommy. Bukan sama gue."

"Hm, ya udah deh jangan dibahas, aku nggak mau kamu bad mood."

"Ciee, lo peduli sama gue, ya?."

"Engga. Ini kan dirumah Oma, aku nggak mau kamu tantrum nggak jelas."

"Gue nggak pernah tantrum, lo kali..."

"Ya udah, kita temuin Oma sekarang."

"Eh, tunggu dulu...Oma galak, nggak? Kalo Oma nggak suka sama aku gimana?."

"Oma baik, kok. Oma pasti juga suka sama lo."

"Kamu serius?."

"Serius, Sayang. Ayo."

Adrian membawa Airin keruang keluarga. Semua orang sudah berkumpul disana termasuk Tommy yang sedang bermain ponselnya pada sofa disudut ruangan. Nilam, sosok tertua yang ada disana menyambut kedatangan mereka penuh hangat dan kasih sayang. Meski baru pertama kali bertemu Airin, Nilam terlihat menyukai gadis itu, tepat sekali dengan yang Adrian katakan.

Nilam meminta seluruh anggota keluarga untuk mempersiapkan acara. Kecuali Airin, Nilam hanya ingin Airin duduk disampingnya. Nilam ingin berbicara banyak dengan istri dari cucunya itu.

"Jadi kamu sudah lama kenal Adrian?."

"Iya, Oma. Adrian itu teman Airin di SMA dan sekarang kita satu kampus."

"Oh...Adrian pintar ya mencari istri. Kamu cantik sekali." Nilam tersenyum, tatapannya pada Airin terasa begitu tulus.

"Oh iya, Tommy juga kuliahnya bareng Adrian. Apa kamu kenal Tommy, sepupunya Adrian?".

"Iya Oma, Airin juga kenal Tommy."

"Ma, Airin dan Tommy itu mantan pacar. Mereka pernah pacaran dua tahun." Ucap Morgan saat menghentikan langkahnya didepan Airin dan Nilam

"Om Morgan...kenapa bilang begitu sih?."

"Kamu...mantan pacar Tommy?."

Akhirnya Nilam melontarkan pertanyaan yang seharusnya tidak dipertanyakan. Entah mengapa Morgan malah mengungkit masa lalu didepan Nilam,

"Iya...iya, Oma." Airin tertunduk, sungguh ia merasa tidak nyaman dengan situasi saat ini,

"Rin? Adrian nyari kamu, dia dibelakang." Henry pun datang, dan Airin bisa bernafas lega, setelah meminta izin pada Nilam, Airin langsung menghampiri Adrian yang sedang berdiri dihalaman belakang

"Adrian?." Airin langsung memeluknya, kepalanya bersandar tepat didada bidang lelakinya itu,

"Kenapa?."

"Om Morgan, masa dia kasih tau Oma kalo aku mantannya Tommy. Buat apa coba."

"Ya, gue udah duga. Makanya gue males didalam, pasti Om Morgan bakal ngomong macam-macam..."

"Rin, liat ini...banyak bunga." Airin melepas pelukannya, ia langsung berlari dan berjongkok didepan hamparan bunga berwarna-warni dihalaman itu,

"Waaahhh..."

"Bunganya cantik-cantik."

"Nggak ada yang secantik lo, Rin." Batin Adrian sambil tersenyum, ia sedang fokus memperhatikan sosok tercantik diantara bunga-bunga indah dibawah sana.

"Ini semua Oma yang ngerawat?."

"Iya."

"Sebanyak ini?."

"Iya. Oma emang suka tanaman hias, apalagi bunga-bunga kayak gini..."

"Makanya semua masih terawat." Mendengar penjelasan Adrian, Airin mengangguk paham dan langsung mendongak menatap Adrian sambil tersenyum

"Kenapa senyum-senyum?..."

"Jangan bilang lo pengen tanam bunga-bunga juga?."

"Hehe, kamu peka banget, ya." Airin langsung berdiri dan bergelayut manja dilengan Adrian,

"Bunganya cantik, Adrian. Aku pengen."

"Ya udah, nanti gue beli rumah, biar lo bebas mau tanam apa aja."

"Lho, kok beli rumah, sih? Beli bunga."

"Iya, tapi Mama sama Tante Mita nggak suka tanaman. Gue nggak mau tanaman lo nanti dirusak..."

"Jadi gue beli rumah dulu, biar tanaman lo aman."

"Oh, Ya Tuhan. Nggak harus beli rumah juga. Itu berlebihan."

"Nggak ada yang namanya berlebihan buat istri gue." Adrian mendaratkan kecupannya dikening Airin dan itu sanggup membuatnya tersipu malu,

"Ehem." Tommy datang dan berdiri dibelakang mereka, "Oma nyuruh masuk, makan malam."

Tommy pun lekas pergi tanpa mengatakan apa pun lagi. Diikuti Airin dan Adrian yang langsung menyusul dibelakangnya,

"Please, semoga didalam nggak ada yang bahas soal aku sama Tommy. Atau Adrian bakal bad mood."

Makan malam itu berjalan lancar tanpa hambatan. Dihadapan meja makan yang panjang itu, sebuah keluarga besar terlihat menikmati santapan sambil berbincang santai, semua bergabung tanpa ada yang tertinggal, tanpa ada yang merasa terpojok, Airin pun merasa tenang.

"Hari ini Oma senang sekali, semua berkumpul dihari ulang tahun Oma..."

"Ya, meskipun ada anggota keluarga yang kurang, Bella, karena ada dirumah orang tuanya..."

"Dan juga Benny, yang masih dirawat dirumah sakit, nggak apa-apa..."

"Pak Benny dirumah sakit?."

Perkataan Nilam selanjutnya hanya sekedar lewat ditelinga Airin, sebab gadis itu sedang berkutat dengan pikirannya sendiri. Ia mengingat-ingat kapan terakhir kali ia bertemu Benny, dan itu adalah saat Benny datang ke kamarnya dan mencoba melakukan pelecehan beberapa hari yang lalu.

"Kenapa Pak Benny dirawat? Terakhir dia datang keliatannya baik-baik aja?."

Makan malam telah seleai, posisi pun berpindah ke halaman belakang rumah. Disana mereka kembali berbincang sebelum pergi meninggalkan rumah Nilam. Namun Airin, gadis itu terlihat didapur, ia sedang membuat segelas minuman hangat untuk Nilam.

"Sayang? Oma kan sudah bilang, kamu nggak perlu bikin minuman buat Oma." Ucap Nilam saat datang menghampiri

"Nggak apa-apa, Oma. Cuacanya makin dingin, Oma bakal ngerasa lebih hangat minum ini..."

"Biar tidur Oma jadi lebih nyenyak."

"Terima kasih ya, Nak. Kamu benar-benar anak yang baik."

"Iya, sama-sama, Oma. Oma tunggu dikamar aja. Nanti Airin yang antar."

"Iya, iya."

Airin kembali melanjutkan kegiatannya didapur, "Jangan lupa dikasih jahe."

"Rin?."

"Iya, Adri-"

"Eh, Tommy?." Airin terkejut saat berbalik, ternyata sosok Tommy yang datang dan langsung berdiri dihadapannya,

"Kenapa, Tom?."

Tommy terlihat menghela nafas panjang sebelum memulai obrolan, "Jujur, aku benar-benar nggak habis pikir. Kok kamu mau nikah sama Adrian?..."

"Ya, aku udah tau soal masalah keluarga kamu sama Om Benny..."

"Adrian ngelakuin itu dengan alasan selamatin kamu dari Om Benny, kan..."

"Tapi setelah itu, kenapa kamu setuju? Kenapa kamu ngelanjutin pernikahan ini?..."

"Kenapa kamu nggak minta cerai?."

"Apa? Cerai?."

"Iya, bukannya aku udah kasih tau kamu, Adrian itu nggak sebaik keliatannya..."

"Kamu itu tujuan terakhir dia. Tentu dia bahagia kamu jadi istrinya..."

"Tapi apa kamu bahagia sama dia? Enggak, kan?."

"Aku bahagia atau enggak cuma aku yang tau, itu urusan aku."

"Iya, aku ngerti, Rin. Tapi-"

"Tommy, udah. Aku tau niat kamu baik, tapi Adrian nggak sejahat itu..."

"Iya, dia salah karena bikin kita putus. Tapi dia udah minta maaf."

"Terus kamu maafin dia? Hm? Segampang itu?." Tommy mendekat, ia mengikis jarak dengan Airin sampai gadis itu terhimpit di meja dapur.

"To-Tommy?."

"Kamu dengar aku baik-baik, aku nggak akan pernah terima sama sikap Adrian..."

"Dia udah pisahin aku sama cinta pertama aku..."

"Dan kamu tau? Aku nggak pernah pake hati sama Bella, kalo dia nggak hamil, aku nggak bakal sudi nikahin dia..."

"Tapi sial, dia hamil."

"Tommy? Kamu jangan ngomong gitu?."

"Kenapa? Harusnya kamu tau, sampe sekarang aku masih cinta sama kamu..."

"Dan aku juga tau, kamu nggak mungkin jatuh cinta sama orang kayak Adrian..."

"Kamu rela jadi istrinya karena dia udah baik sama kamu dan keluarga kamu, dia yang selesain urusan kamu sama Om Benny..."

"Aku benar, kan? Anggap lah kamu rela jadi istrinya karena balas budi."

"Bro!." Adrian muncul dari belakang, ia langsung menarik jaket yang dipakai Tommy dan menyeretnya menjauhi Airin,

"Lo udah kebanyakan omong...

"Lo liat dia?." Adrian menunjuk Airin yang matanya sudah berkaca-kaca,

"Dia tetap diam dengerin semua omongan lo..."

"Lo ngehina dia pake kata-kata lo."

"Emangnya kenapa? Kalo omongan gue salah, harusnya Airin ninggalin lo..."

"Kenapa dia masih bertahan jadi istri lo? Ya, balas budi, karena lo udah bantu keluarga dia."

"Lo-"

"Adrian?!." Airin menghadang Adrian yang hendak meninju Tommy. Keributan didapur itu membuat seluruh anggota keluarga datang menghampiri

"Adrian? Kenapa lagi, sih?." Tanya Inez

"Ya, aku udah duga, hal ini akan terjadi kalo mereka bertemu." Morgan juga angkat bicara,

"Sudah, sudah..."

"Nak, kamu bawa Adrian ke kamar tamu dulu, ya. Tenangin Adrian." Nilam memberi perintah dan Airin segera melaksanakannya. Ia bawa Adrian pergi dari dapur.

"Kenapa lo diam aja? Tommy udah ngehina lo."

"Ya, anggap aja omongan dia benar?."

"Apa?."

"Udah lah, jangan dibahas lagi."

"Jawab gue, apa lo masih cinta sama Tommy?." Adrian bertanya dengan tatapan sangat dalam, tangannya pun memegang kedua bahu Airin,

"Enggak."

"Jangan bohong."

"Aku udah nggak cinta sama dia, udah nggak ada perasaan sama sekali."

"Bagus." Adrian melenggang keluar kamar setelah mendapatkan jawaban yang ia mau

"Ya Tuhan, Adrian mau kemana lagi, sih?."

...•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••...

WOYY MO NANGIS LAHH GUWEEE 😭 NGEJAR TARGETTT BGT INI PENGEN BURU-BURU KONTRAKKK 😭

PLISS PLISS TINGGALKAN JEJAK BIAR GUWE GAK LETOOYYY

W MAKSA, KALO KLENN NGGAK MAU TINGGALIN JEJAK, W ADUIN KLEENNN SEMUA KE AYANG ADRIAN!!!

CUKUP SEKIAN, BERSAMBUNG DULUU JARI GUWE PEGEL

BABAYYY

1
Raefli Dirgantara
menarik
fli
Tommy mulai nyari mslah lg
fli
aku jg kecewa lohh toorrr
fli
iya tau adria, tau kok Airin cantik
fli
rangkaian kata2 nya bagus thoorr bikin kebawa suasana, ikut geli,🤣🤣🤣😭
fli
belah duren kah????
fli
😱😱 adrian muali nakaallll
fli
👧 maafin aku y
🧑 gak
👧aku cium y
🧑 ok
sumpah ini mereka knpa siihh 😭😭 mood bgt bacanya
fli
aladin kali naik karpet terbang wkkw ada2 aja toorrr
fli
numpang ngakak Rin wkwkkwkwkwk
fli
adrian dgn bangga cerita juara balap liar 🤣🤣🤣🤣😭
Lili
woyy gerah ni aku
Lili
istigpar adriannnnn
icegirl
nah betul ini
icegirl
LANJUDKAN TORRR
icegirl
plsss la jngan cari masalah sma Adrian -_- kmu udh pnya istri juga tommy
icegirl
sengaja deh sengaja-_-
icegirl
seneng amat kyknya
icegirl
kebiasaan suka nyosor tiba2 kyk soang
icegirl
nyesssss
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!