Meninggal dalam kekecewaan, keputusasaan dan penyesalan yang mendalam, ternyata membawa Cassie Night menjalani takdir kehidupannya yang kedua.
Tidak hanya pergi bersama kedua anaknya untuk meninggalkan suami yang tidak setia, Cassie juga bertekad membuat sahabatnya tidak bersinar lagi.
Dalam pelariannya, Cassie bertemu dengan seorang pria yang dikelilingi roh jahat dan aura dingin di sekujur tubuhnya.
Namun, yang tak terduga adalah pria itu sangat terobesesi padanya hingga dia dan kedua anaknya begitu dimanjakan ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Felix, Tolong Aku!
Di Stary City, pemakaman Cassie Night menjadi pusat perhatian dan perbincangan. Seluruh kota bergetar dengan kisah tragis Cassie yang dulunya dipuja-puja karena menjadi istri Felix Murphy.
Kehidupan Cassie yang pernah dianggap sebagai detak jantung dari kebahagiaan, seketika hancur oleh pengkhianatan yang memilukan.
Dalam satu malam, dia berubah dari wanita paling beruntung di dunia menjadi simbol kesedihan dan pengkhianatan, semua karena sosok yang seharusnya mencintainya, Felix, dan sahabatnya, Aleena.
Pemakaman Cassie dijadwalkan sore itu, dan antusiasme masyarakat luar biasa. Bukan hanya karena mengantar kepergian seorang istri dan ibu, tetapi juga untuk menjadi saksi drama kehidupan yang berputar di sekitar kasih sayang dan pengkhianatan.
Dengan smartphone terangkat, banyak yang ingin menangkap setiap momen, berharap bisa merekam frasa emosional, tetesan air mata, atau momen berharga yang bisa menarik perhatian di media sosial. Semua ini seakan menjadi hiburan tersendiri, merayakan tragedi orang lain.
Felix berjalan pelan menuju tempat pemakaman, tangannya memeluk erat kotak abu Cassie, sementara hatinya dihantui oleh badai perasaan yang bergejolak. Langkahnya terasa berat, seolah setiap inci jalan menuju makam adalah sebuah perjalanan menuju penyesalan yang tak terelakkan.
Wajah Felix mungkin tampak tenang, tetapi di dalam batinnya, dia terjebak dalam labirin rasa bersalah dan kehilangan.
Cassie, cinta sehidup semati yang dikenal sebagai cahaya dalam hidupnya telah pergi, meninggalkan beban tak tertanggungkan—rasa bersalah akibat kesalahan yang telah menghancurkan hubungan mereka.
Kenangan indah bersama Cassie berputar di otaknya, menciptakan kontras menyakitkan dengan kenyataan pahit yang dihadapinya sekarang.
Di sisi lain, Aleena Clark dengan percaya diri ikut hadir, memicu bisik-bisik tajam dari kerumunan.
"Lihatlah, Aleena Clark juga menghadiri pemakaman Nyonya Cassie. Dengan status apa dia datang ke sini?" seru seorang wanita dari kerumunan. "Sebagai selingkuhan Tuan Felix, atau orang yang disponsori oleh mendiang Nyonya Cassie?"
"Apa dia tidak tahu malu? Untuk apa dia ada di sini?"
"Dia pasti ingin memprovokasi orang, dan menunjukkan posisinya di hati Tuan Felix."
"Mungkinkah mereka mendapatkan surat nikah secara rahasia?"
"Astaga, itu tidak mungkin, kan?"
"Nyonya Cassie bahkan belum dikuburkan, bagaimana mungkin Tuan Felix bisa menikahi selingkuhannya? Apa dia tidak takut dihukum Langit?"
Felix tidak peduli dengan segala komentar buruk dan desas-desus yang kian meruncing, dalam pandangannya, dunia seolah menghilang.
Hanya ada dia, kotak abu Cassie yang dingin, dan kesedihan yang tak berujung.
Tubuhnya seperti raga kosong yang melangkah tanpa tujuan, terjebak di antara kenangan dan kenyataan pahit.
"Lihatlah cara Aleena menatap Tuan Felix, dia sama sekali tidak menyembunyikan perasaannya."
"Cuih! Jalan9 murahan ... tidak tahu malu!"
Semua orang di sekeliling terus berbicara, seolah hidupnya adalah bahan pembicaraan yang paling menarik dan mereka hanya menunggu untuk menjatuhkan vonis.
"Jika Tuan Felix benar-benar merasa bersalah, dia seharusnya menghukum wanita jalan9 itu. Kenapa malah membawanya ke pemakaman?"
"Betul, jika Aleena si jalan9 murahan itu tidak memprovokasi Nyonya Cassie, mungkin Nyonya Cassie tidak akan meninggal seperti ini."
"Dia sengaja memecah-belah hubungan antara Nyonya Cassie dan Tuan Felix, tapi sepertinya Tuan Felix masih ingin memanjakannya."
"Entah mantra apa yang diberikan jalan9 itu kepada Tuan Felix?"
Bukannya marah, Aleena justru menatap Felix dengan tatapan penuh ambisi. Senyuman liciknya tak terbendung, bak kembang kertas menghiasi mimik wajahnya. "Kutuklah, aku. Semakin banyak kalian mengumpat, semakin Felix merasa aku benar-benar mencintainya dan rela dikutuk."
Detak jantung Aleena terasa berkobar seiring bayangan masa depan yang dia impikan.
“Posisi Nyonya Murphy akan menjadi milikku!” Aleena berbisik pada dirinya sendiri, keyakinan menyelimutinya meski dunia sekelilingnya penuh dengan cacian.
Tiba-tiba, raungan keras mengguncang lamunannya dan mengejutkan kerumunan.
“Bajin9an!” teriak seorang pria paruh baya, sementara tangan besarnya melayang ke arah Felix dengan cepat.
Aleena terkejut melihat kejadian itu, merasakan kekhawatiran mendalam saat Felix terhuyung ke belakang.
Meski terkejut dan hampir terjatuh, Felix tidak berniat mengembalikan .
Terlebih, setelah melihat sosok yang telah memukulnya. Dia sadar diri, dia tidak seharusnya melawan dan memang sepantasnya dipukul.
Aleena terkejut dan maju ke depan dengan perasaan khawatir. "Felix, kamu baik-baik saja? Apakah sakit?"
Detik selanjutnya, dia menatap tak senang pada pria paruh baya itu.
"Siapa dan dari mana asalnya orang tua ini?! Kenapa datang-datang langsung memukul orang?"
Tatapan Aleena penuh dengan aura permusuhan, seolah-olah dia siap berperang demi melindungi Felix. “Jika kamu berani memukulnya lagi, aku akan memanggil polisi!” katanya dengan nada tegas, berusaha menampilkan keberanian meski hati kecilnya bergetar.
“Oh, jadi ini jalan9 yang membuatmu mengkhianati putriku?” Adam Night menatap Aleena dengan sinis, suaranya menekankan hinaan yang pedas.
Dengan satu gerakan tangan Adam Night, beberapa pria bertubuh tegap dan berpakaian serba hitam melangkah maju, mengelilingi Aleena.
"Hei, apa yang kalian lakukan?" pekik Aleena, merasa terjebak dalam satu lingkaran ketakutan.
"Hei, apa yang kalian lakukan?" "Lepaskan aku!" Aleena mencoba memberontak, tetapi usahanya itu sia-sia karena tak mungkin bagi seorang wanita lemah seperti dia bisa melawan lima pria sekaligus.
Tidak hanya memegangi Aleena dan menyeretnya ke samping, mereka bahkan memukulinya tanpa ampun.
"Ahhhh ... kenapa kalian memukulku?" Aleena tidak bisa menahan tangisnya lagi. "Hentikan! Tolong ... Felix, tolong aku!" Dia membutuhkan keberanian dan butuh seseorang untuk membela dirinya, tetapi semua harapannya tampak seperti kabut yang perlahan menghilang.
Felix masih berdiri di sana dengan tatapan kosong, seperti sebuah patung yang hanya bisa bernafas.
Dengan amarah yang meluap, Tuan Night menarik kerah baju Felix dan memukulnya lagi. "Apakah ini caramu mencintai dan merawat putriku, hah?!" teriaknya dengan suara yang menggema bagaikan guntur di tengah badai.
Setiap kata dari mulutnya bagaikan pedang yang mengoyak hati Felix, pria itu masih terkurung dalam rasa bersalah mendalam.
"Berhenti memukulku!" teriak Aleena dengan mata penuh air mata, berusaha melawan para pengawal yang mengamankan tubuhnya.
Namun, teriakan serta raungan Aleena seolah tenggelam dalam keheningan yang mencekam. Para suruhan Adam Night hanya melanjutkan aksi mereka, tak menggubris rasa sakit dan kepedihan yang terpancar dari wajahnya.
Bammm!!!
Tuan Night memukul wajah Felix yang tak kunjung menolong Aleena, dan tetap terdiam tanpa daya juga perlawanan.
"Felix, tolong aku!" teriakan Aleena tidak terdengar lagi, keadaan seakan membisu saat tubuhnya pingsan di antara tangan-tangan kasar itu.
Felix masih terpekur di tempat, merasakan getir yang mendalam.
Melihat Felix tidak bereaksi, Adam Night merasa kemarahannya semakin berkobar.
Dengan wajah berapi-api, dia kembali melayangkan tinjunya ke arah Felix yang seakan tak memiliki daya untuk melawan. "Mati saja kau!"
mulai membuka hati sma Athur...
tunggu aj pd waktux Cess keluar bersama ..
kesuksesanx dan kemakmuran disertai kebahagian x ...