NovelToon NovelToon
AKU PUN BERHAK BAHAGIA

AKU PUN BERHAK BAHAGIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: sicuit

Jaka, adalah seorang yang biasa saja, tapi menjalani hidup yang tak biasa.
Banyak hal yang harus dia lalui.
Masalah yang datang silih berganti, terkadang membuatnya putus asa.
Apalagi ketika Jaka memergoki istrinya selingkuh, pertengkaran tak terelakkan, dan semua itu mengantarnya pada sebuah kecelakaan yang semakin mengacaukan hidupnya,
mampukah Jaka bertahan?
mampukah Jaka menjemput " bahagia " dan memilikinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sicuit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apa Yang Terjadi ...

Jaka duduk diam di tepi tempat tidur. Masih memeluk selimut Yunis yang sudah basah oleh air mata. Sesekali menggeleng keras, sesekali diam dengan pandangan kosong.

Entah bisikan dari mana, tiba - tiba Jaka membuat simpul dari selimut tipis itu, dengan kaosnya, dengan bajunya, dengan apa pun yang bisa disimpulnya, sambung menyambung menjadi panjang.

Dengan pandangan kosong, Jaka meletakkan kursi di atas meja, lalu naik, berpijak pada meja, Jaka naik ke atas kursi, dari sana dia melemparkan utas panjang itu pada usuk kamarnya. Ditarik hingga sama panjang, sedang sisi yang lain diikatkan pada lehernya.

Dengan sekuat tenaga, dia menarik sisi yang lain.

Pelan, tubuhnya terangkat. Rasa sakit pada leher, membuat kakinya bergerak kesan kemari, menendang kursi dengan keras.

Kursi terpental menabrak lemari, membuat suara gaduh.

Ibu menyingkap kelambu kamar Jaka dan terkejut, matanya terbelalak.

"Ya Allah ... Jakaaaa! Jakaa!"

Ibu segera berlari mendekat, tanpa pikir panjang, Ibu juga naik ke atas meja, menarik tubuh Jaka dengan sekuat tenaga. Hingga tangan Jaka yang menarik simpul itu terlepas dan mereka jatuh berdua.

Tak memperdulikan rasa sakit akibat jatuh, Ibu langsung bangun dan berusaha melepaskan ikatan pada leher anaknya.

"Ya Allah ... ya Allah ... nyebut Nak, nyebut!" teriaknya panik.

Akhirnya tali bisa terlepas. Ibu menangis sejadi - jadinya sambil berkali - kali memukuli tangan Jaka.

Jaka yang tersadar,memeluk Ibunya.

"Maafkan Jaka, Bu. Maafkan Jaka,"

Mereka berdua berpelukan. Tak ada kata yang mampu menggambarkan, rasa apa yang mereka rasakan saat itu.

"Ojo dibaleni neh yo, Le. Jangan diulang lagi. Yang sabar, Gusti Allah ndak tidur, Dia tau sakitmu, sing sabar ... sing sabar...," ucap Ibu disela isaknya.

Melepaskan pelukannya,

"Huuaaaaa.. aaaagghhh!"

"Aaaagghhh ... aaaaa!"

Hingga beberapa saat, akhirnya Jaka diam, dia menghapus air matanya. Pandangannya menjadi kosong kembali.

Beban yang orang lain tak tahu. Betapa sulitnya mengendalikan diri, untuk tidak larut dalam alam bawah sadar, untuk tidak stres, dan untuk tidak terganggu syarafnya. Pada saat terpukul seperti ini.

"Bu ... Bu ... Ibune Jaka ...!"

Tok tok tok ... tok tok tok ....

"Bu ....!"

Terdengar suara pintu diketuk, dan suara panggilan terdengar beberapa kali, dengan suara keras.

Ibu menghapus air matanya, dan bergegas keluar.

Dia membuka pintu,

"Wonten nopo to, Bu . Ada apa kok ribut - ribut?" tanya Bu Susi, tetangga sebelah.

Yang ternyata sudah ada ibu - ibu lainnya juga.

Ibu jadi salah tingkah, dia sedikit malu dengan keadaan ini.

"Maap Ibu - Ibu semua, ndak ada apa - apa, biasa masalah rumah tangga," jawab Ibu sedikit rikuh.

" Tenanan yo, Bu. Beneran ya, ndak ada apa - apa ya? Kalau perlu sesuatu jangan sungkan beritahu kami ya," kata Bu Susi berusaha memastikan.

"Iyo, Bu. Kalau ada perlu apa - apa ojo isen - isen yo," sahut beberapa Ibu yang lain.

"Iya,  Ibu - Ibu, terima kasih untuk perhatiannya," jawab Ibu.

Bu Susi menepuk bahu Ibu beberapa kali, dan mereka pun meninggalkan rumah Ibu.

"Kasian Buk e Jaka ya,  dapet mantu rah nggenah. itu lho si Yunis beberapa kali aku liat jalan sama laki laen," kata salah seorang dari mereka.

Disahut dengan yang lain, jadi satu gosip baru dalam perkumpulan mereka.

"Huuusss ... sudah ... sudah, inget dosa ... inget dosa," kata Bu Susi menengahi.

Hahaha ... hahaha ...

Yang lain tersadar dan tertawa bersama. Mereka berpencar, pulang ke rumah masing - masing.

Ibu kembali ke kamar Jaka. Dilihatnya Jaka sudah ada di tempat tidur, tengkurap. Ibu kembali ke dapur untuk melanjutkan aktifitasnya di sana.

Hingga hampir siang, dan Ibu sudah menyelesaikan semua kerjaannya, Jaka belum turun juga.

Perlahan Ibu kembali ke kamar Jaka, disibaknya kelambu, Jaka masih tengkurap dan tak bergerak sedikit pun persis seperti waktu dia melihatnya.

Ibu khawatir, dia mendekat dan mencoba membangunkan Jaka.

Dia bergerak dan menghadap Ibu.

"Gimana, Le ... apa sudah lebih baik?"

Jaka mengangguk.

"Bu, hari ini Jaka libur dulu ya, besok Jaka akan kerja lagi."

Ibu mengangguk, dia mengerti perasan anaknya.

Melihat kondisi Jaka sudah lebih baik, Ibu merasa lega. Dan Ibu pun keluar. Memberi ruang untuk Jaka, menata hatinya kembali.

        #########

Yunis merasa lega telah menyelesaikan satu bebannya. Dia kini merasa bebas, bahagia bersama seorang yang selalu membuatnya terbuai.

Melewatkan malam, menjemput hari baru. Tanpa ingat sedikit pun pada Jaka.

Siang itu, di dalam mobil, Yunis selalu tersenyum, dia sesekali membelai lengan Dokter Aldi.

"Hari ini, kamu ndak praktek lagi?" tanya Yunis.

"Hari terakhir cuti, Say ...." jawabnya sambil melirik Yunis dan tersenyum.

Yunis membuka tasnya, mengambil lembaran yang terlipat rapi, dan menunjukkannya  sekali lagi pada Dokter Aldi.

"Ini, semua sudah aku selesaikan, benar - benar selesai, kamu bisa melakukan semua yang kamu suka," kata Yunis.

Dokter Aldi tersenyum penuh arti. Dia mengangguk dan membelai rambut Yunis.

"Memang kamu pintar, tak salah aku memilihmu, ayo sekarang kita shopping, OK," jawab Dokter Aldi.

Senyum Yunis semakin merekah, ketika mendengar kata shopping

"Asyiiikk, beneran kita mo shopping?" tanyanya dengan mata berbinar.

Dokter Aldi melirik sekilas, dan mengangguk.

Berhenti di sebuah Mall. Dokter Aldi memarkir mobilnya.

Berjalan sambil menggandeng Yunis, dengan hati berbunga.

Yunis memilih beberapa gaun, membeli lagi sekotak make up dengan brand terkenal. Sepatu, parfum, dan pernak pernik lainnya.

Dokter Aldi dengan sabar menemani Yunis belanja.

Setelah dirasa cukup. Mereka segera meninggalkan Mall.

"Akan kemana lagi kita, Sayang?"

tanya Yunis dengan bahagia.

"Kita lihat saja nanti," jawab Dokter Aldi seakan main teka - teki.

Berhenti di sebuah hotel mewah, mata Yunis terbelalak. Dia menutup mulutnya yang terbuka.

"Aaaaa ...!" pekiknya senang.

"Benar, kita akan bermalam di sini, Sayang?" tanya Yunis sambil tepuk tangan kegirangan.

"Mungkin juga akan di tempat - tempat yang lebih indah lagi," jawab Dokter Aldi.

Mereka berjalan beriringan memasuki lobi hotel.

"Tunggu sini sebentar ya," kata Dokter Aldi.

Dokter Aldi meninggalkan Yunis sendiri, dia berjalan ke salah satu sudut dan berbicara pada orang yang ada di sana.

Yunis yang duduk sendirian, sengaja bergerak kesana kesini, merasakan betapa empuknya sofa di hotel berbintang.

Tak lama kemudian, Dokter Aldi datang bersama seseorang. Kepalanya botak. Tubuh laki - laki itu tinggi, tegap, tato mewarnai sebelah tangannya, menunjukkan kegarangannya.

Mengenakan kaos yang pres body membuatnya semakin tampak machol.

Entah apa yang dibisikkan pada orang itu, dia hanya mengangguk.

"Yunis, ayo sekarang kita berangkat," ajak Dokter Aldi.

Yunis memandang heran.

"Berangkat? Mau berangkat kemana kita?" tanya Yunis.

"Ayo, kita tidak cukup banyak waktu, akan aku jelaskan di jalan," ajak Dokter Aldi sambil meraih tangan Yunis.

Yunis berdiri, dia mengikuti Dokter Aldi tanpa banyak kata.

Beriringan bersama laki - laki itu, menuju tempat mobil mereka di parkir.

Si botak menekan beberapa nomor di ponselnya, menelpon seseorang, yang seakan memberi arahan lokasi parkir.

Tak lama kemudian, sebuah mobil mercy warna putih mendekat.

Dokter Aldi membuka bagasi, mengeluarkan semua belanjaan Yunis dan mengopernya ke mercy yang barusan merapat.

"Lho ... lho ... Beib ... Beib ... kenapa barang - barang saya dikeluarkan semua?" tanya Yunis panik.

Dokter Aldi belum menjawab, dia masih saja memindahkan semua sampai habis.

Yunis berdiri, bingung dengan sikap Dokter Aldi. Dia memegangi lengan Dokter Aldi, yang kemudian ditepisnya pelan. Membuat Yunis semakin bingung.

"Akan kemana kita, kenapa semua barangku kamu pindahkan kesana, kamu akan berganti mobilkah?"

1
Wiwit
lnjut thor
Fathur Rosi
crazy up lagi thor
sicuit: siap masx ... ditunggu ya 😁
total 1 replies
Wiwit
lnjut thor
sicuit: terima kasih kakak sudah mampir dicerita aku .. ikuti lanjutan kisahnya 😊😊
total 1 replies
sicuit
terima kasih kakak ... sudah mampir di cerita aku .. /Smile//Pray/
Fathur Rosi
up Thor
sicuit: terima kasih kakak ... sudah mampir di cerita aku.. 😊🙏
total 1 replies
nightdream19
Bagus Thor. kisahnya buat aku juga jadi kebayang sama kejadian tadi. lanjut Thor.. /Smile/
nightdream19: ok. siap lanjutkan baca
sicuit: terima kasih kakak .. ikuti kelanjutan kisahnya ya.. 😊
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!