Gigolo Tapi Perjaka

Kini Arsya yang meledakkan tawa. Dia sebenarnya sudah lama tidak tertawa terbahak-bahak seperti ini. Sementara itu, Laluna tambah cemberut.

"Jahat kamu!" timpal Laluna.

"Sorry..." tanggap Arsya di sela-sela tawanya. Dia segera berhenti tergelak. "Aku cuman bercanda kok. Jangan dibawa ke hati," tambahnya.

"Gimana nggak dibawa ke hati? Kamu ketawanya sampai berair mata gitu," balas Laluna ketus.

"Sekali lagi maaf. Tapi jujur, kamu itu cantik. Jelas-jelas kulitmu putih begini, kenapa dibilang item?" tukas Arsya.

"Tapi aku paling item di keluargaku!" jawab Laluna.

"Oh, jadi perbandingannya keluargamu? Pantesan. Terus kenapa kamu nggak coba perawatan aja gitu. Kan uangmu banyak. Mau oplas pasti bisa," sahut Arsya.

"Emang bisa! Aku bisa melakukan semuanya. Tapi aku nggak mau melakukan hal yang menyakiti diriku. Apalagi aku phobia jarum suntik. Kalau bukan karena itu, aku pasti sudah suntik putih," terang Laluna.

"Jadi itu alasannya. Aneh! Terus kenapa kau naksir sama calon dokter?" Arsya terkekeh.

"Calon dokter?" dahi Laluna berkerut dalam.

"Aku kan sekarang kuliah kedokteran. Kalau kita nikah, nanti kamu aku suntik terus loh," goda Arsya.

Namun bukannya takut, Laluna malah tersipu malu. "Emangnya kamu mau nikah sama aku?" tanyanya malu-malu sambil memegang wajah dengan dua tangan.

"Lah, baper! Kan aku memperumpamakan aja," jelas Arsya.

Laluna mencebikkan bibirnya. Dia tidak berkomentar apapun lagi.

"Tapi terserah deh. Kalau kamu emang maunya diet, ya lakukan saja," kata Arsya.

"Kan memang rencananya begitu. Mengenai kulit, aku sekarang udah rutin pakai produk pemutih paling mahal dan bagus! Coba cium kulitku! Wangi kan?" Laluna menyodorkan punggung tangannya ke hidung Arsya.

Tanpa sengaja hidung Arsya tertempel ke tangan Laluna. Ia bisa mencium aroma kulit dari gadis itu. Arsya cukup terkejut akan hal tersebut. Namun dia mencoba memaklumi.

"Bau kemenyan," ungkap Arsya.

"Kemenyan? Apaan tuh? Bunga?" tanya Laluna polos.

"Dasar orang kaya. Kemenyan aja nggak tahu," tanggap Arsya sambil geleng kepala.

"Emang aku nggak tahu kok. Baru dengar juga," ucap Laluna.

"Tanya aja mbah google. Ayo kita latihan! Kau udah selesai bicara kan?" Arsya bangkit dari tempat duduk dan beranjak menuju pintu.

Sedangkan Laluna bergegas mengikuti Arsya sambil membuka ponsel. Ia mencoba mencari tahu apa itu kemenyan. Setelah tahu, raut wajah Laluna langsung cemberut.

"Tega kamu ya! Berarti aku bau setan dong!" omel Laluna seraya menyamakan langkah dengan Arsya.

Arsya tergelak dan perlahan merangkul Laluna. Itu terjadi secara natural. Seolah obrolan singkat membuat keduanya jadi lebih dekat.

"Bercanda lagi. Jangan dibawa hati ya," bisik Arsya.

"Ternyata kamu nyebelin ya!" balas Laluna.

"Tapi ganteng kan?" Arsya berucap sambil mengerlingkan matanya. Sehingga wajahnya tampak begitu menggoda di mata Laluna.

"I-iya sih..." Laluna tak bisa membantah. Ia malah terpesona pada kerlingan mata Arsya tadi.

Arsya kembali tergelak geli. Menurutnya Laluna lucu juga. Ia tak menyangka ternyata gadis itu punya kepribadian yang dirinya cukup sukai.

Pelatihan Laluna berlanjut. Gadis itu berlatih bersama Arsya nyaris setiap hari. Membuat keduanya jadi tambah dekat. Perlahan tubuh Laluna juga mulai menyusut. Dietnya terjadi dengan cepat karena sosok Arsya yang membuat dirinya antusias dan termotivasi.

Selain sudah langsing, kulit Laluna juga tambah putih dan terawat. Dia menjadi sangat cantik dan menarik sekarang.

"Ternyata produk bau kemenyan itu bagus juga. Kau jadi bening sekarang. Lihat tuh cowok-cowok, pada lirikin kamu," cetus Arsya.

"Bisa berhenti bilang bau kemenyan nggak sih, Kak Arsya!" protes Laluna.