ini memang cerita poligami namun bukan cerita istri yang tertindas karena menjadi yang ketiga. Melainkan kisah gadis tomboy yang cerdas, pintar dan membuat dia survive dalam kehidupannya.
Naura Kiana tak pernah menduga kalau kehidupan akan membawanya pada sesuatu yang tak ia sukai. Setelah kakeknya bangkrut dan sakit-sakitan, Naura diminta untuk menikah dengan seorang pria yang sama sekali tak dikenalnya. Bukan hanya itu saja, Naura bahkan menjadi istri ketiga dari pria itu. Naura sudah membayangkan bahwa pria itu adalah seorang tua bangka mesum yang tidak pernah puas dengan dua istrinya.
Naura ingin melarikan diri, apalagi saat tahu kalau ia akan tinggal di desa setelah menikah. Bagaimana Naura menjalani pernikahannya? Apalagi dengan kedua istri suaminya yang ingin selalu menyingkirkannya? Bagaimana perasaan Naura ketika pria yang sejak dulu disukainya akhirnya menyatakan cinta padanya justru disaat ia sudah menikah?
Ini kisah poligami yang lucu dan jauh dari kesan istri tertindas yang lemah. Yuk nyimak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan yang membuat Naura tersenyum
Saat Naura turun ke bawah, ruang makan sudah siap. Para anggota keluarga sudah duduk di meja makan dan sengaja menunggu Naura.
Gadis itu menggunakan gaun rumahan berbahan jeans. Rambutnya yang panjang bergelombang nampak cantik dibiarkan tergerai karena masih basah.
"Selamat pagi....!" Sapa Naura dengan senyum manisnya. Ia mengambil tempat duduk di sebelah Lisa.
"Bunda Naura, selamat ulang tahun ya?" ujar Lisa sambil mengulurkan tangannya.
"Oh...makasih, sayang." Naura menerima uluran tangan Lisa dan langsung disambut dengan sebuah ciuman hangat di pipi kanannya.
Dari arah dapur, Aisa, Saima, Wina, Mona dan Gading muncul. Di tangan Aisa ada kue ulang tahun dengan lilin angka 20.
"Selamat ulang tahun....." Demikianlah mereka menyanyikan lagu selamat ulang tahun lalu meletakan kue itu di depan Naura.
Hati Naura tersentuh dengan perhatian ini. Sudah dua tahun ia tak merayakan ulang tahunnya karena kondisi ekonomi kakeknya yang tak menentu.
"Nyonya, sebelum meniupnya buat permohonan dulu. Eh, juragan, ayo berdiri di samping nyonya." Kata Aisa.
Wisnu melakukan apa yang Aisa katakan. Ia berdiri di samping Naura.
"Ucapkan permohonan mu" ujarWisnu sedikit berbisik membuat Naura terkejut. Namun ia menurut. Hatinya tersentuh dengan perhatian kecil ini. Dengan senyum manisnya ia menatap Wisnu lalu kemudian memejamkan matanya. Permohonan Naura hanya satu. Ya Allah, sembuhkanlah kakekku.
Setelah itu Naura meniup lilin dengan angka 20 itu. Semua langsung bertepuk tangan. Regina dan Indira juga. Namun keduanya terlihat tak tulus.
Memang, selama menjadi istri Wisnu, keduanya selalu mendapatkan hadiah ulang tahun yang mereka inginkan seperti tas, sepatu atau perhiasan dengan harga yang fantastik atau jalan-jalan ke luar negeri selama 1 minggu. Namun Wisnu tak pernah berdiri di samping mereka dan meniup lilin bersama. Wisnu tak pernah memberikan mereka kejutan manis yang walaupun sederhana namun penuh nuansa kekeluargaan dan kehangatan cinta.
Tanpa kedua istrinya ketahui, Wisnu melakukan semua itu atas permintaan sang kakek. Ia meminta Wisnu untuk memberikan kejutan ulang tahun karena sudah lama Naura tak menerima itu. Dan Wisnu senang karena Naura nampak bahagia. Untuk yang pertama semenjak mereka menikah, Naura tersenyum manis padanya dan terlihat tulus.
Selesai meniup lilin, Saima memberikan sebuah pisau dan piring kecil dengan garpu yang kecil juga.
"Potong kuenya, nyonya dan berikan potongan kuenya pada orang yang nyonya paling sayangi." kata Saima.
Naura mengiris satu bagian dari kue itu dan meletakan di atas piring. Ia kemudian memberikan satu suapan kepada Wisnu dengan sengaja karena ia sedikit kesal melihat senyum kepura-puraan dari kedua istri suaminya itu.
"Semoga Allah memberkati pernikahan juragan dengan nyonya dan memberikan anak-anak yang Soleh dan soleha" ujar Mona.
"Amin..." jawab Wisnu lalu mencium dahi Naura di depan semua orang. Naura agak terkejut mendapatkan ciuman itu namun akhirnya ia hanya tersenyum manis ke arah Wisnu karena hatinya sedang bahagia.
Saima yang sudah lama bekerja dengan keluarga Furkan pun terkejut karena Wisnu tak pernah mencium kedua istrinya di depan banyak orang.
Selesai acara ulang tahun yang sederhana itu selesai, Wisnu mengundang semuanya untuk menikmati sarapan pagi bersama dengan menu makan pagi yang istimewa. Wisnu juga meminta agar Saima dan Aisa membagikan kue dan makanan lainnya bagi semua pekerja saat makan siang nanti.
"Juragan sepertinya sedang bahagia ya? Bahkan di ulang tahunnya sendiri, juragan tak pernah membagikan kue dan makanan bagi para pekerja." Ujar Saima saat mereka sementara menyiapkan makanan untuk para pekerja.
"Itu namanya cinta." Ujar Aisa dengan wajah senang.
"Memangnya juragan nggak mencintai kedua istrinya yang lain?" tanya Wina penasaran.
"Cinta. Namun dengan cara yang berbeda. Karena juragan sebenarnya orangnya sangat baik." ujar Saima. Ia tahu ada sesuatu yang Wina sembunyikan karena kemarin ia melihat bagaimana Regina berbicara pada Wina dengan gerakan yang mencurigakan. Saima tak mau kalau mereka sampai memusuhi Naura karena ia sangat menyukai istri ketiga tuannya itu.
Saat mereka sudah selesai sarapan, Naura memilih untuk pergi ke danau. Ia duduk di depan villa sambil menatap ke arah danau yang nampak tenang di pagi hari.
Para pekerja sementara memasang pagar pembatas antara danau dan villa. Naura menyapa mereka lalu duduk di salah satu bangku ayunan yang ada di sana.
Begitu asyiknya ia duduk sambil bermain ponsel, ia tak menyadari kehadiran Wisnu di sampingnya.
"Kau menyukai tempat yang sepi?" tanya Wisnu membuat Naura terkejut dan menoleh dengan tajam ke arah suaminya itu.
"Suka sekali ya mengagetkan orang."
Wisnu hanya terkekeh. Ia ikut duduk di samping Naura. Kursi ayunan ini memang bisa diduduki oleh dua orang.
"Naura, kenapa berdiam diri di sini?"
Naura menatap Wisnu tajam. "Memangnya ada tempat lain yang menarik untuk di kunjungi selain danau? Aku sebenarnya tak suka tempat sepi. Aku suka suasana yang hingar bingar."
"Ya. Aku lupa jika kau suka diskotik."
Naura tertawa. "Benar. Dan ingin rasanya aku pergi malam ini ke sana. Sayangnya, aku tahu kalau itu sesuatu yang tak mungkin karena juragan pasti tak akan mengijinkannya."
"Baguslah kalau kau tahu."
"Ih, menyebalkan."
Wisnu hanya terkekeh. Ia lalu memanggil Gading untuk mendekat.
"Aku punya satu hadiah lagi untukmu."
Naura masih cemberut. "Sudahlah juragan. Aku saja hampir menolak ponsel pemberianmu."
"Aku yakin kali ini kau suka."
Gading mendekat sambil mendorong sebuah sepeda berjenis city bike yang ada boncengan dan keranjang di depannya. Naura terbelalak tak lama.kemudian ia tertawa.
"Juragan, kenapa membeli sepeda jenis ini? Beli kek yang model sepeda gunung atau sepeda balap. Ini cocok digunakan oleh anak manis yang nggak tomboy."
"Kamu kan sekarang telah menjadi anak manis yang nggak tomboy. Pakailah sepeda ini jika mau jalan-jalan. Jangan gunakan sepeda milik bi Aisa. Walaupun terlihat masih baik dan terawat, itu adalah sepeda tua. Bisa saja remnya blong dan kau jatuh."
"Tapi...."
"Turutilah suamimu maka kau akan baik-baik saja. Aku dan Gading mau pergi meninjau pembangunan proyek dan akan ke pabrik hari ini. Kami mungkin akan melewatkan makan siang." Wisnu berdiri dan segera mengajak Gading pergi. Naura menatap kepergian Wisnu dan Gading sampai mereka menghilang dari pandangannya. Ia kemudian memandang sepeda yang ada di depannya ini.
Saat ia mencoba naik, Naura merasa nyaman. Tak membuatnya terganggu dengan gaun yang dipakainya. Ia pun memutuskan untuk menyusuri pinggiran danau sambil.bersepeda. Entah mengapa hatinya merasa senang.
*********
Makan malam sudah selesai. Naura membantu para pelayan membereskan meja makan walaupun sebenarnya mereka sudah mencegah Naura untuk melakukannya.
Sebenarnya, Naura cukup lelah karena ia bersepeda sampai ke perkampungan. Namun, membayangkan ia harus ke kamar dan memakai lingre yang telah disiapkan oleh suaminya, Naura memilih untuk berlama-lama di dapur.
Saat semua pekerjaan di dapur sudah selesai, Naura bermaksud akan menikmati udara malam di teras samping. Namun ia terkejut melihat Wisnu dan Regina ada di sana. Wisnu sedang memeluk Lisa yang nampak sudah tertidur di pangkuannya, sedangkan Regina terlihat duduk menempel ke tubuh Wisnu sambil melingkarkan tangannya di pinggang Wisnu. Apalagi saat Regina melihat Naura, ia semakin mengeratkan tangannya di pinggang Wisnu.
Naura tersenyum sedikit mengejek. Mau membuat aku cemburu? Kalian pun berciuman di depan aku, nggak akan ada pengaruhnya sama sekali.
Naura kembali masuk ke dalam rumah. Ia tak ingin menganggu pasangan yang nampaknya sangat bahagia itu. Ia memutuskan untuk ke kamar, mencuci muka dan menggosok giginya. Setelah itu, Naura mengenakan piyama lengan panjang dan celana panjangnya, mematikan lampu kamar dan langsung masuk ke dalam selimut tebal. Dalam doanya, Naura berharap Regina akan menahan Wisnu lebih lama, dan akhirnya tergoda dengan istri pertamanya itu dan menghabiskan malam dengannya.
Naura pun terlelap dalam tidurnya saat ia merasakan ada napas hangat yang menyentuh kulit wajahnya dan sesuatu yang menyentuh wajahnya. Naura membuka matanya perlahan. Ia terkejut melihat Wisnu kini sudah berada di atasnya, ia bertumbuh pada kedua kaki dan tangannya, menatap Naura dengan kabut gairah yang tak ingin dibantah.
"Jangan tidur sebelum kita memulainya, sayang." bisik Wisnu lalu mencium pipi Naura.
"Me...memulai apa?" tanya Naura terbata sambil menahan dirinya agar tak terpesona pada pandangan mata indah di hadapannya ini.
"Malam pertama kita." kata Wisnu sensual lalu langsung mencium.bibir Naura yang sedikit terbuka itu.
**********
Waw.....waw....waw....
Emak, kong gantung lagi sih???
Maaf ya, emak lagi liburan keluarga jadi up nya sedikit.
Besok emak nggak up ya....
Makasi atas pengertiannya.
baru lapak emak n bapaknya