"Jangan lagi kau mencintaiku,cinta mu tidak pantas untuk hatiku yang rusak"
Devan,mengatakannya kepada istrinya Nadira... tepat di hari anniversary mereka yang ke tiga
bagaimana reaksi Nadira? dan alasan apa yang membuat Devan berkata seperti itu?
simak cerita lengkapnya,di sini. Sebuah novel yang menceritakan sepasang suami istri yang tadinya hangat menjadi dingin hingga tak tersentuh
Jangan lupa subscribe dan like kalo kamu suka alur ceritanya🤍
Salam hangat dari penulis💕
ig:FahZa
tikt*k:Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beno,kucing genit
Seorang pria berjas hitam masuk dan menunduk sopan. Bahunya tegap, langkahnya mantap, ekspresinya kaku.Dialah Andreas, tangan kanan sekaligus bayangan paling dipercaya Tuan Alfonso.
“Ini laporan terbaru tentang Tuan Muda,Devan”.
Andreas menyerahkan berkas tipis ke meja, suaranya terukur, nyaris tanpa emosi.
Tuan Alfonso menatap berkas itu sekilas, lalu memutar tongkat kayunya pelan di antara jemarinya.
"Jadi,dia ke luar negeri”
“Iya, Tuan. Tapi… media mulai mencium kabar tentang ini. Beberapa jurnalis sedang mencoba mengonfirmasi apakah benar Tuan Muda Devan menghilang.”
Sunyi menggantung sesaat.Dari balik asap rokok, mata Tuan Alfonso menatap tajam,tenang tapi menekan, seperti singa yang hanya perlu satu lirikan untuk membuat ruangan membeku.
“Pastikan tidak ada satu pun yang menulis nama Devan di berita,” ujarnya pelan, tapi nadanya tegas seperti pisau.“Kalau perlu, bungkam mereka dengan cara yang tidak perlu dijelaskan.”
Andreas mengangguk.“Baik, Tuan. Saya akan urus sekarang ini juga.”
Tuan Alfonso mematikan rokoknya di asbak perak, lalu menatap pemandangan kota dari balik jendela kaca besar.Suaranya rendah, nyaris seperti bisikan yang menusuk. “Keluarga Alveron tidak kehilangan apa pun. Tidak ada putra yang hilang. Yang ada hanya waktu yang sedang diuji.”
Andreas menunduk dalam-dalam.Ia tahu,jika Tuan Alfonso sudah berbicara dengan nada sehalus itu, berarti badai besar sedang disembunyikan di balik tenangnya laut.
***
Mobil yang di kemudikan oleh Luca,berhenti di sebuah basement apartemen mewah tempat Henry tinggal selama di Indonesia.Langkah mereka cepat,menuju lantai atas.
"Henry, Apartemen mu di sini sangat luas ya"
"Kau suka?"
"Iya,aku suka suasana yang sepi,dan merasa aman begini"
"Kalau kau suka,tinggallah di sini sesukamu"
"Apa kau sedang bilang kalau aku boleh menganggap ini sama seperti rumah ku sendiri?"
"Aku tidak keberatan sama sekali,jika kau menginginkannya"Senyum Henry mengembang.Betapa hatinya di penuhi bunga-bunga saat mencium aroma tubuh Nadira.Jarak dekat yang selama ini ia idam-idamkan.
Bagi Nadira,memiliki teman seperti Henry sangat membantunya keluar dari kesedihan-kesedihan yang kemarin sempat ia alami.Trauma itu seakan perlahan terhibur pelan-pelan.Juga dengan semua pertanyaan yang belum juga menemukan jawaban,membuat Nadira tidak terlalu nyenyak dalam tidurnya kini menemukan partner untuk mengurainya perlahan.
***
Henry membiarkan saja di manapun Nadira ingin duduk di apartemennya,hingga wanita berambut lurus itu memilih balkon yang menghadap pada city view untuk duduk menghalau penat.
Nadira merentangkan tangannya,menghirup udara dalam-dalam lalu melepasnya perlahan."Nikmat sekali kebebasan ini".
Melihat itu,senyum di wajah pria berkulit putih bersih itu masih terlukis indah di wajahnya.Ia berinisiatif untuk membuatkan Nadira minuman dingin.
Henry kembali berada di samping Nadira dengan dua mug putih bergambar hati berisi minuman dingin yang tadi ia buat.Memberikannya satu untuk Nadira.
Saat itu Nadira sedang mengelus puncak kepala kucing berbulu Abu milik Henry."Henry,lihat kucing mu ini sangat menurut padaku"
Henry tersenyum miring.'Beno,kau tidak bisa melihat wanita cantik rupanya.Sebentar saja kau sudah menempel padanya.' gumam hatinya.
"Dia sepertinya tertarik padamu,Nadira".
"Hem ...aku pernah dengar,kalau kucing menyukai wanita hamil.Mengkin dia juga begitu."
"Teori macam itu,aku rasa dia menyukaimu karna kau cantik".
Ucapan Henry tadi membuat Nadira tersenyum gemas menatap kucing berbulu Abu itu.
"Jadi,hey... abu-abu kamu ini genit rupanya."Nadira masih mengelus puncak kepalanya.
"Meong!!"
Kucing itu bersuara seperti ingin protes pada perkataan Nadira.
Henry tertawa kecil.lalu meletakkan cangkir Mug tadi pada sebuah meja kecil di samping sofa balkon.
"Dia kucingku yang menemani ku selama ini,jadi saat ada orang lain yang memanggil namanya dengan sebutan lain.Aku seperti kurang nyaman".
"Kau kurang suka saat aku menyebutnya abu-abu?"
"Aku cuma merasa kurang terbiasa".
"Jadi,aku harus menyebutnya siapa?"
"Beno,apa kau tidak keberatan untuk menyebutnya sama denganku?"
"Baiklah,aku akan menyebutnya Beno"
Percakapan antara mereka tadi terdengar biasa,namun di balik semuanya,jauh di lubuk hati Henry Dia merasa...'Sama seperti Nadira,kamu yang sudah menemani ku berkarya selama ini.Aku menyebutmu kekasihku,saat ada orang lain menyebutmu dengan sebutan lain,terlebih orang itu menyebutmu sebagai istriku.Aku sangat merasa tidak nyaman.'
Nadira kemudian duduk di sofa bermaterial Velvet warna putih tulang, sangat kontras dengan warna cat dinding yang berwarna hijau sage.Membuat interior balkon itu terkesan mahal dan elegan.
Henry ikut duduk di sebelahnya,dengan posisi tubuh miring menghadap pada Nadira.
"Jadi,apa rencanamu selanjutnya Nadira?"
Di tanya begitu,Nadira tidak langsung menjawab.Tatapannya jauh ke arah gedung-gedung tinggi menjulang,ada resah yang menggantung di rongga hatinya. Membuatnya sedikit menata ulang apa yang ingin ia ucapkan.
*
*
*
~Beno,genit ya kamu!
~Salam hangat dari Penulis🤍