Menjadi Istri Ketiga Juragan
Di sebuah pekuburan umum 3 tahun lalu....
Wisnu memandang batu nisan yang bertuliskan nama Dina Anjani. Hatinya masih selalu sakit setiap kali datang ke tempat ini. Pada hal kematian Dina sudah lebih dari 6 tahun. Wisnu seharusnya sudah bisa melupakan cinta pertama dalam hidupnya itu. Namun ia sama sekali tak bisa. Cintanya pada Dina sangat besar.
Di belakangnya, berdiri Gading. Sopir sekaligus tangan kanannya. Pria yang berusia 2 tahun lebih tua darinya.
"Tuan, sepertinya sudah mau hujan." Gading mengingatkan saat dilihatnya langit yang mulai gelap.
Wisnu menoleh pada Gading. "Hmm...." ujarnya pelan. Ia meletakan bunga melati kesukaan Dina di atas nisannya. Hari ini adalah peringatan kematian Dina. "Damai dalam keabadian bersama Sang Pencipta, sayang."
Wisnu pun melangkah, meninggalkan makam Dina yang hampir setiap bulan dikunjunginya. Bahkan ketika ia sudah menikah pun, ia masih belum bisa melupakan Dina.
Gading berjalan di belakang tuannya. Ia yang sudah 7 tahun mengenal Wisnu, sangat tahu bagaimana perjalanan hidup pria itu. Karakternya yang lebih banyak diam membuat semua karyawan sangat menghormatinya. Wisnu sangat Susah ditebak orangnya. Dia hanya bisa terlihat wajah aslinya saat datang ke kuburan Dina.
Ketika keduanya sudah sampai di dekat mobil, Gading berjalan mendahuluinya dan membukakan pintu mobil bagi tuannya itu. Setelah Wisnu ada di dalam mobil, ia pun menutup pintu dan membuka pintu di bagian sopir.
Tiba-tiba saja, dari arah sebelah kiri mobil, seorang gadis berlari tergesa-gesa dan sebelum Gading menjalankan mobilnya, ia segera membuka pintu bagian belakang dan sedikit melompat memasukinya. Gadis berseragam SMA, ia berlutut di lantai mobil sambil menundukkan kepalanya.
"Hei....! Kamu siapa?" tanya Wisnu dengan suara meninggi. Ia merasa tindakan gadis ini kurang sopan.
Gadis itu mendongakkan kepalanya. Menatap Wisnu dengan mata bulat dengan manik berwarna abu-abu. Bulu matanya yang lentik dan tebal, dipayungi dengan sepasang alis hitam yang juga tebal dan nampak terbentuk rapih dengan lengkungan yang indah, hidung mancung dan bibir merah penuh yang tipis di bagian atas dan sedikit tebal di bagian bawa membuat Wisnu tercengang. Ia bagaikan melihat Dina ada di hadapannya. Untuk sesaat Wisnu terpesona dengan wajah itu.
"Tolong aku, tuan!" gadis itu tiba-tiba saja menyentuh tangan Wisnu. "Mereka adalah orang-orang jahat yang ingin menangkap ku."
Wisnu menatap ke luar jendela. Ia melihat ada 4 pria berpakaian hitam. Tampang mereka seperti preman dan mereka sepertinya sedang mencari seseorang.
"Jalan Gading!" perintah Wisnu.
Gading pun menjalankan mobilnya.
"Memangnya apa yang kamu lakukan sampai mereka hendak menangkap mu?" Tanya Wisnu penasaran.
Gadis itu terlihat bernapas lega saat mobil mulai berjalan. Namun ia masih tetap berjongkok di lantai mobil.
"Aku...aku merusak fasilitas milik mereka. Melempari kaca dengan batu." Gadis itu tersenyum kecil saat mengatakan itu. Sepertinya ia puas mengatakannya perbuatan yang baru saja ia lakukan.
"Rumah atau kantor yang kamu rusak?" tanya Wisnu begitu penasaran dan membuat gadis itu tersenyum lagi.
"Rumah bordil."
"Apa?" Wisnu terkejut. "Mengapa kamu sampai merusaknya?"
"Sebenarnya aku membantu temanku. Kakaknya bekerja di sana dan dipukul sampai babak belur oleh salah satu tamu yang maniak. Si mami pemilik rumah bordil tak melakukan apapun. Makanya kami berdua mengamuk di sana. Ternyata mereka punya banyak pengawal. Jadilah kami berdua di kejar."
"Lalu, mana temanmu?"
"Temanku sudah ditangkap oleh mereka. Makanya aku lari untuk melaporkan kejadian ini pada polisi."
"Duduklah di kursi. Kita sudah meninggalkan kawasan pemakaman."
Gadis itu tersenyum malu-malu. Ia pun duduk di samping Wisnu.
"Gading, berhentilah di pos polisi terdekat." Kata Wisnu.
"Baik, tuan!"
Mobil akhirnya berhenti di pos polisi yang sangat dekat dengan lokasi pekuburan.
"Terima kasih, tuan. Suatu saat nanti, jika kita bertemu kembali, aku akan membalas kebaikan mu. Aku berdoa semoga Allah melimpahkan banyak berkat kepadamu." Tanpa diduga, gadis itu meraih tangan kanan Wisnu dan mencium punggung tangan itu dengan sangat cepat. Kemudian, Ia membuka pintu mobil dan segera turun dan berlari ke dalam pos polisi.
"Tuan, maaf jika saya salah melihatnya namun wajah gadis itu agak mirip dengan nona."
"Ya. Namun Dina lebih cantik darinya."
Gading hanya mengangguk. Apapun tentang Dina pasti tak akan ada yang menandinginya.
Mereka tiba di sebuah rumah yang besar dan mewah. Saat Wisnu akan turun, ia melihat sebuah kalung emas berliontin bunga matahari ada di kursi mobil.
"Sepertinya ini milik gadis itu yang tertinggal." Kata Wisnu. Ia mengambil kalung itu dan memasukannya ke dalam kantong celananya.
Saat ia turun, pintu utama rumah itu sudah terbuka. Seorang perempuan cantik sudah berdiri di depan pintu. Perempuan yang dinikahinya satu setengah tahun yang lalu.
"Mas....!" Ia datang mendekat, lalu mencium tangan kanan Wisnu.
"Di mana Lisa?"
"Sedang dimandikan oleh pengasuhnya."
Wisnu mengangguk lalu segera masuk ke dalam. Ia langsung menuju ke kamar yang ada di lantai satu. Ia ingin beristirahat sebentar. Setiap kali ia berziarah ke kubur Dina, ia selalu merasa energinya terkuras habis. Rasa rindu yang mendalam pada sosok cinta pertamanya itu membuat Wisnu harus selalu menahan air matanya.
Setelah mencuci tangan dan wajahnya di wastafel kamar mandi, Wisnu segera membuka bajunya dan menggantikannya dengan baju rumahan. Saat mengangkat celananya dan hendak memasukannya ke dalam keranjang baju kotor, Wisnu melihat ada benda yang jatuh. Ternyata kalung dari gadis yang tadi naik ke mobilnya.
Tangannya mengambil kalung itu dan melihat liontin bunga matahari itu. Saat Wisnu membalikan benda itu ternyata ada sebuah nama yang tertulis di sana. Amorasia.
Apakah gadis itu bernama Amorasia? Nama yang cantik.
Wisnu membuka lemari pakaiannya, mengeluarkan sebuah kotak berwarna putih. Di dalam kotak itu ada beberapa foto Dina dan sepasang cincin pernikahan. Wisnu meletakan kalung itu di dalam kotak tersebut dan menyimpannya kembali ke dalam lemari kayu tersebut. Ia pun menuju ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya di sana.
********
Regina, menatap pintu kamar suaminya yang tertutup. Jika Wisnu sudah masuk ke kamar itu, maka ia tak boleh mengganggunya. Itu kamar khusus untuk Wisnu. Kamar yang akan ditutup olehnya saat ia pergi bekerja. Regina tahu ada sesuatu di sana yang berhubungan dengan Dina. Wisnu akan datang ke kamarnya, jika memang dia ingin dan Regina harus merayunya agar mereka bisa bercinta.
Maka dari itu Regina pun mendekati Gading yang sementara minum kopi di teras belakang.
"Gading, apakah kalian dari kuburan Dina lagi?"
"Iya nyonya. Kami satu jam berada di sana." Jawab Gading.
Wajah Regina nampak cemberut. Gadis itu sudah lama mati namun terus menjadi hantu dalam kehidupan Wisnu. Regina sendiri tak dapat masuk ke dalam hati Wisnu. Hati Wisnu selalu menjadi misteri baginya dan itu yang kadang membuat Regina kesal. Dina selalu menempati ruang terpenting dalam hati Wisnu.
Perempuan cantik itu yang berprofesi sebagai dokter meninggalkan Gading dan segera menuju ke kamar anaknya yang ada di lantai satu juga.
**********
2 tahun kemudian......
"Tuan, nyonya besar sakit. Dan dia ingin bertemu dengan tuan saat ini juga." Kata Gading.
"Ayo kita ke rumah ibu!" ajak Wisnu.
Ayah Wisnu sudah meninggal setahun yang lalu, ibunya kini sakit-sakitan. Wisnu bersyukur karena Regina mau merawat ibunya walaupun ibunya tidak terlalu menyukai Regina sebagai menantunya.
Begitu tiba di rumah ibunya, Wisnu melihat ada seorang perempuan cantik yang duduk di samping ibunya.
"Ibu....!" Panggil Wisnu.
Aisyah menatap putranya. "Wisnu, ibu tak pernah meminta apapun padamu. Sekarang ibu merasa kalau hidup ibu sudah tak lama lagi akan berakhir. Ibu mohon penuhilah keinginan terakhir ibu." Pinta Aisyah sambil memegang tangan putranya.
"Apapun keinginan ibu akan aku aku penuhi."
"Menikahlah dengan Indira. Dia memang sudah pernah menikah beberapa tahun yang lalu. Namun suami Indira sudah meninggal setahun setelah pernikahan mereka dalam suatu kecelakaan mobil. Dia ini adalah saudara jauh kita. Usianya 2 tahun lebih muda darimu."
Wisnu terkejut mendengar permohonan ibunya. "Tapi bu, aku sudah menikah. Dan kau tahu bagaimana keinginanku dengan pernikahanku yang pertama."
"Indira siap menerima syarat apapun yang kau ajukan. Dia juga punya pekerjaan. Ia mengolah butik peninggalan orang tuanya. Ayahmu dulu pernah berhutang budi padanya. Sampai ayahmu meninggal, dia belum dapat membalas hutang budi nya itu. Kau ingatkan dengan cerita ayah sewaktu usahanya hampir bangkrut saat kau masih berusia 10 tahun?" Aisyah menatap putranya. Wajahnya penuh dengan permohonan.
Wisnu menatap perempuan cantik yang ada di samping ibunya. Indira memiliki paras yang khas wanita Indonesia. Darah Sunda yang mengalir dalam dirinya membuatnya nampak masih seperti gadis walaupun sudah pernah menikah sebelumnya. Mungkin karena di pernikahannya yang pertama ia tidak memiliki anak.
"Baiklah ibu. Aku siap menikah dengan Indira." Ujar Wisnu walaupun dengan hati yang berat. Maafkan aku Dina sayang.
********
Bagaimana kisah perdana Terpaksa menjadi istri ketiga ini??
Berikan dukungan mu melalui like, komen dan vote emak ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ira Suryadi
Baca Ulang ya k-3x ny,,Hai Authour aku Mampir lgi k'Karya mu,,🤗
2024-04-22
2
Mommy Kymi
mampir thor....sepertinya menarik
2024-03-03
2
Fajar Ayu Kurniawati
.
2024-02-29
1