NovelToon NovelToon
Rise Of The Rejected

Rise Of The Rejected

Status: sedang berlangsung
Genre:Akademi Sihir / Epik Petualangan / Fantasi / Balas Dendam
Popularitas:861
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nuraida

Ardan Kael tumbuh di Akademi Aetherion — sekolah elit bagi para pengguna kekuatan elemental.
Tapi di usia 16 tahun, hasil ujiannya menunjukkan “nol energi.” Ia dicap Reject, dibuang dari akademi, dan diusir dari keluarganya sendiri.

Namun, pada malam ia hendak bunuh diri di tebing Aetherion, ia mendengar suara aneh dari bayangannya sendiri:

“Kau gagal bukan karena lemah... tapi karena kekuatanmu terlalu kuat untuk dunia ini.”

Suara itu membangkitkan sesuatu yang telah lama tersegel dalam dirinya — Void Energy, kekuatan kegelapan yang bisa menelan seluruh elemen.

Dari situ, Ardan bersumpah untuk kembali ke akademi, bukan sebagai murid...
Tapi sebagai mimpi buruk bagi semua orang yang pernah merendahkannya.

“Kalian menyebutku gagal? Baiklah. Aku akan menunjukkan arti kegagalan yang sebenarnya.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 – Pengkhianatan dalam Bayangan

Setelah Ardan (Umbra) berhasil menyusup ke Bank Kristal Valenforge dan mencuri arsip silsilah yang dipalsukan Solan, kepercayaan Ravel terhadapnya melonjak tajam. Umbra telah membuktikan dirinya sebagai senjata yang presisi dan tak terhentikan, sosok yang mampu menghadapi tantangan politik dan fisik secara bersamaan.

Namun, di balik kegembiraan The Eclipse Order atas keberhasilan mereka, intrik mulai bersemi.

Serena Thorne, sang ahli Illusioncraft, tidak pernah puas dengan permukaan. Ia telah melihat betapa cepatnya Ravel memercayai Umbra, dan ia melihat keseriusan yang tidak wajar di mata Elandra Morwyn, profesor misterius itu, setiap kali nama Menara Void disebutkan. Serena tidaklah setia pada Ravel; ia setia pada permainan yang menarik, dan Umbra, yang berhasil menaklukkan bayangan dirinya, adalah pemain paling menarik yang pernah ia temui.

Malam itu, Serena memutuskan untuk menggunakan keahliannya untuk menyelidiki.

Ia menunggu Ravel, yang biasanya menyendiri di ruang bawah tanah, untuk bergerak. Dengan Illusioncraft yang kini diperkuat oleh rune rahasia, Serena membungkus dirinya dalam ilusi kehampaan yang sempurna—bahkan Void Energy Umbra yang paling sensitif pun akan kesulitan mendeteksi kehadirannya.

Ravel bergerak ke sub-level markas, sebuah lorong yang disembunyikan oleh rune anti-teleportasi dan lapisan perlindungan. Serena menyelinap, mengikutinya ke sebuah ruang yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya: sebuah perpustakaan rahasia, dipenuhi gulungan perkamen yang jauh lebih tua daripada yang ada di Aetherion.

Di tengah ruangan itu, duduklah Ravel di meja batu, dan di depannya—Elandra Morwyn.

Elandra.

Penyihir Chronomancy yang bijaksana itu tampak sangat berbeda di sini. Ia tidak lagi memiliki aura guru yang tenang; ia memancarkan kewaspadaan seorang perencana perang yang dingin.

"Aku sudah mendapatkan gulungan yang kau minta, Elandra," kata Ravel, suaranya di ruangan ini tanpa distorsi topeng, terdengar manusiawi, tetapi penuh kekuasaan.

"Bagus, Ravel," jawab Elandra, suaranya tajam. "Gulungan itu mengkonfirmasi. Gerhana Kedua akan terjadi dalam tiga hari. Dan Ardan... dia siap."

Serena nyaris tersentak dari ilusi kehampaannya. Elandra dan Ravel saling mengenal. Dan mereka merencanakan sesuatu sejak awal.

"Aku masih tidak mengerti, Elandra," Ravel terdengar frustrasi. "Mengapa kita harus menunggu Gerhana Kedua? Umbra telah membuktikan dirinya. Kita harus menyerang Aetherion sekarang. Kehancuran sistem klan akan memakan waktu, tetapi kehancuran fisik akan memicu pemberontakan yang kita inginkan."

Elandra menertawakan ide Ravel, tawa yang menusuk hati Serena.

"Kau masih bodoh dengan ambisi kekuasaan, Ravel," cibir Elandra. "Kau ingin menggunakan Ardan sebagai senjata, sebuah pedang untuk memenggal Solan. Tapi aku tidak mendidiknya untuk menjadi pedang."

Elandra bangkit, berjalan mengelilingi meja, tatapannya terfokus pada peta langit kuno yang terukir di dinding.

"Aku adalah anggota pendiri The Eclipse Order, Ravel. Aku yang menulis manifesto kita. Tapi kau lupa tujuan utamaku. Aku tidak ingin menghancurkan sistem untuk membangun sistem yang baru. Aku ingin menghancurkan sistem untuk mengembalikan kebenadian."

Serena menarik napas. Anggota pendiri? Elandra adalah mentor yang ia kirimkan untuk menjerat Umbra.

"Menara Void, Ravel," Elandra melanjutkan, suaranya penuh gairah. "Menara itu bukan hanya arsip. Itu adalah mekanisme transfer kekuatan yang dibangun oleh Kael the Abyssal. Jika Umbra masuk ke sana saat Gerhana Kedua, Void Energy akan mencapai puncaknya, dan kekuatan Kael the Abyssal yang disegel selama ratusan tahun akan mengalir ke dalam dirinya. Dia akan menjadi Dewa Void yang sesungguhnya. Eternal Architect."

"Dan kau ingin dia menjadi Dewa hanya untuk... membersihkan korupsi?" Ravel mencibir.

"Aku ingin dia menjadi Dewa agar dia bisa mengubah realitas, Ravel! Void Energy memiliki kekuatan untuk menulis ulang tatanan. Dia bisa melenyapkan semua rune tatanan di Valenforge dan mengembalikan sihir bebas ke semua orang. Dia akan menjadi arsitek, bukan prajurit," tegas Elandra.

Ravel menggelengkan kepalanya. "Itu fantasi, Elandra. Begitu ia menjadi Eternal Architect, kita akan menggunakannya untuk menghancurkan. Kau tahu seberapa laparnya dia. Kebenciannya pada Solan adalah bahan bakar yang sempurna untuk perang kita! Setelah Aetherion runtuh, kita—The Eclipse Order—akan mengambil alih kekuasaan, menggunakan kekacauan yang diciptakannya."

"Kau salah, Ravel. Aku melatihnya untuk mengendalikan kebencian. Itulah mengapa aku mengizinkannya bertemu Lyra Edevane. Lyra adalah jangkar moralnya. Aku tahu dia tidak akan membunuh Rion. Aku tahu dia akan menahan diri. Aku tidak akan membiarkanmu mengubahnya menjadi Devourer hanya untuk ambisimu menjadi penguasa baru Valenforge."

"Tapi dia adalah Umbra sekarang! Dia siap untuk perang!" Ravel membentak.

"Dia siap untuk Tujuan, Ravel. Tujuan yang kuberi padanya," Elandra tersenyum licik. "Kau hanya memanfaatkannya untuk perang, sementara aku memanfaatkannya untuk Transformasi. Begitu dia mendapatkan kekuatan Kael di Menara Void, dia tidak akan butuh kita lagi. Dia akan melampaui kita semua."

Percakapan itu menghantam Serena dengan kenyataan yang dingin.

Ravel ingin menggunakan Umbra sebagai palu penghancur untuk memimpin perang dan mendirikan Order sebagai rezim baru.

Elandra ingin menggunakan Umbra sebagai kunci untuk membuka Menara Void, mentransfer kekuatan Kael the Abyssal, dan menciptakan Dewa yang akan mengatur ulang dunia. Elandra tahu Umbra akan meninggalkan Order setelah itu.

Ardan Kael (Umbra) adalah bidak ganda. Dijebak oleh mentornya untuk menjadi Dewa yang kuat, dan dijebak oleh pemimpin politiknya untuk menjadi mesin perang yang akan ditinggalkan.

Serena, yang selama ini mengira dirinya adalah dalang, kini menyadari bahwa ia hanyalah pengamat di tengah permainan yang jauh lebih besar. Jika Umbra pergi ke Menara Void, ia akan menjadi kekuatan tak terbatas. Jika Ravel berhasil memanipulasi Umbra untuk menyerang Aetherion sebelum waktunya, Umbra akan terkuras dan akhirnya bisa dikendalikan.

Serena merasakan adrenalinnya terpompa. Ia tidak akan membiarkan Ravel menang. Permainan ini baru benar-benar menarik jika pemain utamanya, Umbra, memiliki kontrol atas takdirnya sendiri.

Ia harus bertindak cepat. Gerhana Kedua hanya tinggal tiga hari.

Serena menyelinap pergi, Illusinya memudar kembali ke bayangan lorong. Ia tidak akan melaporkan Ravel pada Umbra. Itu akan terlalu berisiko. Ia juga tidak akan menyerahkan Umbra pada Elandra. Ia harus memperingatkan Umbra secara implisit, memberinya informasi yang cukup untuk membuat keputusan politik yang independen.

“Maaf, Ravel. Aku menyukai ambisimu, tapi aku lebih menyukai chaos yang cerdas. Aku akan memastikan Umbra mendapatkan kedua kartu itu: kekuatan Kael dan pengetahuanmu, sebelum dia memutuskan siapa yang akan dia hancurkan,” pikir Serena, senyum liciknya kembali muncul, kini lebih berbahaya dari sebelumnya.

Ia tahu di mana Umbra bersembunyi. Ia harus segera menghubunginya, memberinya petunjuk yang tersembunyi—bahwa kekasih hatinya, Lyra Edevane, adalah kunci yang Elandra gunakan sebagai jangkar, dan bahwa Ravel sedang menyiapkan rencana cadangan untuk perang.

Pengkhianatan dalam bayangan telah terungkap. Permainan besar telah dimulai.

1
azizan zizan
nah ini Nih sering kali kebanyakkan para pemula ingin membuat novel melakukan kesalahan yang boleh mencacatkan sesebuah karya perkataan2 di bab yang lepas di ulang kembali di bab baru.. jika para pemerhati yang menyinak tahu apa yang mereka cakap... novel sampah.. maaf Thor komentar aku ini kasar... kau perlu perhatiin yang itu.. jangan terlalu abal2 membuat sesebuah novel.. jika ingin orang menghargai sebuah karya yang kita buat kita perlu menghargai para pembaca juga itu baru adil...
azizan zizan
ku mampir Thor di novel mu... semoga mc meluluhlantahkan kekaisarannya sama rata dengan tanah usah pedulikan bai atau jahat di pukul rata...🤭🤭🤭🤭
maulida
mampir bentar biar GK lupa baca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!