Hana Nayaka tidak percaya, jika pria yang menikahinya dua tahun lalu dengan mudah menjatuhkan kata talak hanya karena dia mendatangi kantor tempat suaminya itu bekerja.
Sudah hampir 3 bulan belakangan ini, Adam Husain melewatkan sarapan dengan alasan harus datang ke kantor pagi-pagi sekali karena pekerjaannya sedang banyak dan mendesak.
Braakkk...
Rantang makanan yang dibawa Hana dilempar hingga semua isinya berhamburan.
"Dasar istri tidak berguna sudah miskin, udik, kampungan lagi. Untuk apa kamu datang ke kantor, mau buat aku malu karena punya istri macam kamu."
"Mulai hari ini, Hana Nayaka bukan istriku lagi. Aku jatuhkan talak satu." Ucap Adam lantang.
"Mas... Kamu kenapa tega padaku? Apa salahku?" Tangis Hana pecah di depan lobby perusahaan tempat Adam bekerja sebagai manager keuangan.
Hana pergi dengan membawa luka yang menganga dan dendam membara.
"Aku pasti akan membalasmu, Adam. Kamu lupa siapa aku." Gumamnya.
JANGAN MENABUNG BAB!
SUPAYA CERITA INI BERUMUR PANJANG.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erchapram, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kepulangan Hana
Bruukkk...
Sekali lagi, Langit menendang tubuh Marisa dengan kedua kakinya. Ya, meskipun kaki Langit diikat dengan rantai tapi kesalahan mereka tidak mengkaitkannya pada kaki kursinya. Sehingga masih bisa Langit pergunakan, meskipun hanya sebatas untuk menendang.
Marisa terpental, kali ini wanita itu mengeram dengan sangat keras. Karena tendangan tepat mengenai perutnya.
"Aahhh..." Marisa menjerit, karena perutnya terasa sakit yang teramat sakit. Jarum suntik itu terlempar jauh.
Langit hanya menatap Marisa datar, tanpa ekspresi apalagi rasa empati. Bahkan Langit tersenyum miring menatapnya. Saat dari celah kedua paha Marisa keluar banyak darah segar. Langit tahu, jika Marisa keguguran.
"Ternyata Jalang tetap seorang Jalang."
"Aku kira setelah sanggahan lantangmu saat aku membongkar kebusukanmu dulu, kamu memang sudah berniat taubat. Lihatlah, bahkan sekarang kamu keguguran. Padahal jujur aku hanya sedang membela diriku, tidak tahu jika kamu sedang hamil." Ejek Langit.
Mata Marisa membola disela rasa sakitnya. Dia sungguh lupa, jika ada janin yang sedang tumbuh.
Janin yang Marisa yakini benih milik partner tidurnya, Tuan Anton. Tapi Marisa tidak berani untuk sekedar meminta pertanggung jawaban pada pria berusia 50 tahun itu. Karena ada perjanjian yang pernah mereka sepakati bersama sejak dulu, seandainya Marisa hamil maka itu bukan tanggung jawab Tuan Anton. Karena dia tidak ingin terikat.
Sekeras apa pun Marisa menjerit, tidak satu pun dari orang-orang suruhannya yang datang menolongnya. Marisa tidak tahu saat dia masuk ke ruang Langit ditahan, bersamaan dengan itu anak buah Tuan Thomas datang menyerang mereka.
Tuan Thomas benar-benar bergerak cepat, pergerakan yang tidak terdeteksi. Tapi dengan mudahnya tepat sasaran.
Benar dugaan Tuan Angkasa, jika para detektif yang mereka bayar. Sudah berkhianat, lebih tepatnya karena mereka disabotase oleh Tuan Anton. Semua informasi sebenarnya sudah didapatkan, tapi karena ancaman membunuh keluarga. Para detektif itu tidak melaporkan hasil penyelidikannya yang membuahkan hasil. Bahkan keberadaan Hana juga sudah diketahui di hari yang sama.
Tapi, ketakutan mereka atas ancaman Tuan Anton membuat mereka bungkam. Seolah kerja mereka tidak berhasil. Tuan Yunus juga sudah diketemukan. Dia ditawan bersamaan dengan Langit, hanya saja ditempatkan di ruang yang berbeda tapi satu gedung.
"Tuan Langit, mari ikut saya." Ucap Tuan Thomas turun tangan sendiri membebaskan anak dari penolongnya.
"Siapa Anda? Kenapa membebaskan saya?" Langit waspada, meskipun luka di tubuhnya masih sakit tapi jika terpaksa harus bertarung, Langit siap.
"Teman lama Papamu, Tuan Angkasa. Sudah jangan banyak bicara lagi. Ayo kita keluar dari sini, karena anak buahku akan meruntuhkan gedung ini hingga rata dengan tanah." Ucap Tuan Thomas tegas.
"Lalu, bagaimana dengan dia?" Tanya Langit menunjuk ke arah Marisa.
"Biar anak buahku yang urus. Karena akan aku jadikan tawanan. Orang di belakang wanita ini, dia adalah Anton musuh bebuyutanku. Sejak lama aku mencarinya, dia selalu bisa lolos seperti belut. Dan sekarang, aku tidak akan melepaskan Anton." Jawab Tuan Thomas.
Dalam rintihannya, Marisa mendengar semua. 'Musuh Anton, berarti orang yang menolong Langit bukan orang biasa. Siapa dia?' Suara hati Marisa.
Dor
Dor
Bukan dengan kunci. Tapi, Tuan Thomas membuka rantai yang membelenggu Langit dengan tembakan. Tanpa aba-aba, membuat Langit merasakan jantung yang hampir copot.
"Astaga... Apakah dia seorang Mafia?"
Pikiran Langit tentang Tuan Thomas tidak salah, karena memang sosok penolongnya adalah seorang mantan Mafia. Tapi, sudah lama dia tidak aktif setelah seluruh keluarganya habis. Tapi meskipun sudah lama pensiun, Tuan Thomas masih amat disegani, hingga mudah untuk mencari informasi. Bahkan kecerdikan detektif bayaran kalah, tidak sebanding dengan Tuan Thomas.
Langit dituntun oleh Tuan Thomas hingga masuk ke dalam mobil. Sementara di belakang mobil mereka ada Marisa yang kini menjadi tawanan meskipun dalam keadaan sekarat. Setelah beberapa meter mobil melaju, terdengar suara ledakan dan reruntuhan.
Boommm...
Gedubraakkk...
Gedung bioskop tua itu runtuh, tanpa ada sisa. Benar-benar rata dengan tanah.
"Jangan bawa saya ke rumah. Tolong sembunyikan dulu keberadaan saya dari orang-orang termasuk kedua orang tua saya dan Hana." Ucap Langit setelah berfikir sesaat.
"Kenapa? kasihan Mama kamu sakit. Dia masih dirawat di ICCU." Ucap Tuan Thomas menatap heran.
"Aku butuh waktu memulihkan seluruh luka di tubuh dan hatiku."
"Baik jika itu maumu. Aku punya Villa di Puncak, kamu bisa tinggal di sana untuk sementara waktu." Ucap Tuan Thomas.
Terdengar suara Tuan Thomas memberi info pada anak buahnya untuk membawa langsung Marisa ke markas.
"Bawa langsung wanita itu ke markas, panggil Dokter saja, jangan bawa dia ke Rumah Sakit."
Sementara itu di kota Bandung, rumah baru Hana didatangi beberapa orang berbaju hitam yang menyeramkan.
"Nona Hana, mari ikut kami. Tolong jangan banyak bertanya dulu. Karena kami tidak ingin terjadi kericuhan di rumah Anda ini. Kondisi di Jakarta sedang darurat, Anda harus pulang sekarang juga. Tidak perlu bawa banyak barang."
Tanpa mau mendengar Hana menolak, orang-orang itu menuntun Hana masuk ke dalam mobil mereka.
Para pekerja di konveksi miliknya, sempat ingin melapor pada polisi. Tapi ucapan Hana sedikit menenangkan.
"Tidak apa-apa Ibu Ibu, aku akan ikut mereka sebentar. Tolong lanjutkan pekerjaan dan jaga rumah selagi aku tidak ada."
Hana hanya membawa barang penting, termasuk semua surat-surat berharga. Sedangkan sebagian orang membantu menjaga rumah Hana, selama dia pergi.
"Jadi, siapa kalian?" Tanya Hana.
"Kami orang-orang Tuan Thomas, yang diminta oleh Tuan Angkasa untuk mencari Anda." Ucap sesesorang.
"Persidangan perceraian ditunda hingga minggu depan, karena Pengacara Anda diculik."
"Tuan Adam dibebaskan dengan jaminan oleh orang yang menculik Pengacara. Tuan Langit hilang, dan Nyonya Senja terserang penyakit jantung." Tambahnya.
"Astaga... ternyata keputusanku pergi, salah. Apalagi ada yang memanfaatkan kepergianku. Jadi, Adam juga ingin rujuk? Dia pikir siapa dia, sesuka hati mengucap talak. Setelah tahu kebusukan Veronika, lantas minta rujuk."
"Kamu salah mencari lawan, Adam." Ucap Hana dengan amarah yang kembali berkobar setelah membaca lembar demi lembar informasi di tangannya.
"Siapa pun kalian, aku ucapkan terima kasih karena datang cepat. Sehingga aku masih punya banyak waktu untuk mengikuti sidang kedua. Lalu, sekarang di mana Tuan Langit dan Pak Yunus berada?"
"Mereka sudah di tempat aman." Jawab orang yang membawanya itu.
Pikiran Hana melayang, rasa penyesalan karena sudah pergi tanpa pamit. Dan ada rasa yang entah, terselip di ujung hati terdalamnya. Pernyataan cinta dari Langit, jujur membuat Hana tidak bisa tidur.
"Tapi, haruskah menerima cinta karena balas budi?" Ucap Hana dilema.