NovelToon NovelToon
Karma Si Playboy: Jadi Cewek!

Karma Si Playboy: Jadi Cewek!

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Dikelilingi wanita cantik / Misteri / Berbaikan / Fantasi Wanita / Playboy
Popularitas:241
Nilai: 5
Nama Author: Zaenal 1992

Bram, playboy kelas kakap dari Bekasi, hidupnya hanya tentang pesta dan menaklukkan wanita. Sampai suatu malam, mimpi aneh mengubah segalanya. Ia terbangun dalam tubuh seorang wanita! Sialnya, ia harus belajar semua hal tentang menjadi wanita, sambil mencari cara untuk kembali ke wujud semula. Kekacauan, kebingungan, dan pelajaran berharga menanti Bram dalam petualangan paling gilanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenal 1992, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di Balik Senyum Sinta: Luka Masa Lalu dan Harapan Masa Depan

Selesai bekerja, Sinta mampir ke sebuah kafe dekat kantor, mencari ketenangan. Aroma kopi yang menenangkan sedikit meredakan ketegangan setelah kejadian di kantor. Sambil menyesap cappucinonya, Sinta merenung. Pikirannya melayang pada kehidupannya dulu sebagai Bram, seorang pria playboy yang gemar mempermainkan hati wanita.

"Karma memang ada," gumam Sinta dalam hati. Ia teringat mimpinya yang aneh, mimpi yang mengubahnya menjadi seorang wanita.

Aku berada di lapangan hijau luas dengan langit ungu keemasan. Di depanku, muncul seorang wanita cantik dengan jubah berkilauan, memancarkan aura misterius. Rambutnya hitam legam, matanya tajam, dan senyumnya sinis.

"Bram, Bram... si penakluk wanita," suaranya menggema. "Waktunya merasakan apa yang kau tanam."

Aku ingin protes, tapi suaraku tercekat. Wanita itu mengangkat tangannya, dan sebuah bola berwarna pelangi muncul. Dengan gerakan anggun, dia melemparkan bola itu ke arahku. Bola itu melayang cepat, menghantam "aset"ku dengan kekuatan penuh.

Sinta menghela napas. Dulu, Bram tidak pernah membayangkan betapa rumitnya menjadi seorang wanita. Dulu, ia hanya melihat wanita sebagai objek, tanpa pernah memikirkan perasaan mereka. Sekarang, ia merasakan sendiri bagaimana rasanya menjadi objek kebencian dan intrik.

"Aku ingin kembali menjadi laki-laki," bisik Sinta lirih. "Tapi bagaimana caranya?"

Tiba-tiba, seseorang menarik kursi di depannya. Sinta mendongak dan melihat Rian tersenyum padanya.

"Boleh saya bergabung?" tanya Rian.

Sinta mengangguk pelan. "Tentu saja."

Rian memesan kopi dan suasana hening sejenak. Kemudian, Rian membuka suara.

"Sinta, saya minta maaf atas kelakuan Clara hari ini," kata Rian dengan nada menyesal. "Saya benar-benar tidak menyangka dia akan bertindak sejauh itu."

Sinta menatap Rian dengan heran. "Kenapa bapak yang minta maaf? bapak tidak melakukan kesalahan apa pun."

Rian tersenyum tipis. "Sudah kubilang, kalau di luar kantor panggil saja Rian."

Sinta mengangguk, sedikit tersipu. "Maaf, Rian. Kebiasaan."

"Tidak apa-apa," jawab Rian. "Saya merasa bersalah karena menyeret kamu ke dalam masalah ini," jawab Rian. "Clara dan saya sudah berteman lama sejak kecil. Ayah kami bersahabat dekat. Saya tahu dia mencintai saya, tapi saya selalu menganggapnya sebagai adik, bukan kekasih."

Rian menghela napas panjang. "Saya tidak tahu bagaimana cara menghentikan obsesinya. Saya sudah mencoba berbicara dengannya, tapi dia tidak mau mendengarkan."

Sinta terdiam. Ia bisa merasakan betapa sulitnya posisi Rian. Ia juga pernah mengalami hal serupa saat menjadi Bram, dikejar-kejar oleh wanita yang terobsesi padanya.

"Saya mengerti," kata Sinta akhirnya. "Tapi kamu tidak perlu merasa bersalah. Ini bukan salahmu. Clara dan Siska yang bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri."

Rian tersenyum lega. "Terima kasih, Sinta. Kamu membuat saya merasa lebih baik."

Mereka berdua terdiam sejenak, menikmati kopi masing-masing. Sinta merasa sedikit tenang setelah berbicara dengan Rian. Ia tahu, masalah ini belum selesai, tapi setidaknya ia tidak sendirian menghadapinya.

"Sinta," panggil Rian tiba-tiba. "Saya ingin kamu tahu, saya sangat menghargai kamu sebagai rekan kerja. Kamu cerdas, kreatif, dan selalu bersemangat. Jangan biarkan kelakuan Clara dan Siska membuat kamu menyerah."

Sinta tersenyum tulus. "Terima kasih, Rian. Saya janji, saya tidak akan menyerah."

Malam itu, Sinta pulang dengan perasaan yang lebih baik. Ia tahu, perjalanan hidupnya sebagai Sinta masih panjang dan penuh tantangan. Tapi ia juga tahu, ia tidak sendirian. Ada orang-orang yang peduli padanya dan mendukungnya. Dan itu sudah cukup untuk membuatnya merasa kuat dan bersemangat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!