Anak Yang Sengaja Di Tukar

Seminggu pun berlalu, cerita tentang dokter bastian pun kini menyebar dan membuat tak sedikit warga sangat penasaran sosok bastian, kecuali sofia yang acuh dan tak ada niat sedikit pun untuk bertanya tentang dokter bastian

Brakkkk...!!!!

Dua buah sepeda motor kini saling bertabrakan dan jatuh tepat di depan apotik sofia, warga segera membantu keduanya hingga menyelesaikan masalah itu

" Pak dokter tak apa apa kan? Kasihan sekali pak dokter kaki tangannya sedikit lecet" ucap seorang wanita

" Ayo pak dokter kita masuk ke dalam apotik saja, mungkin saja nona bisa membantu pak dokter" ucap wanita itu membantu bastian masuk ke dalam apotik

" Nona sofi, tolong berikan obat untuk pak dokter, maaf ya pak dokter saya sedang buru buru jadi pak dokter di sini saja bersama nona sofia" ucap wanita itu lagi kemudian pamit

Sofia memeriksa luka di kaki dan tangan bastian yang sedikit lecet, kemudian membalurkan salep dan menutupinya dengan kain kasa

Bastian terbelalak hingga jantungnya terasa berhenti saat mereka tak sengaja saling bertatapan mata

" Sofia? Apa dia benar sofia gadis yang aku cari selama ini?" gumamnya tak melepaskan tatapannya

" Jadi anda dokter yang baru itu?" Tanya sofia tak mengenali bastian

" I_ i_ iya, kenalkan aku bastian" ucap bastian masih menatap Sofia dan berharap jika sofia mengingat nya

" Iya aku tau, Lain kali hati hati, kalo kayak gini gimana mau ngobatin pasien kalo dokternya saja seceroboh ini" ucap sofia setelah selesai membalut tangan bastian

" Iya maaf " jawabnya

" Sekarang sudah selesai, silakan anda pergi" ucap sofia mengusir Bastian secara halus

" Baiklah terima kasih" jawabnya segera keluar dengan perasaan yang masih penasaran

Bastian kembali melajukan sepeda motor yang baru dia beli untuk memudahkannya ke rumah sakit

" Apa benar dia sofia yang aku kenal? Lalu mengapa dia tak mengenali ku? Dan mengapa dia berubah menjadi sedikit kasar seperti itu? Atau aku salah orang?" Gumam bastian terus melaju hingga ke rumah sakit

*******

Bastian tengah duduk sembari menatap hamparan rumput di halaman rumahnya setelah kembali dari rumah sakit

" Tuan bastian sudah pulang?" Tanya pak imron

" Iya pak baru saja, oiya pak boleh saya bertanya?"

" Mau tanya apa tuan?"

" Gadis yang kerja di apotik itu siapa?"

" Ohhh itu nona sofi tuan, dia adalah anak pak aryo " jawabnya

" Apa dia asli dari kota ini?" Tanyanya lagi

" Sepertinya iya tuan, karena yang saya tau dia tumbuh di keluarga pak aryo sejak dulu, memangnya kenapa tuan?"

" Tidak pak saya hanya merasa dia sangat mirip dengan teman saya" jawabnya

" Tapi siapa pak aryo itu pak?" Tanya Bastian lagi

" Dia pemilik beberapa apotik di kota kecil ini tuan, termasuk apotik milik nona sofi tuan"

" Lalu dimana pak aryo sekarang?"

" Beliau telah wafat dua tahun yang lalu tuan"

" Baiklah kalo begitu terima kasih ya pak, mungkin saja aku salah mengenali orang, tidak mungkin juga dia temanku" ucapnya

" Kalo begitu saya permisi tuan" ucap pak imron

Bastian masuk ke dalam rumah seketika ponselnya berdering, dia menatap ponsel dan enggan untuk menjawab panggilan yang menampilkan nama amora di layar

" Dasar pengacau, mau apa lagi dia menghubungiku" ucap bastian membuang ponselnya di atas kasur dan mengabaikan panggilan yang sedari tadi minta di jawab

" Sebaiknya aku mencari tau tentang gadis pemilik apotik itu, aku yakin jika dia adalah sofia gadis yang selama ini aku cari " ucapnya membayangkan wajah sofia

*******

Mulai hari itu bastian selalu mencari tau tentang Sofia, dia bahkan berniat untuk mengenal sofia lebih dekat

" Selamat sore nona sofi " ucap bastian begitu masuk ke dalam apotik

" Ada keperluan apa anda datang kemari?" Tanya sofi sedikit tidak ramah

" Ada yang ingin aku bicarakan dengan nona sofi " jawabnya

" Tentang apa?"

" Aku sedang membutuhkan seorang asisten yang mengetahui tentang obat obatan, aku harap kamu bersedia bekerja denganku?" Ucapnya

" Maaf aku tak tertarik " jawabnya

" Baiklah, tapi setidaknya biarkan aku mengenalmu" ucap bastian lagi

" Untuk apa anda ingin mengenalku?"

" Aku juga warga kota ini, jadi apa salahnya jika kita saling mengenal" jawab bastian santai

" Baiklah, aku sofi " ucapnya singkat

" Apa sebelumnya kita pernah bertemu di tempat lain?" Tanya Bastian

" Sepertinya tidak, memangnya kenapa?"

" Jujur saja pertama melihatmu kamu mengingatkanku pada gadis pujaanku dahulu"

" Benarkah? Tapi maaf sepertinya kamu salah orang "

" Iya aku tau " jawabnya lagi

" Oiya sofi mungkin waktu mendatang aku akan sering mampir, tidak masalah kan?" Tanya nya

" Maksud kamu?"

" Aku ingin lebih mengenalmu, lagian kamu tau sendiri di kota ini hanya ada kamu yang mungkin seumuran denganku, selebihnya lansia dan juga bocil, aku butuh teman untuk bercerita" ucapnya

" Terserah kamu saja lah " jawab sofi

" Oke, kalo begitu bisa berikan aku nomor ponselmu?"

"Tidak, sebaiknya kamu pulang "

" Baiklah aku akan pulang, terima kasih karena telah mengizinkanku ngobrol denganmu " ucap bastian tersenyum manis

Melihat senyuman dengan gigi gingsul itu membuat sofi sedikit mengingatkan kakak kelasnya sewaktu SMA dulu yang sempat berkenalan dengannya

" Wajahnya seperti kakak kelasku yang dulu, siapa ya namanya?" Gumam sofi menatap kepergian bastian