Desi dan Dita, adalah saudara. dan mereka berdua akan menikah di hari yang sama. dan itu semua atas permintaan Dita.
namun, di saat hari pernikahan, pasangan mereka berdua malah diganti oleh kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua calon suami Desi.
sehingga Desi harus pasrah menikah dengan calon suami adiknya yang katanya miskin dan yatim piatu.
dia hanya memiliki satu rumah di seberang jalan, rumah mereka. mereka menikah, karena ulah Dita. tapi, Dita malah bermain licik, dan menuduh Desi bersama dengan kedua orang tuanya, kalau dia bukan seorang gadis lagi. Karena itulah, calon suami Desi beserta keluarganya mau mengganti pengantin wanita.
kalau bagaimanakah kehidupan Desi setelah menikah dengan mantan calon suami adiknya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirta_Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. panen jeruk
setelah istirahat sebentar, mereka semua pun langsung mulai memanen buah jeruk. kulit buah jeruknya terlihat mengkilat, bahkan ketika dicicipi rasanya sangat manis.
Desi sendiri seiring dengan suaminya dalam menanam jeruk. Devan langsung memetik satu buah jeruk yang menurutnya matang dan manis, dan diberikan kepada istrinya setelah dibelah.
"ayo coba dulu jeruknya.. mana tahu asam di lidah kamu.." ucap Devan sambil menyerahkan jeruk yang sudah ia belah itu. Desi yang mendengar itu tersenyum dan tentu saja menerima dengan senang hati.
"makasih ya Mas.." dia pun dengan cepat mengklopek isi jeruk itu, dan kemudian langsung memasukkannya ke dalam mulutnya. ketika air jeruk itu pecah, seketika matanya langsung melotot sempurna.
"wah ini manis mas!! manis seger.. ada juga asam-asamnya sedikit. tapi kalau sudah dipetik dan sedikit layu, rasa asamnya pasti akan hilang." ucapnya membuat Devan langsung tersenyum dan mengangguk.
"ini namanya jeruk apa Mas..?"
"ini namanya sering disebut jeruk manis orange. karena memang rasanya Yang manis juga orange. tapi kalau yang setengah-setengah ini, ini juga jeruk manis Polan. rasanya sangat enak dan tidak kalah jauh dengan jeruk orange ini." Desi yang mendengar penjelasan suaminya langsung menganggukkan kepalanya.
keduanya kembali melanjutkan untuk memetik jeruk-jeruk itu, sampai bakul yang mereka bawa itu terisi penuh.
"Kamu tunggu di sini dulu ya.. nggak usah dibawa. biar Mas aja yang bawain. kamu tunggu keranjang kosong dan lanjutkan matik aja dulu." ucapnya. Desi yang paham pun langsung menganggukkan kepalanya. kemudian langsung membantu suaminya untuk mengangkat keranjang atau bakul tersebut ke atas punggung sang suami.
pekerjaan Devan memang berat, tapi Desi tidak pernah gengsi. justru kehidupan seperti ini jauh lebih baik ketimbang harus menjadi budak ibunya di rumah dan selalu memarahinya, walaupun dia tidak bersalah. walaupun dia menyalahkan sang ibu, tapi hatinya tetap menghormati ibunya.
Dia hanya kecewa kepada ibu dan ayahnya, yang terlalu pilih kasih diantara mereka berdua.
setelah hampir 2 jam mereka berkeliling memanen jeruk-jeruk itu, akhirnya semua buah yang mau dipanen pun habis. dan di saung itu sudah banyak sekali tumpukan buah jeruk yang terlihat masih segar-segar.
"kita makan siang dulu ya bapak ibu, setelah makan siang baru kita timbang berapa banyak jeruk yang bapak Ibu panen." ucapnya.
"baiklah nak Devan.. lagipula yang mau dipanen juga sudah habis." jawab salah satu ibu yang ikut manen. mereka tidak banyak, hanya sekitar 5 orang saja paling banyak. tapi Jangan ragukan kecepatan mereka dalam memetik. makanya Devan selalu senang menggunakan tenaga mereka setiap kali dia panen buah-buahan seperti ini.
"des.. tolong bantu yang lain ya.. Aku mau hubungi Mas Adam dulu." ucapnya. Adam yang dikatakan oleh Devan itu tak lain dan tak bukan adalah orang yang juga ikut membeli semangkanya kemarin.
"baiklah Mas.." mereka semua pun langsung melakukan pekerjaan masing-masing. Desi langsung ikut bergabung dengan para ibu-ibu dan bapak-bapak untuk menyiapkan makan siang yang telah mereka bawa dari rumah masing-masing. ternyata sebagian ibu-ibu juga ada yang membawa termos yang berisi teh panas di dalamnya.
sementara Devan, dia langsung menghubungi Adam, tempat ia berlangganan menjual buah-buahannya. biasanya, buah jeruknya ini sangat laku di pasaran karena dipetik dan juga masih segar sekali pas dijual.
setelah selesai berbicara ngobrol sedikit dengan Adam dalam telepon, Devan pun langsung kembali bergabung bersama dengan para ibu-ibu lainnya yang sudah mengambil posisi. dan mereka pun langsung makan siang secara bersama-sama. mereka yang hadir di sana saling mencicipi makanan masing-masing dan tak ada yang pelit atau minder.
*******
tepat ketika matahari sudah berdiri tegak di atas kepala, Devan dan Desi pun akhirnya kembali ke rumah dengan berhasil mengantongi uang sekitar rp15.000.000 dari hasil penimbangan jeruk tadi. dan ternyata dia tidak menjual dalam satu tokek saja, melainkan ke beberapa tokek lainnya. karena saking banyaknya buah-buahan tersebut.
di sana mereka juga sudah membayar upah para pekerja, yang masing-masing diberi 500.000 per kepala. ya walaupun upah burunya tidak tetap, tapi Devan selalu mencoba untuk mengupayakan yang terbaik bagi para buru-burunya itu. tak hanya menerima uang buru, mereka juga membawa 5 kilo jeruk ke rumah masing-masing untuk diberikan kepada keluarga.
"alhamdulillahirobbilalamin.. Akhirnya sampai rumah juga.." ucap Desi yang sedang mencoba untuk turun. dia di sana membantu mengangkat beberapa barang ringan dan membawanya ke dalam. begitu pula dengan Devan yang langsung memarkirkan motor di tempat, dan langsung berlalu masuk sambil membawa buah jeruk yang sudah mereka sisihkan dari kebun.
"mas.. mau dimasakin apa..?" tanya Desi. Devan yang mendengar penuturan istrinya tersenyum.
"kamu nggak usah masak Des.. kita beli di luar saja. Kamu pasti capek dan juga nggak terkejar. kalau beli di luar kan tinggal sat set aja, dan nanti kita bisa istirahat cepat." ucap Devan.
"kamu mandi aja sana.. sekalian simpan uang-uang ini. Mas mau keluar dulu mau membeli makanan di luar. oh ya, kamu mau pesan apa ?" tanya Devan lagi.
Desi yang tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu dari keluarganya mendadak terharu. biasanya kalau di rumah kedua orang tuanya, ibunya tidak peduli Apakah Desi itu lelah seharian bekerja atau tidak, dia tetap akan disuruh untuk mengerjakan pekerjaan rumah. dan sebelum semua pekerjaan rumah selesai, dia tidak boleh makan dan tidak boleh istirahat.
"apa aja Mas.." jawabnya dengan suara yang sedikit terdengar serak. tampaknya dia menahan kegetiran di dalam hatinya. Devan yang menyadari hal itu tersenyum.
"beneran nih terserah Mas.!! nggak nyesel kalau Mas salah beli nanti..?" godanya. Devan sengaja berkata seperti itu dengan ekspresi wajah menggoda sang istri agar sedikit mengurangi perasaan getir di dalam hatinya yang tentunya, dapat ia tebak.
mendengar itu, Desi Tersenyum Lagi.
"kalau begitu, Aku mau makan mie ayam aja." mendengar itu Devan mengerutkan keningnya.
"makan mie..?" tanyanya. Desi pun langsung menganggukkan kepala.
"aku masih terasa kenyang Mas. soalnya di kebun tadi makanan yang dibawa bapak-bapak sama ibu-ibu itu enak-enak.." ucapnya sambil cengengesan. ya mereka sekitar jam 10.00 siang tadi sudah makan di kebun, bersama dengan para pekerja. wajar saja kalau Desi masih merasa kenyang. dan begitu pula dengan Devan, tapi karena Devan harus meninggal istrinya dan tentu tidak boleh cuek begitu saja, Devan langsung berinisiatif sendiri. begitupun dengan Desi.
"Iya juga sih.. kalau begitu Mas beli. yakin cuma mie ayam aja..?" tanyanya lagi. Desi pun langsung kembali menganggukkan kepalanya.
akhirnya, Devan pun langsung berlalu pergi dan membeli pesanan sang istri beserta juga dengan dirinya. ternyata di sana, dia tak hanya membeli mie ayam sesuai dengan request-an sang istri, justru dia juga tak lupa membeli soto, bakso yang dipisah dengan kuahnya, dan juga beberapa buah-buahan lainnya selain jeruk. setelah itu dia langsung kembali ke rumah.
di tunggu updatenya
semoga benih " cinta mereka menyatu & cepat hamil...