NovelToon NovelToon
Lucid Dream

Lucid Dream

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Nikah Kontrak / Beda Usia / Fantasi Wanita / Enemy to Lovers
Popularitas:544
Nilai: 5
Nama Author: Sunny Rush

Sebuah kumpulan cerpen yang lahir dari batas antara mimpi dan kenyataan. Dari kisah romantis, misteri yang menggantung, hingga fantasi yang melayang, setiap cerita adalah langkah di dunia di mana imajinasi menjadi nyata dan kata-kata menari di antara tidur dan sadar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunny Rush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kutukan milik tuan sean

Cindy memperhatikan tingkah laku Sean yang berbeda sejak kedatangan Ziva pembantu di rumahnya itu.

Cindy mendekati Ziva yang sedang mencuci piring sambil mendengarkan earphone sebelah dan bersenandung santai.

“Ziavana Erlangga!” panggil Cindy menebak.

“Ya?” Zia berbalik refleks dan melihat Cindy menatapnya dengan tajam.

“Ke ruang tamu sekarang!” titahnya tegas.

Entah kebetulan atau tidak, Sean dan Devano baru saja pulang. Ada Aluna juga di sana.

“Ada apa?” tanya Devano melihat Cindy yang tampak serius.

Zia menunduk, berjalan mengikuti Cindy dengan sedikit mendumel pelan.

“Sean, apa dia Zia?” tanya Cindy ke arah Sean.

Sean melihat Zia sejenak, yang masih menunduk menatap lantai.

“Ya, dia Ziaku,” sahut Sean sambil tersenyum, menatap Zia.

“Kenapa kamu berbohong?” Cindy kini menunjuk Zia dengan tatapan kesal karena merasa tertipu.

“Karena aku mau,” sahut Zia asal, membuat Cindy mendengus kesal.

“Apa kamu sudah tahu, Aluna?” tanya Cindy, menatap Aluna yang tampak biasa saja , tidak terkejut mengetahui Ziva adalah Zia.

“Ya, Tante. Aku belum sempat memberi tahu Tante karena sibuk,” ujar Aluna tenang.

“Sudahlah, apa yang kalian ributkan?!” Devano duduk di sofa santai.

“Kalian membohongiku?!” Cindy terduduk kesal, merasa dikhianati oleh semua orang.

“Tidak ada yang berbohong. Hanya saja, kamu baru menyadari bahwa tingkah Sean berbeda sejak Zia datang, kan?” tebak Devano, yang memang benar.

Cindy menatap putranya yang kini mendekati Zia. Ia tahu seperti apa Sean saat dulu menceritakan Zia kepadanya cinta pertama Sean, dan mungkin sampai sekarang, Sean masih menyukainya.

“Aku masih menyukainya seperti dulu, Mom!” ungkap Sean saat melihat ekspresi Cindy yang menatapnya lekat.

“Apa kamu tidak melihatku, Sean? Aku di sini, dan kita akan menikah!” Aluna menghampiri Sean dan memegang tangannya.

“Ya, aku akan menikah tapi menikahi Zia!” ucap Sean lantang sambil merangkul pinggang Zia.

“Heh, apa yang kamu lakukan?” Zia sedikit memberontak.

“Diamlah, Zia. Ini waktu kita untuk bersama,” kata Sean menatapnya.

“Ishhh! Waktumu, Sean bukan waktuku!” dengus Zia kesal.

“Tante, aku tidak mau berpisah dengan Sean!” Aluna menggoyangkan lengan Cindy dengan nada manja.

“Diamlah, Aluna!” kata Cindy yang masih tidak percaya dengan semua ini.

“Kenapa kamu mengubah wajahmu?” pertanyaan Cindy membuat semua orang menatapnya.

Pasalnya, memang tak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Zia bahkan orang tuanya sendiri.

“Apa kamu sengaja melakukannya supaya bisa menipuku?” cecar Cindy.

“Tanyalah pada calon menantu Tante!” sahut Zia, lalu bergegas pergi ke kamarnya.

Semua orang kini menatap Aluna. Aluna hanya diam dan menunduk.

“Aku mau pamit pulang!”

Dengan cepat, Zia sudah membawa kopernya dan muncul di hadapan Sean dan yang lain.

“Mau ke mana kamu?” tanya Sean melihat koper di tangan Zia.

“Pulang ke rumah,” sahut Zia tenang.

“Kamu tidak akan pulang! Apa kamu mau bersama cowok itu?” sergah Sean, cepat menarik koper Zia.

“Bukan urusanmu, Sean!” bentak Zia.

“Kita akan menikah, jadi...”

“Menikahlah dengan Kak Aluna. Kasihan dia!” potong Zia sambil membenarkan tasnya.

“Apa maksudmu kasihan?” Aluna menghampiri Zia dengan emosi.

“Ya, Kak Aluna sangat kasihan. Karena bagaimanapun caranya, Sean tetap menjadi milikku— emm, maksudku, Sean tetap memilihku,” ujar Zia menatap Aluna sinis.

“Aku pamit, Om dan Tante!”

Zia menarik kopernya, tapi ternyata susah. Sean masih menahannya.

“Ada apa lagi, Tuan Sean?” tanya Zia kesal.

“Berhentilah untuk pergi!” larang Sean, membuat Zia semakin kesal.

“Kamu tidak berhak melarangku, Sean!” Zia kekeh hendak pergi.

“Aku tidak akan membiarkanmu meninggalkanku lagi!”

Sean tiba-tiba menggendong Zia di pundaknya dan membawanya ke kamar.

“Sean, turunkan aku!” teriak Zia sambil memukul punggung Sean.

“Tidak akan kubiarkan kamu pergi lagi!” Sean menaiki tangga.

Tak ada yang berani menolong Zia semua tahu Sean tidak akan melakukan hal lebih dari ini.

Brakkk!

Bughhh!

Sean menendang pintu dan menjatuhkan Zia ke tempat tidur dengan kasar.

“Sean, apa yang kamu lakukan?!” teriak Zia mencoba bangun, tapi Sean langsung mengukungnya di kasur.

“Ayo, kita persingkat waktu yang telah terbuang sia-sia ini,” kata Sean menatap Zia.

“Apa maksudmu, Sean?” Zia mencoba mendorong Sean, tapi usahanya nihil.

“Ayo kita menikah, dan membuat anak yang banyak!” ajak Sean dengan senyum menyeringai.

“Ishhh! Apa maksudmu? Apa kamu pikir aku ini pabrik anak?! Minggir, Sean!”

Dengan tenaga penuh, Zia menendang bagian sensitif Sean hingga Sean langsung terjatuh di sampingnya sambil meringkuk kesakitan.

“Zia sayang… apa yang kamu lakukan? Bagaimana kalau kamu tidak bisa menikmati aset milikku ini, kamu aww!”

Zia langsung menendang pantat Sean dengan keras.

“Berhentilah berbicara, Sean! Bagaimana mungkin kamu bertingkah seperti ini setelah dewasa?! Aku tidak akan menikah denganmu sampai kapan pun, Sean!” tegas Zia sambil mengambil tasnya.

“Kenapa kamu tidak mau menikah denganku?” tanya Sean mencoba duduk.

“Kamu itu playboy! Kamu bilang cinta sama satu orang, tapi tak bisa dipegang sama sekali. Dasar manusia pembohong!” umpat Zia.

“Apa maksudmu pembohong?” Sean menghampiri Zia yang hendak membuka knop pintu dan menahannya.

“Ucapanmu di bandara apa kamu tidak mengingatnya?”

Sean terdiam, mengingat segalanya. Saat di bandara, ia sempat bilang suka, tapi kemudian Aluna menelpon meminta bantuan dan mereka terjebak bersama.

“Apa kamu mendengarnya?” tanya Sean menatap Zia, yang kini memasang wajah jengah sambil memegang tasnya.

“Menurutmu bagaimana?” ucap Zia nyolot.

“Lalu kenapa kamu tidak menjawabnya?” tanya Sean lagi.

Zia menatap Sean sejenak, lalu membuang muka.

“Kamu terlalu sibuk dengan wanita lain!” sahut Zia menyilangkan kedua lengannya di dada.

“Apa maksudmu?” Sean mendekatkan wajahnya ke arah Zia. Refleks, Zia memundurkan wajahnya.

“Jangan berpura-pura bodoh, Sean!” kesal Zia.

Memang, Sean tak mengerti sepenuhnya apa yang terjadi, karena Zia tidak menceritakan semuanya.

“Zia, apa kamu menyembunyikan sesuatu?” tanya Sean.

“Tidak!” sahut Zia cepat.

“Jawab, Zia!” desak Sean menatapnya tajam.

Zia melihat Sean, lalu menunduk.

Apa Zia harus memberitahukan semuanya pada Sean?

Apa Sean akan mengejeknya kalau tahu yang sebenarnya?

“Tidak ada, Sean!” jawab Zia cepat.

“Aku tahu kamu, Zia. Apa yang kamu sembunyikan?” Sean memegang pundak Zia sebelah.

“Aku harus pergi, Sean!” Zia mencoba melepaskan tangan Sean dari knop pintu.

“Apa ini ada hubungannya dengan kamu mengubah wajahmu, Zia?”

Pertanyaan Sean membuat Zia terdiam dan menatapnya lama.

1
Idatul_munar
Tunggu kelanjutan thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!