Ketika cinta berubah menjadi luka, dan keluarga sendiri menjadi pengkhianat. Dela kehilangan segalanya di hari yang seharusnya menjadi miliknya cinta, kepercayaan, bahkan harga diri.
Namun dalam keputusasaan, Tuhan mempertemukannya dengan sosok misterius yang kelak menjadi penyelamat sekaligus takdir barunya. Tapi apakah Dela siap membuka hati lagi, ketika dunia justru menuduhnya melakukan dosa yang tak pernah ia lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Menjodohkan Kamu
Badan Dela rasanya pegal sekali setelah seharian membantu Ibunya menyelesaikan pesanan 250 buah kue kering. Tanpa membuang waktu, Dela segera menuju kamarnya untuk melepas lelah. Akan tetapi pikiran Dela terusik oleh perkataan Kakaknya tentang suaminya. Dorongan rasa penasaran dan khawatir membuatnya langsung menghubungi sang suami melalui sambungan telepon. Sementara itu di seberang sana Arsen yang baru saja menuntaskan pekerjaannya langsung sigap mengangkat panggilan dari istrinya. Perasaan bahagia menyelimuti Arsen melihat istrinya menghubunginya.
"Halo Sayang," sapanya dengan nada gembira.
"Halo Mas kamu lagi apa? Pekerjaanmu sudah beres?" Tanya Dela. Semula Dela sempat berpikiran suaminya tidak akan mengangkat telepon darinya karena mungkin sedang sibuk dengan wanita lain. Ternyata dugaannya salah suaminya langsung menjawab panggilannya.
"Syukurlah baru saja selesai Sayang. Dan pekerjaan hari ini sangat lancar," jawabnya. "Kenapa? Apa istriku ini sudah kangen sama aku?" Lanjutnya menggoda yang sontak membuat pipi Dela bersemu merah karena malu. Untungnya Arsen tidak melihat sebab ia paling gemas melihat tingkah istrinya yang pemalu.
"Baru juga sehari gak ketemu masa sudah kangen Mas. Aku cuma mau tau kabarmu saja," kilah Dela.
"Yah kirain kamu kangen sama aku Sayang. Soalnya aku udah kangen banget sama kamu walau baru sehari tidak bertemu."
"Idih gombal kalau kangen buruan pulang dong," ujar Dela.
Mendengar itu Arsen teringat bahwa papanya menyuruhnya pulang ke rumah orang tuanya. Sebenarnya Arsen ingin sekali langsung pulang begitu urusan pekerjaan selesai dan segera bertemu istrinya. Namun karena papanya meminta kedatangannya, Arsen terpaksa tidak bisa langsung pulang.
"Maaf Sayang. Malam ini aku tidak bisa pulang."
Deg
Jantung Dela langsung berdebar kencang mendengar ucapan suaminya. Ia berpikir jangan-jangan perkataan Kakaknya memang benar, suaminya punya wanita lain. Buktinya pekerjaan sudah selesai tapi suaminya tidak bisa pulang. Mau apa lagi kalau bukan menemui wanita selingkuhannya begitu pikir Dela.
"Kenapa kamu gak bisa pulang Mas? Bukannya pekerjaan kamu sudah selesai?" Tanya Dela, dengan nada yang mulai khawatir.
Ingin melihat wajah istrinya, Arsen memutuskan untuk mengubah panggilannya menjadi video call.
"Sayang kita video call saja ya," pintanya dan Dela pun langsung menerima panggilan video call dari suaminya.
Begitu layar ponselnya menampilkan wajah sang suami, Dela terkejut melihat penampilan Arsen yang terlihat sangat tampan dengan pakaian kantor yang melekat di tubuhnya.
"Mas Arsen kamu sedang ada di mana itu? Terus kenapa bajumu ganti tadi pagi kamu gak pakai baju itu," tanya Dela.
Selain terlihat tampan dengan setelan jas kantor, suaminya tampak sedang berada di sebuah gedung perkantoran yang mewah.
"Saat ini aku sedang di gedung perkantoran Sayang. Tadi ada salah satu Klien datang untuk membahas kerja sama denganku. Orangnya baru saja pulang," jawabnya jujur. Ya kliennya berasal dari luar negeri dan harus kembali besok pagi, sehingga Arsen harus menemuinya hari ini juga. Kebetulan Kliennya bersedia datang ke kantor sejak sore tadi, dan pembahasan kerja sama mereka cukup alot sehingga baru selesai malam ini. Butuh upaya keras bagi Arsen untuk meyakinkan mereka, tetapi akhirnya Arsen berhasil mendapatkan kerja sama tersebut.
"Hah ada klien datang? Membahas kerja sama? Memangnya kuli bangunan ada ya yang bertugas menemui klien?" Batin Dela, masih menyimpan curiga.
"Lalu kenapa kamu gak bisa langsung pulang ke rumah Mas? Aku lihat baru jam 7 malam kalau kamu mau pulang juga masih sempat kan?" Cecar Dela.
"Masalahnya tadi Papa nyuruh aku untuk pulang ke rumah gak apa-apa ya Sayang. Kalau aku tidak pulang malam ini, sepertinya Papa ada hal penting yang mau dibicarakan sama aku," jawabnya, menjelaskan.
"Oh begitu iya Mas gak apa-apa. Aku pikir kamu gak bisa pulang karena apa," ujar Dela lega.
"Kamu jangan lupa makan ya Sayang. Kemungkinan besok pagi aku sudah pulang, love you Sayang muachh."
Perasaan Dela langsung lega setelah mendengar penjelasan dari suaminya. Ternyata apa yang dibilang oleh Kakaknya tidak terbukti sama sekali.
"Love you too Mas." Arsen melambaikan tangan lalu mengakhiri sambungan teleponnya.
"Bagaimana Ma. Apa sudah siap hidangan untuk menyambut Arsen pulang?" Tanya Fahmi.
"Sudah dong Pa," jawab Amel.
"Oh! Iya bagaimana dengan ide Mama yang mau menjodohkan Arsen dengan Ratu Pa?" Tanya Amel penuh harap.
"Entahlah Ma. Papa merasa ragu Arsen mau menerimanya," jawab Fahmi.
"Pa Arsen itu umurnya sudah dewasa. Sudah saatnya untuk berumah tangga apa Papa gak khawatir melihat Arsen yang selalu dingin dengan wanita? Anak kita itu laki-laki semua. Refan juga berhak untuk menikah, kalau Arsen sebagai kakaknya tidak kunjung menikah kasihan Refan Pa. Lagi pula Ratu itu wanita terhormat, cantik, baik, sopan, jelas asal-usulnya, dan wanita karier juga. Dia sangat sempurna dan sangat cocok untuk Arsen," ujar Amel berusaha membujuk suaminya.
Setelah Fahmi pertimbangkan, perkataan istrinya ada benarnya juga. "Ya sudah Papa setuju nanti kita coba bicarakan sama Arsen. Mereka juga sudah kenal kan."
Mendengar persetujuan suaminya, Amel bersorak senang dalam hati. "Yes rencanaku berhasil tinggal urusan Arsen, dia harus mau menerima perjodohan ini," gumam Amel dalam hati.
Tak lama, sebuah mobil mewah keluaran terbaru memasuki halaman rumah. Arsen tiba dengan mengendarai mobil super mewah, yang bahkan hanya ada beberapa unit di Indonesia dan jarang dimiliki orang. Refan yang melihatnya merasa iri karena tidak punya mobil semewah itu.
Begitu masuk ke dalam rumah, Arsen langsung menyalami papanya. Hanya papanya tidak dengan Amel.
"Selamat ya kamu sudah berhasil memenangkan tender. Papa bangga denganmu," ujar Fahmi yang diangguki oleh Arsen.
"Iya selamat juga ya Arsen. Mama juga bangga denganmu, kamu hebat. Nanti jangan lupa ya untuk mengajari adik kamu, adik kamu kan baru masuk ke dunia bisnis jadi dia belum sehebat kamu," timpal Amel. Sejatinya Amel sangat malas memuji-muji Arsen, tetapi di depan suaminya ia harus terlihat menyayangi Arsen.
Sementara itu, Refan dalam diam mengepalkan tangannya saat melihat sang papa lebih membanggakan Arsen dari pada dirinya.
Arsen merasa enggan menanggapi perkataan palsu ibu tirinya. Ia sangat mengerti bahwa ibu tirinya hanya berpura-pura manis di hadapan sang Papa. Jika bukan karena papanya, Arsen tidak akan sudi pulang ke rumah ini.
"Ya sudah ayo kita langsung ke meja makan saja," ajak Fahmi, mencairkan suasana yang terasa canggung.
"Mama sengaja sudah menyiapkan masakan spesial untuk kamu Arsen. Anggap saja untuk merayakan kemenangan tender besar kamu," ujar Amel, yang tidak ditanggapi oleh Arsen. Arsen langsung mengambil tempat duduknya.
"Kita rayakan dengan cara makan bersama ya. Rasanya sudah lama Papa tidak makan bareng kamu," seru Fahmi . "Lihatlah ini semua makanan kesukaan kamu," lanjutnya.
"Iya terima kasih Pa seharusnya papa tidak perlu repot-repot seperti ini," ujar Arsen.
Sedangkan Amel langsung mengepalkan tangannya karena perkataannya tidak dihiraukan oleh Arsen.
"Sialan sekarang kamu boleh saja cuek. Tapi awas saja nanti," gumam Amel dengan menahan emosinya.
Ya, Amel adalah Ibu tiri Arsen. Ibu kandung Arsen sudah meninggal saat Arsen baru saja menyelesaikan kuliah dan menyandang gelar sarjana. Seharusnya waktu itu Arsen sangat bahagia karena lulus dengan nilai terbaik. Namun, ia harus bersedih karena ibunya meninggal dunia. Selang setahun kemudian papanya menikah lagi dengan seorang janda beranak satu yaitu Amel. Ia membawa Refan anaknya ke dalam pernikahan dengan papa Arsen. Amel dan Refan juga langsung diajak tinggal bersama di rumah itu.
Sebenarnya Arsen tidak mempermasalahkan papanya menikah lagi. Tetapi Arsen kurang setuju jika sang Papa menikah dengan Amel. Entah mengapa Arsen tidak menyukai ibu tiri serta saudara tirinya itu. Semenjak sang Papa membawa istri barunya ke rumah, Arsen jadi lebih memilih tinggal bersama Nenek dari pihak ibunya. Di sana Arsen merasa lebih tenang dan damai, tidak seperti di rumah, karena ibu tirinya selalu bersikap sinis padanya. Amel hanya bersikap lembut di hadapan sang Papa saja. Sampai saat ini Arsen jarang sekali pulang ke rumah. Selama ini Arsen memilih tinggal dengan Neneknya dengan alasan Neneknya sudah tua dan tidak ada yang menemaninya, sehingga papanya memperbolehkan Arsen untuk tinggal di sana.
"Oh! Iya Arsen kamu masih ingat kan dengan Ratu?" Tanya Amel tiba-tiba.
Mendengar pertanyaan dari ibu tirinya mendadak perasaan Arsen jadi tidak enak. Arsen hanya menganggukkan kepala sebagai jawabannya.
"Nah rencananya Mama dan Papa mau menjodohkan kamu dengan Ratu. Kamu mau kan?"
Arsen yang sedang makan langsung tersedak mendengar perkataan dari ibu tirinya.
Uhuk... uhuk... uhuk...
