NovelToon NovelToon
Cinta Di Kehidupan Berikutnya

Cinta Di Kehidupan Berikutnya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / TimeTravel / Perjodohan / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Rebirth For Love
Popularitas:4.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nopani Dwi Ari

“Tuhan, bila masih ada kehidupan setelah kematian, aku hanya ingin satu hal: kesempatan kedua untuk mencintainya dengan benar, tanpa mengulang kesalahan yang sama...."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopani Dwi Ari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.19

Ivana menatap jalanan yang panas menyengat, aspal berkilat seolah meleleh diterpa terik matahari. Namun panas itu tak ada apa-apanya dibanding bara api dalam hatinya. Foto yang dikirim Daisy beberapa jam lalu masih melekat jelas di ponselnya. Damian memeluk Daisy erat, bibir mereka bertaut seakan dunia hanya milik berdua. Membayangkannya saja membuat ulu hati Ivana seperti diremas.

Tangannya mengepal erat, napasnya memburu. Daisy… aku akan buat kamu menyesal. Jangan pernah pikir kebahagiaanmu akan abadi.

"Ivana," sebuah suara memanggil, memecah lamunannya.

Ivana menoleh. Di depannya berdiri Mia, Ivana menatapnya dari atas sampai bawah, menilai setiap detail.

"Kamu banyak berubah, Mia. Katakan padaku… apa kamu bahagia di sini?" tanya Ivana, nada suaranya lembut namun dingin terdengar seperti mengejek oleh Mia.

Mia mengedikkan bahu, berusaha santai. "Ya, seperti yang kamu lihat. Kerjaan aku cuma tidur, belajar, dan ikut pelatihan." Suaranya datar, seolah acuh. Padahal Ivana tahu betul: Mia lebih sering bermalas-malasan, pura-pura sakit tiap kali ada pelatihan berat.

Senyum tipis muncul di bibir Ivana, sinis dan menusuk. Ia mencondongkan tubuh, menatap Mia lekat-lekat.

"Jadi, kamu bisa melakukan tugasmu, dong? Jangan sampai semua yang sudah aku lakukan untukmu jadi sia-sia, Mia," bisiknya pelan, namun cukup untuk membuat Mia menelan ludah gugup.

Ivana tahu. Ivana selalu tahu. Semua kebohongan Mia tak pernah benar-benar tersembunyi. Tapi Ivana ingin mendengar pengakuan jujur, sesuatu yang Mia tak mampu berikan.

"Hah, sudahlah. Waktu kamu cuma dua minggu lagi. Kalau kamu gagal… bersiaplah, Mia." Nada ancaman keluar begitu saja, dingin, membuat bulu kuduk Mia meremang.

Dengan langkah anggun namun penuh amarah, Ivana pergi meninggalkan yayasan. Mia terdiam, tubuhnya gemetar. Begitu Ivana menghilang, gadis itu menghela napas panjang.

"Sialan! Gara-gara Daisy hidupku jadi berantakan begini," gumam Mia dalam hati. Namun ia juga tahu, tanpa Ivana ia takkan pernah bisa bertahan sejauh ini.

*****

Di tempat lain, Andreas pulang ke apartemen dengan langkah gontai. Wajahnya masih lebam akibat hantaman Niklas. Saat berdiri di dalam lift, ia sempat menatap pantulan dirinya di dinding metal mengkilap. Wajah babak belur itu bagai pengingat keras atas semua kebodohannya.

"Astaga," desah Andreas lirih. "Apa yang harus aku lakukan untuk bisa kembali dapatkan Daisy?"

Meski ia tahu jawabannya pahit—Daisy sudah menjadi milik Damian—Andreas tetap tak mampu melepaskan. Bagi Andreas, Daisy bukan sekadar cinta, melainkan bagian hidup yang tak tergantikan.

Sampai di depan unit, Andreas terdiam. Ia menatap pintu lama sekali, seakan sedang menyiapkan jawaban jika ayahnya bertanya. Akhirnya ia memutar kunci dan masuk.

Sepi. Tak ada suara. Hanya aroma obat dan kayu tua yang menyambutnya.

"Dad?!" panggil Andreas.

Ia melangkah ke kamar Alfa. Pintu terbuka, sang ayah terbaring seolah sedang tidur siang. Andreas mendekat, duduk di tepi ranjang. Suaranya lirih, nyaris patah.

"Maafkan aku, Dad. Seharusnya di masa tuamu aku membahagiakan Daddy, bukan menyusahkan dengan semua ambisi dan kekacauan yang aku buat."

Andreas menunduk, mengusap kaki Alfa dengan sayang. Tak lama ia bangkit, pergi ke kamarnya sendiri.

Begitu pintu tertutup, Alfa membuka mata. Air mata menetes di sudut matanya, cepat ia seka.

"Ini semua salah Daddy, Nak. Bukan salahmu," ucap Alfa pelan. Ia menatap langit-langit dengan pandangan kosong. "Seandainya Daddy nggak terlalu memanjakanmu, mungkin kita nggak akan begini."

Tangannya meraih bingkai foto istrinya yang cantik. Wajah Jesi tersenyum abadi di sana. Alfa meraba permukaan kaca, suaranya bergetar.

"Jesi… aku kangen. Aku ingin nyusul kamu. Tapi aku harus pastikan Andreas nggak makin salah jalan. Dia harus bertemu gadis yang tepat, bukan istri orang kayak Daisy."

*****

Sementara itu, di ruang kerja Damian, suasana jauh berbeda. Setelah makan siang penuh canda, Daisy terbaring di sofa dengan tubuh lemas. Wajahnya merona, pipinya bersemu merah.

Setiap kali mengingat adegan panas beberapa jam lalu, tubuhnya bergetar kecil. Itu adalah hubungan intim yang mereka lakukan dengan kesadaran penuh. Tidak ada obat, tidak ada paksaan. Hanya cinta.

Dulu, ia selalu marah setiap kali Damian meminta lebih. Trauma malam pertama—saat Damian dan Jasmine memberinya minuman yang dibubuhi obat—masih menghantui. Namun kini, semuanya berbeda. Daisy justru menemukan dirinya jatuh dalam pelukan Damian dengan kerelaan penuh.

"Huh, untung Mommy yang ngasih ide," gumam Daisy sambil menggeleng pelan, mengenang masa lalu.

"Kenapa senyum-senyum sendiri?" suara Damian membuat Daisy terlonjak. Ia buru-buru meraih bantal untuk menutupi tubuhnya.

"Tidak apa-apa," kilah Daisy cepat, lalu duduk dan merapikan pakaiannya. Namun tubuhnya masih limbung, kakinya lemas.

Damian terkekeh. "Kalau mau dibantu bilang, sayang. Jangan gengsi." Ia langsung mengangkat tubuh Daisy ke pelukannya.

"Salah sendiri mainnya lama dan kasar," ketus Daisy, meski pipinya makin panas.

Damian tertawa terbahak. "Mau aku temenin ke kamar mandi?" godanya.

"Gak usah! Aku bisa sendiri," Daisy buru-buru menolak, khawatir kalau Damian ikut masuk justru akan makin lama.

"Baiklah. Aku pesenin makan, ya."

"Iya."

Saat Damian sibuk memesan, Daisy menatap bayangannya di cermin. Senyum malu tersungging. Damian… aku mencintaimu. Baru kali ini ia benar-benar berani mengakuinya, meski hanya dalam hati.

Tak lama kemudian, mereka makan siang. Daisy melahap makanan dengan lahap, pipinya menggembung penuh, membuat Damian gemas.

"Pelan-pelan, sayang. Gak ada yang bakal rebutin kok," kekehnya, menyodorkan piringnya.

"Kamu gak makan?" tanya Daisy heran.

"Aku udah kenyang lihat kamu makan," jawab Damian menggoda.

"Gombal! Makan sini," Daisy menyuapi Damian balik. Senyum Damian makin lebar. Sesekali, ia menangkap bayangan Vio di wajah Daisy. Dasar bodoh, jelas saja Vio mirip Daisy… dia ibunya.

Setelah selesai makan, Daisy pamit pulang. Ia sudah terlalu lama meninggalkan Vio.

"Aku pulang dulu," ucapnya, memeluk dan mencium Damian.

"Hati-hati, sayang," balas Damian lembut, mengecup keningnya. Ia mengantar Daisy sampai lobby, melambaikan tangan sampai mobil istrinya hilang dari pandangan.

*

*

Di desa, Bella sibuk memilih sayuran segar. Ayahnya, Rusli, memperhatikannya dengan serius.

"Tadi Ibu bilang, kamu nolongin laki-laki?" tanya Rusli tiba-tiba.

"Iya, Pak. Aku nggak tahu kenapa, kayaknya dia mau bunuh diri," jawab Bella jujur.

Rusli hanya mengangguk, lalu berpesan agar Bella tidak terlalu peduli dengan urusan orang kaya. "Mereka itu bisa bawa masalah besar."

Bella mengangguk patuh, meski hatinya masih penasaran dengan lelaki asing itu.

Keesokan paginya, Bella berangkat ke pasar naik sepeda tuanya, membawa keranjang penuh sayur. Udara pagi sejuk, berbeda jauh dari panas siang kemarin. Ia tersenyum tipis, berusaha menikmati hidup sederhana.

Sementara itu, di sebuah kafe milik Andreas, suasana cukup ramai. Beberapa pegawai sibuk mengecek stok sayuran yang menipis. Saat Andreas muncul tiba-tiba, sahabatnya, Bagas, terkejut.

"Tumben lo kesini," kata Bagas.

"Mau aja, emang nggak boleh?" sahut Andreas datar, langsung duduk di sudut ruangan.

Bagas melirik, lalu lanjut menghitung stok beras. "Ngapain lo diem aja?"

"Ngitung beras," cibir Andreas asal.

Bagas mendecak. "Kenapa lo kayak abg habis putus cinta aja."

Andreas menghela napas berat. "Gue lagi galau."

Bagas tertawa keras. "Baru kali ini gue lihat Andreas galau."

"Sialan lo," umpat Andreas, meski tersenyum masam.

Akhirnya ia menceritakan semuanya pada Bagas: perselingkuhannya, penyesalan mendalam, dan cintanya pada Daisy yang tak bisa hilang.

"Gue masih cinta sama dia," ucap Andreas lirih, tatapannya kosong.

Bagas hanya bisa menghela nafas panjang. "Lo bego, Dre. Dari dulu gue udah bilang, jangan main-main sama Daisy. Sekarang dia udah jadi istri orang."

Andreas terdiam. Untuk pertama kalinya, lelaki itu benar-benar terlihat hancur.

Bersambung ....

1
Epi Widayanti
hempaskan ulat bulu itu Daisy
Epi Widayanti
/Heart//Heart//Heart/
Asa Asa
belom pernah hidup serumah sama mertua
Susma Wati
ivana terlalu terobsesi pada damian yang menghancurkan dirinya sendiri, akibat dari perbuatan ayahnya yang lebih pergi dengan pelakor, da si pelakor dengan tidak tahu diri ingin memeras ivana
Epi Widayanti
Lanjut 👍👍
Epi Widayanti
lanjut
Epi Widayanti
Lanjut, makin kepanasan tuh si Ivana /Joyful/
Nix Ajh
eh Andrean mokondo, harusnya Daisy yang marah ini malah kebalik, kamu yang marah
Asa Asa
jahat banget
Margaretha Indrayani
lanjut thor
Nix Ajh
selalu ada kesempatan kedua, bahagia buat Damian, Daisy, dan Vio
Mochi 🐣
Kepedean
Susma Wati
banyak yang kayak ibu diana,
AriNovani
Komen guyss
Epi Widayanti
suka 💓💓
Nadira ST
musuhnya pada berdatangan kepalaku kok pusing ya daisi baru lahiran belum bisa balas dendam
Susma Wati
alfa dan andreas sama-sama punya penyakit hati,, dendam yang si pupuk terus menerus oleh mereka sendiri tanpa berpikir untuk memperbaiki diri
Nadira ST
lanjut thor penasaran nih
AriNovani
mobilnya bukan kaki 😭
Mochi 🐣
/Heart//Heart//Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!