"Saingan? Lawanku Janda aja, aku udah MENANG!"
.
.
.
Gladys, merutuk habis kekasihnya yang ketahuan sedang berselingkuh di sebuah kamar hotel dengan seorang Janda beranak tiga.
Hati wanita mana yang tak sakit, terlebih ia sudah menerima pria itu sepaket dengan putrinya yang selama dua tahun ini selalau berusaha agar bisa diterima dengan baik sebagai ibu sambung.
.
.
.
"Dasar DUDA gak tahu diri. Lihat saja, akan ku pastikan penggantimu adalah BERONDONG TAJIR"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 19
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Di rumah utama, Papih Lintang dan Mamih Rinjani yang sudah masuk kamar pun kini tengah berada di atas ranjang, tidur berdua saling memeluk untuk melepas segala rasa untuk hari ini.
"Anak kita sudah besar, Pih. Aku kaya gimana gitu pas Kai pamit mau ngapel," ucap Mamih Rinjani.
Kalimat sederhana yang terlontar dari mulut anak semata wayangnya itu nyatanya sedikit mengganggu pikiran seorang Ibu yang belum siap dengan kedewasaan sang putra semata wayang.
"Kok gitu ngomongnya?" tanya Papih Lintang.
Tak ada jawaban, sebab ia tahu ini sangat salah tapi memang itulah yang ia rasakan sekarang, tak ada yang bisa menakar betapa sayangnya ia pada Kaivandra yang menjadikan anak itu semestanya setelah sang suami.
"Maaf, Pih, aku keterlaluan."
"Jangan terlalu di pikirkan, Sayang. Kai sudah besar, cepat atau lambat akan punya pasangan. Dan kita harus menerima pilihannya."
"Papih yang milih, bukan anakku loh. Dari awal kan Papih yang nyuruh Kai kenalan sampai harus ngejar gadis itu pas pulang jenguk. Akhirnya, sekarang keterusan kan?" protes Mamih Rinjani, kesyangan Si DuRen dan Si JaHe.
Pria yang selama ini di juluki Kuncen akhirat pun tertawa kecil, ia kecup kening dan pucuk kepala pujaan hatinya itu sampai berulang kali.
"Tak ada yang kebetulan di dunia ini, Mih."
Tentu saja, karna mana mungkin sang Tuan besar Lee Rahardian Wijaya akan asal memberi perintah jika tak tahu sejak awal.
"Aku tahu, tapi aku ingin Papih pikirkan sekali lagi, bukan karna siapa gadis itu, hanya saja ini tentang umur Kai yang belum dewasa, Pih," Pinta Mamih Rinjani.
"Plis, Mih, ini tuh sesuai JUDUL mak othor!"
.
.
.
Kembali ke rumah Erica, waktu yang terus berputar hingga malam kian larut membuat wanita itu serba salah, apalagi saat sang Kakak tahu jika tamu di rumah mereka adalah anak bos besarnya yang beberapa tahun kedepan pasti akan menjadi atasannya juga. Erica yakin jika malam ini ia pasti akan di berondong banyak pertanyaan sebab sejak kemarin tak ada yang di ceritakan oleh Erica pada kakak nya itu
Jadi, tak salah jika Cita terlihat sangat kaget ketika datang dan masuk ke ruang tamu.
"Masih panas?" tanya Erica setelah hening tanpa obrolan.
"Lumayan, kayanya udah hangat," jawab Kai.
"Ya sudah, cepat habiskan. Memang gak haus dari tadi?"
Kai menggeleng kan kepalanta, ia lalu menyentuh sisi cangkir dengan telapak tangan untuk memastikan suhunya.
"Haus sih," jawabnya
"Mau ku ambil kan air dingin?" tawar Erica.
"Boleh. Kenapa gak dari tadi? kan aku bisa langsung pulang kalau udah minum."
"Ya ampun, salah terus!" dengkus Erica kesal, bahkan saking geramnya ia sampai mengepal kedua tangan kuat kuat.
Kai malah mengulum senyum, ia akan selalu menang saat berurusan dengan wanita dewasa di depannya itu.
Erica yang memasang wajah ketus pun langsung bangun dari duduk, ia melangkah cepat menuju dapur lagi untuk mengambil segelas air es dalam hati ia berdoa jika yang ia lakukan bukan Jebakan Batman untuknya sendiri.
"Nih, air minumnya sesuai permintaanmu." Erica langsung menyerahkan apa yang ia bawa dari dapur.
"Makasih ya, Mbak."
Kai langsung meneguk minumannya yang hanya air putih biasa, "Sudah, Mbak, aku pulang ya kalau gitu," pamitnya.
"Hem, iya, hati hati ya," balas Erica yang ikut bangun seperti Kai.
"Titip salam buat Mama ya, Mbak. Aku pamit pulang."
"Iya, nanti aku ssmpaikan ke Mama."
"Mbak--," panggil Kai lagi.
"Apa? kamu mau apalagi sih Kai?"
"Hem--, itu, Mbak. Aku boleh ya terus Panggil Mama?" pinta Kaivandra pelan.
Erica terdiam, tak ada jawaban darinya entah kata atau pun sekedar dari sikapnya.
"Soalnya aku gak punya Mama, Mbak," ucapnya lagi jauh lebih pelan dan lirih di sertai dengan pandangan sedikit menunduk.
"Gak punya Mama? Maksud mu apa? Lalu yang di rumah sakit kemarin itu siapa?" tanya Erica bingung bercampur penasaran dan itu jelas sekali di wajah cantiknya.
.
.
.
Itu--, MAMIH....
\#\#\#\#\#\#\#\#\#\#\#\#
Lanjut GAAAAAAAKK...
Yuk, diLike komennya dulu yaaaa
Yang belum di bab 18..yuk naik lagi..
Jempol kalian yang nantinya akan nentuin nupel ini akan lanjut atau enggak sampai END. 😔😔😭😭😭