Helen terkejut bukan main, ketika pria asing masuk ke kamar hotelnya. Dia sedang tidak dalam keadaan sadar, entah apa yang diberikan oleh Nicklas Bernando suaminya padanya.
"Kamu dan suamimu ingin seorang anak kan? aku akan membantumu!" ujar pria itu dengan tatapan mengerikan.
Bak sambaran petir di siang hari, Helen tidak menyangka, kalau suaminya akan berbuat seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Sikap Tegas Vicky dan Anika
Helen duduk manis di kursi empuk yang disiapkan oleh Dre. Sambil melihat pertunjukan yang disiapkan oleh pria tampan itu juga.
Dimana pria yang sudah begitu memanjakannya hari ini, dengan kemeja lengan pendeknya, memakai apron berwarna hitam sedang menyiapkan makan malam untuk Helen.
Memperlihatkan keahliannya yang lain, caranya memasak bahkan seperti chef profesional.
Pisauu dapur di tangannya bergerak cepat dan presisi, memotong bawang bombai menjadi irisan tipis yang seragam tanpa perlu melihat ke bawah. Pria itu memegang gagang pisau dengan cengkeraman yang mantap, sementara jari-jarinya melindungi dari mata pisau dengan posisi khas para koki.
Wajan sudah dipanaskan lebih dulu, dan saat dia menuangkan minyak zaitun, tak ada satu tetes pun yang tumpah sia-sia. Begitu bahan masuk ke dalam wajan, dia menggunakan teknik saute dengan kontrol suhu yang cermat, mengaduk dengan spatula kayu sambil sesekali menggoyangkan wajan menggunakan satu tangan, gerakan mulus tanpa suara berlebihan.
Setiap gerakan dari pria yang terlihat bersinar seiring waktu itu, dilakukan dengan urutan yang efisien. Meminimalisir gerakan, menjaga kebersihan, dan menghindari kekacauan. Bahkan saat mencicipi saus, dia melakukannya dengan sendok kecil terpisah, menunjukkan standar higienitas seorang profesional.
Selanjutnya Dre mengangkat potongan daging yang telah dibumbui sempurna, garam laut, lada hitam, dan sedikit rosemary segar. Dia memastikan wajan besi di atas kompor sudah benar-benar panas, hingga sedikit asap tipis mengepul dari permukaannya. Dengan tenang, Dre menaruh daging ke atas wajan. Suara desis nyaring langsung terdengar, diikuti aroma harum yang langsung menyambar udara.
Tangannya tak gemetar sedikit pun saat memiringkan wajan dan menambahkan sedikit brandy. Dalam satu gerakan cepat dan percaya diri, dia memiringkan wajan ke arah api. Seketika, kobaran api melonjak dari permukaan wajan, menari dengan garang namun terkendali. Api menyala setinggi dada, memantulkan cahaya ke wajah Dre yang tetap tenang, matanya fokus, rahangnya mengeras.
Helen yang menonton dari tempatnya berada menahan napas. Helen sempat mengira kobaran itu terlalu besar, tapi Dre tahu persis apa yang ia lakukan. Api mereda perlahan, meninggalkan aroma karamelisasi sempurna pada daging. Layaknya koki internasional, Dre membalik potongan itu sekali saja, tidak berkali-kali, untuk menjaga juicy-nya.
Saat akhirnya pria itu selesai, dia mengangkat daging itu ke atas piring saji, permukaannya tampak cokelat keemasan, mengilap oleh jus alaminya.
"Selamat menikmati nona" ucapnya setelah meletakkan piring itu di atas meja di depan Helen.
Tiga detik pertama, Helen benar-benar terpukau.
"Wah, jika aku tidak melihatnya sendiri. Aku tidak bisa percaya. Kamu sudah seperti chef profesional, Dre!"
Pria itu melepaskan apronnya dan duduk di samping Helen.
"Sebenarnya masih banyak keahlianku. Aku akan perlihatkan satu persatu padamu, nyonya Dre!"
Tangan Helen yang tadinya meraih garpu untuk menusukk potongan daging menggiurkan di depannya itu menjadi terhenti. Wajahnya yang tadinya terlihat sangat antusias untuk mencicipi masakan Dre itu menjadi tampak resah. Dan Helen pun menoleh perlahan ke arah Dre.
"Dre..."
Dre tahu, tidak tepat mengatakan hal itu. Maka dia pun tidak ingin membuat suasana uang sudah hangat ini menjadi dingin.
"Memangnya aku bilang apa? ayo makan, kalau dingin tidak akan enak. Setelah ini, aku akan memberimu pelayanan ekstra, anggap saja malam ini aku koki plusss plusss untukmu!"
Helen menelan salivanya dengan susah payah. Pria di sampingnya itu sepertinya tidak ada lelah-lelahnya. Pinggangnya bahkan masih terasa begitu pegal, dan pria itu sudah membicarakan masalah layanan ekstra lagi.
Sementara itu di rumah sakit, Anika yang sudah datang bersama dengan Vicky Bernando ayah Nicklas. Tampak begitu marah pada putra sematawayangnya itu.
Plakkk
Bahkan sebuah tamparann keras mendarat di wajah Nicklas, ketika mereka melihat keberadaan Moza di rumah sakit.
"Kenapa ibu bisa melahirkan anak yang tidak punya hati seperti kamu Nicklas?" pekik Anika dengan wajah merah padam.
Suaranya meninggi, jelas sekali kalau Anika sama sekali tidak menyangka kalau anaknya itu bisa berbuat seperti itu. Bagaimana bisa menipunya. Bagaimana bisa perjalanan bulan madu yang dia siapkan untuk Helen dan Nicklas, malah berakhir seperti ini. Dengan Moza ikut bersama mereka. Dia merasa begitu kecewa pada Nicklas. Teganya anaknya itu menipunya, berbohong padanya.
"Wanita itu yang telah menghina ibu, dan Helen adalah orang yang menyelamatkan ibu. Buka matamu Nicklas!" pekik Anika lagi.
Tubuhnya rasanya sudah tak bisa lagi berdiri, untungnya Vicky berada di belakangnya dan menangkap tubuh istrinya itu dengan cepat.
"Bodohh! Bodohh sekali kamu Nicklas!" bentak Vicky.
Pria itu juga sangat marah, dia juga sangat tidak suka pada Moza. Dari caranya bicara, dan bersikap pada Nicklas. Jelas kalau wanita itu hanya ingin uang Nicklas saja.
Anika menangis, dia memikirkan apa yang sudah terjadi pada Helen.
"Kasihan sekali Helen, ayah!" lirihnya sambil memeluk Vicky.
Rasanya kakinya sungguh telah menjadi lemas. Dia benar-benar tidak bisa membayangkan apa yang telah terjadi pada Helen. Dan bagaimana Helen sekarang.
Sedangkan Nicklas, pria itu menundukkan kepalanya sambil memegang pipinya yang panas karena tamparann dari Anika tadi benar-benar kencang.
Anika terus menangis, dia menatap suaminya dengan sangat sedih.
"Lakukan apapun, ayah. Lakukan apapun untuk menemukan Helen. Ibu sangat merasa bersalah padanya, kalau saja ibu tidak memintanya pergi dengan manusia kejam ini, dia pasti tidak akan tenggelam. Dia pasti sangat kesakitan, dia tidak bisa berenang, dia pasti ketakutan. Helen" lirih Anika begitu sedih.
Vicky segera memerintahkan Oscar anak buahnya untuk ikut mencari Helen.
"Bagaimana bisa dia tenggelam?" tanya Vicky dengan nada tegas, dia berusaha untuk tidak berteriak pada anaknya itu. Meski dia sangat marah.
Karena itu adalah rumah sakit, dia juga harus bisa mengendalikan dirinya, meski sebenarnya emosinya tak kalah meledak dari Anika. Dia hanya tidak menduga, dia bisa punya anak yang begitu bodohh. Hanya kata itu yang terpikirkan oleh Vicky, dia menyekolahkan Nicklas di sekolah terbaik, memberinya berbagai fasilitas dan kemudahan. Tapi malah membuat anaknya itu menjadi manusia yang bodohh. Kaca dan permata saja Nicklas tidak bisa membedakannya.
"Dia... Dia terpeleset saat mengambil gambarku dan Moza..."
Anika sudah mengangkat tangannya, dia benar-benar ingin memukul sekali lagi dengan sangat keras. Tapi Vicky menahan istrinya itu.
"Tanganmu akan sakit, sayang"
Anika membuang wajahnya dari Nicklas. Dia benar-benar kecewa pada anak sematawayangnya itu.
Setelah menahan Anika. Tatapan mata Vicky terlihat begitu tajam mengarah ke arah Nicklas.
"Jika sampai Helen tidak ditemukan! atau jika dia ditemukan dalam keadaan yang tidak kita inginkan. Kamu bersiaplah keluar dari rumah, dan keluar dari perusahaan. Karena kamu bertindak semaumu, maka ayah akan bebaskan kamu, bahkan kamu tidak perlu menggunakan nama Bernando lagi setelah itu!"
Mata Nicklas melebar, dia nyaris menahan nafas mendengar apa yang ayahnya katakan itu.
"Ayah..."
"Dan tidak perlu panggil aku ayah, atau istriku, ibu lagi!" tegas Vicky.
***
Bersambung...