Hani Ainsley adalah anak dari perkawinan antara manusia dengan seorang vampir, karena suatu masalah ibunya harus menitipkan Hani ke salah satu rumah warga karena wanita itu tidak bisa membawanya pergi. Saat kecil Hani ia hidup menderita karena tidak pernah disayang oleh ibu yang mengadopsinya. Namun, semua berubah saat ia beranjak dewasa dan mulai berevolusi menjadi vampir. Akankah Hani bisa mengubah nasipnya di kemudian hari? Dan siapakah orang tua kandungnya? Ikuti ceritanya dan jangan lupa likenya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lutfiatin Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemukan Kediaman Sindy
Di rumah Sofyan, mereka sedang berkumpul. Dinda bertanya kepada anak gadisnya, apakah dia sudah mendapatkan kabar dari Andi?
Sindy menggeleng, “Entah kenapa ayah tidak memanggilku lagi.”
“Aku sudah mencari beberapa hutan yang ada laboratoriumnya, tapi tidak mendapatkan informasi tentang Andi sama sekali,” ujar Sofyan.
“Apa tidak ada orang yang bisa membantu kita paman?” tanya Sammy.
Sofyan menggeleng. Percakapan mereka terhenti ketika bel rumah berbunyi.
“Ayah, siapa itu? Bukankah kita baru saja pindah?”
“Sebentar, Ayah cek dulu.”
Sofyan melihat kamera CCTV dari komputernya.
“Hah, tikus kecil. Kenapa mereka bisa sampai ke sini?”
“Siapa?”
Sindy mendekat dan melihat sendiri siapa mereka. “Ha?! Arya, Bayu!”
Sammy menatap tajam. “Aku akan memberi mereka pelajaran.”
“Tunggu, Kak!”
Sammy membuka pintu dan menarik keduanya, lalu mengangkat tubuh keduanya seraya mencekik mereka bersamaan.
“Berani-beraninya kalian datang ke sini!” bentak Sammy seraya berubah menjadi vampir.
Bayu dan Arya memberontak, meminta dilepaskan. Akan tetapi, cengkeraman itu justru makin kuat.
“Kakak!” Sindy membentak dan menarik tangan Sammy. Gadis itu melemparkan tubuh sang kakak ke sofa. Dia juga ikut berubah menjadi vampir.
Arya dan Bayu lega karena sudah terbebas dari cekikan.
“Berani kamu, ya!” sentak Sammy yang kembali bangkit, kemudian siap menerkam sang adik.
Namun, dengan cepat Dinda menghentikan aksi kedua anaknya itu. Dia sudah berada di tengah-tengah mereka kemudian menjewer telinga mereka berdua.
“Sindy, Sammy, berhenti! Apa-apaan ini?!”
“Aduh, sakit ... lepasin, Bu!” Sindy merintih begitu pun dengan sang kakak.
Perlakuan Dinda berhasil membuat kedua anaknya berubah wujud seperti manusia kembali. Wanita itu mempersilakan Arya dan Bayu untuk duduk. Dia juga meminta maaf atas perlakuan anak-anaknya tadi.
Bayu dan Arya terkejut. “Anak?!”
“Iya, mereka anak-anak tante.”
“Jadi, kamu sudah menemukan ibumu, Han? Dan Profesor Sammy adalah kakakmu?” tanya Bayu memastikan, setelah mendengar penuturan Dinda.
“Hah! Tidak bisa dipercaya ....”
“Ngomong-ngomong, kalian ini siapa?” Dinda bertanya.
Sindy pun menjelaskan bahwa keduanya adalah teman kuliahnya. Lagi-lagi, Arya dan Bayu terkejut karena Hani memanggil dirinya dengan nama Sindy. Gadis itu pun menceritakan semuanya dan Arya mengajak Bayu untuk memanggil gadis itu dengan sebutan Sindy. Tidak lagi Hani.
“Ada perlu apa kalian ke sini?” tanya Sammy sinis.
Arya dan Bayu saling memandang, kemudian berlutut pada Dinda. Wanita itu pun bingung. Arya menceritakan semuanya.
“Jadi, kamu anaknya Bondan?” tanya Dinda.
“Beliau ayah tiri saya. Ayah kandung saya bernama Bambang.”
Sofyan dan Dinda saling berpandangan, ada ekspresi terkejut dari wajah mereka.
“Siapa tadi kamu bilang? Bambang? Yang ahli bioteknologi terkenal pada jaman dulu itu?” tanya Sofyan memastikan.
“Iya, apa Paman mengenal papa saya?”
Dinda mempersilahkan keduanya untuk duduk di sofa.
Sofyan pun menceritakan bahwa dahulu, Bambang pernah datang menawarkan kerja sama kepada dirinya, Dinda dan Andi. Namun, Andi masih memikirkannya dan meminta waktu. Entah kenapa, beberapa hari kemudian Bondan yang dulunya menjabat sebagai wakil direktur datang memburu Dinda dan suaminya. Mereka berhasil menangkap Andi. Sampai kini Andi belum bisa ditemukan.
Arya berpikir sejenak. “Sepertinya, ayah tiri saya sedang membuat penelitian di laboratoriumnya. Saya pernah melihat dia memasukkan orang ke dalam tabung es.
“Tunggu, jadi kamu tahu di mana laboratorium milik Bondan?”
“Dulu, waktu saya masih kecil, Beliau sering membawa saya ke sana.”
“Oh, syukurlah. Kita bisa menyelamatkan ayah.”
“Tapi apa kamu sungguh-sungguh ingin membantu kami?” tanya Sammy. Pria itu masih ragu.
Arya pun mengangguk.
“Terima kasih ya, Nak. Lalu sekarang, di mana Bambang?” tanya Dinda.
“Ayah saya sudah meninggal, mereka semua mengatakan bahwa dia mati digigit vampir, sebab itu ayah tiri saya terobsesi dengan memburu vampir.”
“Tante berani bersumpah, suami tante tidak akan pernah membunuh siapa pun.”
“Iya, Dinda benar. Andi tidak mungkin seperti itu. Aku mengenalnya sudah sangat lama.” Sofyan ikut menimpali.
“Iya, saya tahu itu. Dari dulu, saya tidak pernah mempercayai kata-kata ayah tiri saya.”
Tiba-tiba, Sarah datang dengan membawa air. “Minumlah, kalian pasti haus.”
“Loh, Profesor Sarah juga di sini?”
“Kak Sarah anaknya paman,” jelas Sindy.
Bayu hanya ber-oh-ria saja.
“Apa kamu yakin, anak buah Bondan tidak mengikutimu ke sini?” tanya Dinda.
“Yakin Tante. Saya sudah menyuruh teman untuk menyamar menjadi saya.”
“Bu, bolehkah aku membawa mereka ke taman belakang?” tanya Sindy.
Dinda memberi izin, kemudian Sindy dan kedua temannya segera pergi ke taman belakang.
Sammy kesal dengan keputusan ibunya. “Kenapa Ibu biarkan Sindy pergi?! Aku masih belum selesai ngomong sama mereka.”
“Kamu ya, Sam! Daripada ganggu adik kamu, sini! Bantu aku bersih-bersih.” Sarah menarik kuping Sammy, membuat pria itu mengeluh kesakitan.
Dinda dan Sofyan hanya tertawa melihat kelakuan anak-anaknya.
Bayu langsung memeluk Sindy begitu mereka sampai di taman belakang. Dia mengungkapkan rasa rindunya.
“Jangan sok dramatis, deh,” sindir Arya sambil memisahkan mereka.
Bukannya melepas, Sindy malah sengaja menarik Arya agar ikut berpelukan. “Aku kangen banget sama kalian.”
Bayu melepas pelukan sambil berkata, “Kok, kamu gemukkan, Sin? Pasti karena kebanyakan makan daging, ya?”
“Mana ada? Aku itu vampir vegetarian, mana mungkin berat badanku naik drastis.”
Bayu menatap sinis. “Istilah dari mana, tuh? Ngaco kamu, ya?”
Sindy tertawa, kemudian memperhatikan Arya. Pria itu terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Dia pun menanyakan hal itu.
“Gimana mau berselera makan, kalau tiap hari dia mikirin kamu mulu,” celetuk Bayu membuat pria yang disebut itu tersipu.
Mendengar hal itu, Sindy tersenyum bahagia. Ia pun mengalihkan pembicaraan dengan bertanya tentang kondisi Hana beserta orang tuanya.
Bayu memberitahukan bahwa mereka sangat merasa kehilangan. Tak lupa, dia juga meminta Sindy untuk berkunjung ke sana jika sempat.
“Dengar-dengar, ada yang lagi PDKT sama Hana, ya?” ejek Arya untuk balas dendam. Dia juga ingin membuat lawannya malu di depan Sindy.
“Hah?! Bayu? Kamu yakin, Yu?” tanya Sindy sambil menunjukkan senyum yang menggoda.
“Ah, dasar! Tukang gosip kamu, Ya!”
Bayu menyaksikan keduanya tertawa. Kemudian dia mengingat sesuatu dan menanyakan, mengapa saat itu banyak yang ingin menangkap Sindy?
Gadis yang bersangkutan pun menjelaskan bahwa mereka menginginkan darahnya untuk membuat hidup kekal dan awet muda. Bukan hanya itu, segala penyakit pun bisa disembuhkan. Bayu hanya mengerutkan dahi mendengarkan penjelasan tersebut. Antara percaya dan tidak.
“Entah itu benar atau tidak, kamu harus tetap berhati-hati. Aku akan berusaha membantu kalian,” tutur Arya.
Sindy sangat bersyukur karena Arya mau membantu keluarganya. Pria itu bahkan berencana untuk menggambarkan denah lokasi laboratorium ayahnya agar Andi bisa diselamatkan.
Sebelum larut malam, Bayu dan Arya berpamitan. Tak lupa mereka meminta nomor ponsel Sindy yang baru.
Dengan berat hati, Arya harus pergi. Padahal dia tidak ingin berpisah dengan gadis itu, ada banyak hal yang ingin ia katakan. Namun, dikarenakan waktu yang tidak memungkinkan, dia pun mengurungkan niatnya.
***
Keesokan harinya, Arya sudah menyelesaikan peta yang dibuatnya sejak pulang dari rumah Profesor. Dia bahkan sudah mengatur sebuah rencana bersama mereka.
Arya tahu bahwa ayahnya bukan orang biasa, maka dia harus berpura-pura membenci vampir untuk mendapatkan hatinya dan menjalankan rencana.
Saat sarapan, Arya bertanya kepada ayahnya. Apakah ia bisa membantu untuk menemukan vampir itu?
Bondan curiga karena permintaan Arya sangat mendadak. Namun, dengan hati-hati Arya menjelaskan bahwa dia menyesal karena tidak mempercayainya sejak dulu, dia baru bisa percaya setelah melihatnya secara langsung. Alasannya ingin menangkap vampir adalah untuk bertanya kenapa mereka membunuh ayahnya?
Bondan tersenyum senang mendengar itu. Dia menyetujui permintaan Arya, termasuk ketika anak itu berkata bahwa dia ingin ikut pergi ke laboratorium untuk membantu.
Bersambung.