NovelToon NovelToon
Putri Yang Kembali, Kaisar Yang Menanti

Putri Yang Kembali, Kaisar Yang Menanti

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Dikhianati oleh suami dan adiknya sendiri, Putri Wei Lian menyaksikan keluarganya dihukum mati demi ambisi kekuasaan. Di saat nyawanya direnggut, ia berdoa pada langit—dan mukjizat terjadi. Ia terbangun sebulan sebelum perjodohan maut itu terjadi. Dengan tekad membara, Wei Lian berjuang membatalkan takdir lamanya dan menghancurkan mereka yang menghancurkannya. Tanpa ia tahu, seorang pria misterius yang menyamar sebagai rakyat biasa tengah mengawasinya—seorang kaisar yang hanya menginginkan satu hati. Saat dendam dan cinta bersilangan, akankah takdir berubah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Udara pagi menyusup pelan lewat kisi-kisi jendela, membawa aroma embun dan kayu manis dari dapur belakang. Wei Lian berdiri di balkon paviliunnya, mengenakan jubah sederhana berwarna ungu muda, rambutnya disanggul setengah, dibiarkan jatuh bebas. Pandangannya mengarah ke taman keluarga, di mana suara denting pedang dan teriakan latihan terdengar dari arah lapangan utama.

"Apa itu tuan besar yang masih berlatih pagi-pagi begini?" Ah Rui mendekat sambil membawa baki berisi bubur hangat dan teh mawar.

 Gadis itu mencondongkan tubuhnya sedikit untuk melihat ke bawah, lalu tertawa kecil.

Wei Lian tersenyum samar. "Itu pasti Ayah. Dia selalu bangun sebelum matahari terbit dan melatih pasukan penjaga kediaman. Bahkan saat tidak sedang bertugas, dia tetap tidak bisa diam."

Yan’er masuk dari pintu belakang, mengenakan pakaian pengawal berwarna gelap, rambutnya diikat rapi. "Tuan Besar sedang bertarung tanding dengan salah satu jenderal muda. Katanya agar tidak lembek seperti pangeran istana."

Wei Lian terkekeh. Itu memang gaya ayahnya.

 

Beberapa saat kemudian, di ruang tengah utama kediaman keluarga Wei, suasana ramai tapi hangat. Jenderal Wei duduk di kursi utama, kulitnya yang menggelap karena matahari membuat tubuh tegapnya semakin berwibawa. Ibu Wei, seorang wanita anggun dengan tatapan tegas tapi hangat, duduk di sampingnya.

"Kau terlambat bangun, Lian’er," kata Jenderal Wei sambil meletakkan cangkir tehnya. "Padahal dulu kau selalu ikut melihatku berlatih. Apa setelah besar, kau jadi malas?"

Wei Lian duduk sopan di hadapan mereka, menunduk sedikit. "Anak perempuan juga harus menjaga kulit agar tidak hitam, Ayah. Lagipula, sekarang aku harus lebih banyak mempelajari urusan dalam, bukan hanya perang."

"Urusan dalam bisa ditangani dayang. Tapi kehormatan keluarga dijaga lewat keteguhan hati," sahut sang ibu pelan.

"Ibu benar, Lian’er," kata Jenderal Wei lebih lembut kali ini. "Aku tahu kau tidak suka perjodohan ini. Tapi jika memang harus terjadi, setidaknya pastikan kau tidak jadi pion siapa pun."

Wei Lian mengangkat tatapannya. Pandangan ayahnya dalam, seakan tahu ada yang sedang disembunyikannya. Dan memang begitu. Tapi ini bukan waktu untuk mengungkap semuanya.

"Aku akan mengingat nasihat Ayah." jawab Wei Lian dengan sungguh-sungguh

 

Di halaman belakang, Ah Rui dan Yan’er tampak tengah bersitegang kecil.

"Aku bilang kau harus menaruh bantal bunga lavender di sisi kiri ranjang! Supaya aroma tidurnya tidak terganggu!" ujar Ah Rui

"Tapi semalam putri bersin saat aku pakai lavender! Jangan-jangan dia alergi!" jawab Yan'er

"Kau terlalu kaku, Yan’er. Kalau semuanya terlalu rapi, malah seperti ruang siksaan istana!" ujar Ah Rui

Wei Lian lewat dan menyela dengan tawa. "Kalian berdua ini lebih gaduh dari pasar saat Imlek. Aku tidak alergi, hanya sedang flu ringan."

Ah Rui memonyongkan bibir. "Tuh kan!"

Yan’er mengangguk serius. "Besok ganti ke kelopak bunga teh saja."

"Atau cuka apel, sekalian," bisik Ah Rui, lalu kabur sambil tertawa kecil.

Wei Lian membiarkan dirinya tertawa lepas. Sudah lama ia tidak merasa ringan seperti ini. Dunia sedang menuju kehancuran yang pernah ia alami, tapi pagi ini... ia punya keluarganya, rumahnya, dan momen kecil yang menghidupkan hatinya.

 

Namun, di kejauhan, sepasang mata tengah mengamati dari balik jendela rumah teh di luar gerbang kediaman Wei. Mo Yichen mengenakan jubah biasa pedagang , duduk santai bersama Zhao Jin yang sibuk mencicipi kue beras.

"Apa kau lihat tadi? Dia tertawa," kata Mo Yichen pelan.

"Tertawa itu sehat, menurut tabib. Mungkin dia menyukai kelucuan pelayannya." jawab Zhao Jin

"Bukan itu. Aku tak pernah lihat seseorang yang pernah... menyimpan luka, bisa tertawa seperti itu." Jawab Mo Yichen

Zhao Jin menaikkan alis. "Yang mulia bicara seolah sudah mengenalnya seumur hidup."

Mo Yichen hanya tersenyum tipis. "Terkadang, satu senyum bisa bicara lebih dari seribu laporan mata-mata."

 

Menjelang malam, Wei Lian duduk di meja belajarnya, menggambar ulang peta strategi ayahnya. Tiba-tiba, Ah Rui masuk membawa baki kecil.

"Nona, ada kiriman dari rumah teh Yu Hua. Tapi aneh, tidak ada nama pengirim."

Wei Lian membuka kotak kayu kecil itu. Di dalamnya, sehelai kain bermotif sulaman phoenix perak dengan kelopak bunga plum di sudutnya.

Dan secarik kertas pendek:

Kau seperti burung phoenix yang belum menyadari bahwa ia lahir dari abu. Aku ingin melihatmu terbang bebas.

Wei Lian menatap kain itu lama. Siapa pun pengirimnya, dia tahu... ini bukan sembarang kain. Motif phoenix dan bunga plum adalah simbol khas keluarga kaisar. Tapi hanya satu orang yang tahu bahwa ia suka bunga plum, dan bahwa dirinya sedang membangun kembali kekuatannya dari kehancuran.

Mo Yichen.

Perlahan, senyuman tipis terukir di wajah Wei Lian. Dan untuk pertama kalinya sejak kelahirannya kembali... jantungnya berdebar bukan karena takut.

Karena harapan.

 

Sore hari di ibu kota mulai berubah jingga, langit bergurat lembut seperti lukisan tinta air yang dilukis perlahan. Di dalam kediaman Wei, suasana terlihat tenang dari luar, tapi hati Wei Lian sedang penuh perhitungan.

Ia duduk di ruang belajar pribadinya. Di depannya, lembaran laporan lama yang ia salin sendiri dari dokumen ayahnya. Tapi perhatiannya tidak sepenuhnya pada kata-kata itu. Pandangannya sesekali beralih ke sudut meja tempat sulaman phoenix pemberian Mo Yichen berada.

“Kenapa dia mengirim itu?” gumamnya pelan.

Ah Rui masuk membawa teh, ekspresinya penasaran. “Nona masih memandangi kain itu?”

Wei Lian tersadar dan buru-buru menyembunyikannya ke dalam laci. “Hanya sulaman biasa.”

“Kalau begitu, saya buang saja?” tanya Ah Rui

“Letakkan kembali di tempatmu menemukan.” jawab Wei Lian cepat

Ah Rui menggoda dengan senyum menggoda. “Kalau saya tak tahu siapa pengirimnya, saya kira Nona sedang jatuh hati.”

Wei Lian mendengus. “Jatuh hati bisa membunuh lebih cepat daripada panah musuh. Jangan lupa, kita bukan hidup dalam puisi.”

“Baik, baik…” Ah Rui berbalik dengan tertawa kecil, tapi sebelum keluar, dia berkata, “Tapi hati Nona juga bukan batu, kan?”

Wei Lian tak menjawab.

 

Sementara itu, di tempat lain di kota, Mo Yichen kembali ke penginapan kecil bersama Zhao Jin.

“Apakah anda ingin aku mencari tahu siapa saja yang pernah mendapat pelatihan strategi dari Jenderal Wei?” tanya Zhao Jin sambil memeriksa peta yang mereka curi dari kantor arsip kota.

Mo Yichen duduk di lantai, menyusun potongan informasi. “Tidak. Fokus saja pada jalur pasokan militer yang terhubung dengan utara. Ada kebocoran informasi dan aku curiga bukan hanya soal perbatasan, tapi sesuatu yang lebih besar.”

Zhao Jin mengangkat alis. “Anda bicara seolah-olah seseorang sedang menarik benang dari balik bayangan.”

Mo Yichen tersenyum tipis. “Karena memang begitu. Dan aku yakin… Nona Wei Lian juga tahu sesuatu.”

“Tunggu, anda curiga padanya?” tanya Zhao Jin

“Tidak. Tapi dia menyembunyikan banyak hal.” jawab Mo Yichen

Zhao Jin menatapnya lama. “Kalau dia penyamar, anda akan tangkap?”

Mo Yichen berdiri dan mengambil jubah. “Kalau dia penyamar, dia sangat pandai. Tapi aku rasa, dia bukan menyamar… dia sedang melindungi sesuatu, atau seseorang.”

 bersambung

1
Cindy
lanjut kak
Osie
wuuuaaaww
Cindy
lanjut kak
sahabat pena
putri seorang jenderal hebat memang cocok nya sama kaisar muda, kutub, setia dan bucin bukan sama putra mahkota 🤣🤣🤣
Cindy
lanjut kak
Osie
gagal fokus sama pet8 kedua..minyak menyala...kagak kebayang senjata pamungkas buatan ah rui
Cindy
lanjut kak
Kusii Yaati
kalau adiknya model Wei ruo walau ada kehidupan kedua pun ogah aq terikat persaudaraan dengannya, apalagi matinya karena ambisi yang belum terwujud, pasti tuh di kehidupan kedua pun ambisi gilanya masih ke bawa😒
Tiara Bella
akhirnya metong jg tuh si Wei Ruo....tinggal ngadepin putra mahkota aja
Nitnot
mantaaafs
Cindy
lanjut kak
Ayudya
Ren you ga akan perna sadar apa ya kalau dia tu udah salah
Osie
dan kalau bersama author..akupun siap menunggu double up lanjutan/Grin//Grin//Grin//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose/
Osie
akhirnya menuju hidup baru
Osie
kereeennn..gak sabar nunggu kiamat buatan wei lian di istana
Wulan Sari
semangat 💪 ayo Thor lanjut trimakasih, semoga Wei Ruo bisa di temukan dan sadar kalau dia berbuat jahat ....
Tiara Bella
Wei Ruo kemana gerangan dah lenyap aja ...
Yunita Widiastuti
khidupan rmh halaman baru
Cindy
lanjut kak
Tiara Bella
Wei Ruo ini ya bener² mw aja dihasut biar keluarganya hancur.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!