NovelToon NovelToon
DENDAM GUNDIK

DENDAM GUNDIK

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Kumpulan Cerita Horror / Dendam Kesumat / Balas dendam pengganti
Popularitas:57.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dae_Hwa

“ARRRGGGHHH! PANAAS! SAAKIIITT!”

Sekar Arum tak pernah membayangkan, setelah dipaksa menjadi gundik demi melunasi hutang orang tuanya, ia justru mengalami siksaan mengerikan dari para perempuan yang iri dan haus kuasa.

Namun, di saat dirinya berada di ambang hidup dan mati, sosok gaib mendekatinya—seorang sinden dari masa lalu yang menyimpan dendam serupa.

Arum akhirnya kembali dan menggemparkan semua orang-orang yang pernah menyakitinya. Ia kembali dengan membawa semua dendam untuk dibalas hingga tuntas.

Namun, mampukah Sekar Arum menumbangkan musuhnya yang memiliki kuasa?

Atau justru ia akan kembali terjerat dalam luka dan nestapa yang lebih dalam dari sebelumnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DG 16

Langit tampak mendung siang itu, menciptakan sunyi yang mencekam di bawah rimbunan hutan belantara. Awan menggantung rendah, seolah hendak menelan bumi. Namun, di antara pohon-pohon tua yang menjulang tinggi, Atun berlari tergesa-gesa.

Keringat dingin membasahi pelipisnya. Kakinya yang hanya beralas sandal tipis berkali-kali terperosok dalam tanah becek. Pagi tadi, dia diusir oleh Juragan Karta. Tanpa diberi kesempatan membela diri. Tanpa sempat membawa apa pun selain tubuhnya yang gemetar.

“Dasar, Lont* pembawa sial! Gara-gara dia— aku jadi diusir Juragan!” umpat Atun dengan napas tersengal. “Ku sumpahin, semoga kau mampus direbus Nyai!”

Atun menggertakkan gigi, menghapus air mata yang tak tau keluar karena marah, malu, atau takut.

KWAKKK! KWAKKK! KWAKKK!

Suara gagak hitam yang bertengger di pepohonan rimbun, memecahkan keheningan belantara.

Sontak langkah Atun berhenti. Nafasnya tercekat. Dadanya naik-turun dengan cepat, matanya menyapu liar ke sekeliling hutan. Bulu-bulu halusnya langsung berdiri manakala matanya menangkap sorot mata tajam gagak hitam, yang seakan-akan tengah mengintai dirinya.

“Burung Sialan!” umpatnya. “Bikin kaget aja, asuuuu!”

Atun kembali berjalan, kali ini lebih cepat. Namun, langkahnya kembali terhenti saat ia mendengar tawa samar—

HIHIHIHIHIHI.

“SIAPA ITU?!” Pekik Atun.

Suaranya menggema, memantul di pepohonan—hingga puluhan burung yang bertengger di dahan pohon, langsung beterbangan.

Atun mengusap cepat segala bulu-bulu yang berdiri. Tengkuknya menegang, kakinya gemetar. Suara itu—terdengar familiar. Ia jadi teringat akan sosok Arum yang mencelupkan tangan ke air mendidih.

“Jelas itu suara Larasmi. Tapi ... mustahil, ‘kan?”

“Tak ada yang mustahil, wahai wanita iblis ....” Suara lirih terdengar menyahut ucapan Atun dengan geram.

Tubuh Atun mulai gemetar, bukan karena dingin, tapi karena takut akan firasat buruk yang menyelinap dari ujung kaki sampai ke tengkuk. Perlahan-lahan, ia berbalik badan.

Lalu ... dari balik batang pohon yang lapuk, muncul bayangan tinggi kurus. Sosok yang sangat ia kenal, mengenakan selendang lusuh berbau tanah dan kembang busuk. Wajahnya tak seberapa jelas, tapi matanya merah menyala—seperti bara dendam yang tak pernah padam. Atun jelas masih ingat siapa sosok yang perlahan sedang mendekatinya.

“K-kau?!”

Syuut!

Sebuah peluru beracun melesat cepat dari batang bambu kecil—sumpitan (alat tradisional untuk melontar racun) ke leher berlipat-lipat milik Atun.

Dalam hitungan detik, tubuh yang sedikit tambun itupun ambruk—tak sadarkan diri.

.

.

BYUR!

Air dingin mengguyur tubuh Atun yang terikat di tiang kayu gudang tua. Tubuhnya menggigil, napasnya terputus-putus.

Ia mengedarkan pandangan ketika matanya terbuka, dapat ia lihat beberapa wajah yang ia kenal.

Mbah Darsih—menggenggam ember kosong. Mandor Junaidi, bersandar di sudut ruangan. Lalu—Arum, berdiri di depan tungku yang membara. Namun, separuh wajahnya menyerupai sosok yang tak asing.

“Arum—Larasmi?!”

Atun menggeleng kuat, ia pikir, dirinya tengah berhalusinasi. Bagaimana bisa wajah Arum menjadi dua rupa, begitu pikirnya sambil memejamkan mata.

Tetapi, karena penasaran, ia kembali membuka mata. Menatap sosok Arum yang masih berdiri di tempat yang sama—hanya saja kali ini, wajahnya tak terlihat. Namun, ketika Arum berbalik badan, Atun seketika menjerit.

“S-SETAAAAAAAN!” Ia menjerit histeris melihat wajah Arum yang sepenuhnya sudah berubah menjadi wajah Larasmi.

Wajah sosok Larasmi pucat dan banyak retakan menjalar—seperti topeng porselen yang hendak runtuh. Sudut bibirnya mengeluarkan darah beraroma busuk. Matanya hitam pekat, seperti malam gelap.

Melalui perantara tubuh Arum, Larasmi mengangkat dandang besar yang tengah merebus air mendidih. Perlahan ia mendekati Atun dengan senyum seringai.

“Apa kau sekarang sudah benar-benar mengingat ku, Atun?” Tanya Larasmi dengan suara merintih.

“J-jangan mendekat!” teriak Atun parau. Lalu, ia menoleh ke arah Mbah Darsih. “Mbah, tolong saya, Mbah!”

Tak ada respon apapun dari Mbah Darsih. Namun beberapa detik kemudian, wanita tua itu mendekat, kemudian mengangkat ember setinggi-tingginya ....

TUNG!

Suara kepala Atun yang dipentung ember oleh Mbah Darsih seketika menggema, berlanjut dengan suara jeritan Atun yang menahan sakit.

“HAHAHA!” Larasmi tergelak, sangat membahana dan terdengar menyeramkan.

Sosok itu semakin berjalan cepat dengan dandang berisi air mendidih di tangannya. Lalu—

BYUR!

ARRRGGGHHH!

Suara jeritan Atun mengoyak keheningan siang itu. Asap mengepul dari kulit dadanya yang melepuh, menebar aroma sangit yang membuat perut mual.

Tubuhnya gemetar hebat. Namun, tali pengikat di pergelangan dan kakinya terlalu kuat untuk bisa melarikan diri.

Larasmi menunduk, menatap Atun yang tersedu seperti seekor hewan yang menanti disembelih.

“Kau takut?” Larasmi mengangkat sudut bibirnya. Mencetak seringai menyeramkan. “Dulu, kau sangat menikmati jeritanku. —Kini ... nikmatilah jeritanmu sendiri.”

Senyum seringai mengembang di wajah Larasmi.

Dengan tenang, ia mengangkat tangan ke rambutnya, membuka sanggul yang rapi, lalu menarik keluar tusuk konde perak panjang berujung runcing.

Kilatan cahaya dari konde itu memantul di mata Atun yang membelalak. Ia menggeleng, tubuhnya menggeliat panik—walau tetap tak bisa lepas dari ikatan.

“T-tidak! Arum—Larasmi, siapapun kalian—tolong ampuni aku. Aku mohon ...,” suaranya parau dan bergetar. “Jangan bunuh aku ....”

“HAHAH!” Larasmi tertawa nyaring. “Bukankah, dulu aku juga sama sepertimu? Memohon-mohon seperti ini pada kalian? Tapi, hati yang penuh iri dan dengki membuat kalian seakan tuli. Mematikan nurani dan menyiksa diri ini serta bayi yang tak berdosa. Sekarang—demi anak ku yang kalian renggut paksa nyawanya, terimalah pembalasan ini.”

Dengan satu hentakan, Larasmi mengayunkan tusuk konde itu tepat ke arah leher Atun.

SLASHHH!

Suara kulit terkoyak dan daging yang tertembus logam terdengar jelas. Darah menyembur—mengotori wajah Larasmi yang tak berkedip sedikit pun.

“Satu per satu, kalian harus mati!”

*

*

*

1
Sayur segar
gimana mau muncul. udah di cabik2 buaya lh psti 🤫
Sayur segar
biar tau batasan antara majikan dan bawahan 😂 kasian de lo gk di anggap 😌😂
Sayur segar
dilah, skrg kita bestie
Sayur segar
halah bilang aja lo iri kan yun? harusnya lo kan yg gantiin?
Sayur segar
mana mungkin 😏
Sayur segar
merusak pemandangan.
💜⃞⃟𝓛 paPIPUlang ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
doamu terkabul yuyunn
Madun mampuss sekarang
tapi bukan di sambar gledeg ,
tapi mati di caplok buaya ,
itu kenangan terakhir dari Madun
klo kamu kangen ya di pake buat jimat
😂😂😂
istianah istianah
pasti nyi lastri tu yg kena tamparrrrr🤪🤪
Dae_Hwa💎: Semoga ya, Kak 🤭
total 1 replies
istianah istianah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Dae_Hwa💎: Jadiin gantungan konci 😭
total 1 replies
istianah istianah
jangan" anunya si madun yg di potong larasmi 🤭🤭🤭🤔🤔
Dae_Hwa💎: 😂😂😂😂😂😂
total 1 replies
Wisell Rahayu
ku kash kopi thoor,, smkn seruuu dn jodohkn arum berama jun hehehe...
Dae_Hwa💎: Terimakasih banyak kopi nya, Kakak. Langsung seger mata saya 🙋
total 1 replies
istianah istianah
ampun preeetttt ,kmu sudah memperkosa ,larasmi ,dak ingat kmu madun🔨🔨🔨🔨🔨ku getok juga kapalo madunnn
istianah istianah: 😅😅🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️🤸‍♀️
Dae_Hwa💎: Getok, Kak. Barangkali langsung ingat 😆
total 2 replies
istianah istianah
dasar si mdun otakmu selakngan terus di pikirkan
Dae_Hwa💎: Gatau insaf ya, Kak.
total 1 replies
istianah istianah
di siksa dulu baru du kasih kematiyan yg mengerikan😠 atau itu burung di lepas aja dri sngkarnya 🤣🤣🤣🤣
Dae_Hwa💎: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
istianah istianah
hari na'asmu dun ....???
istianah istianah
habisi sja dun jun ,mumpung ada kesempatan👊👊👊👊
istianah istianah: wah betul sekali kak ,mantapp jawapan mu kak 👍🏻👍🏻👍🏻
Dae_Hwa💎: Kesempatan jarang datang 2 x ya, Kak. 🤭
total 2 replies
istianah istianah
emng baju berserakan ,madunnn😂😂
Dae_Hwa💎: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
my love
bagus ceritanya
Dae_Hwa💎: Terimakasih banyak untuk penilaian sempurna nya kakak 💗
total 1 replies
Diyah Pamungkas Sari
wahh jd kasim si madun 🤣
Dae_Hwa💎: Cosplay kasim😆
total 1 replies
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
Walid versi jadul nih ya /Facepalm/
Dae_Hwa💎: betol 😆
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!