Riska memerintahkan orang untuk menghilangkan Laila seorang chef yang dari Jakarta karena dicintai oleh Arya Semana pimpinan perusahaan. Selain itu orang tua Arya Tuan Sultan Semana menolak Laila karena memiliki ibu dengan riwayat sakit jiwa .. Namun muncul Lina kembaran Laila yang menyelamatkan Laila dari Riska
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berterus Terang Punya Kembaran
"Kalau saja aku bisa bertemu orang itu ..." ujar Laila lirih.
"Untuk apa?"
Laila masih diam.
"Nggak usah membuatmu sedih tentang ucapannya semalam.Aku sudah mengatakan sangat keberatan dengan ucapan kotornya itu, makanya lelaki itu sudah diberi peringatan via temannya yang masih kerabat yang lunya restaurant tidak boleh berkunjung ke restaurant ini lagi apa pun keperluannya.
"Aku memang marah dengan perkataannya itu, tapi aju juga ingin bertemu dia," ujar Laila yang tidak dimengerti oleh Arya Semana.
"Sudah dia sudah dapat sangsi dari pihak restaurant, buat apa bertemu dengan lelaki yang telah menghinamu, aku saja ingin menghajarnya jika dia berani muncul di hadapanmu lagi." sungut Arya Semana emosi mengingat lelaki semalam sudah seenaknya memfitnah Laila.
"Aku ingin bertemu karena ingin tanya sesuatu,"
Arya Semana terkejut menatap lekat Laila.
"Semalam dia menyebutku Lina,"
Arya Semana masih belum mengerti.
"Lina itu nama kembaranku yang hilang sejak umur satu tahun yang membuat ibuku jadi dipresi dan membuatnya keluar masuk rumah sakit jiwa."
Arya Semana terkejut.
"Nama Lina banyak, tapi Lina yang mirip denganku hanya Lina kembaranku, dan aku yakin pasti yang dipanggil Lina semalam adalah adik kembarku."
"Jadi ..."
"Dengan keadaan lelaki itu yang murka pada Lina aku tahu keadaan adik kembaranku tidak baik-baik saja. Tapi setidaknya Lina masih hidup,"
"Jadi Lina itu kembaranmu?"
Laila mengangguk.
"Baiklah aku akan coba mencari lelaki semalam," angguk Arya Semana.
"Benarkah?" Ada senyum bahagia di bibir Laila.
"Sepanjang apa yang berhubungan denganmu aku akan melakukannya,"
"Terima kasih ya Pak eh ... Mas Arya," jangan kegeeran kamu Laila dia perduli padamu karena kamu tuh anak buah papanya.
"Kamu kan dulu udah nolongin aku waktu mabuk," tersenyum Arya Semana membenarkan suara yang tadi mengingatkan Laila supaya jangan keburu senang dulu dengan perhatian lelaki anak pemilik perusahaan.
Masih jauh levelmu untuk bisa diperhatikan dia Laila.
Laila menatap Arya Semana, "Terima kasih," ujarnya, bagaimana pun dia sangat perduli padaku.
"Sama-sama kita kan satu group,"
Tuh kan Laila jangan kebutu banyak berharap, deh. Aku tak boleh banyak berharap, aku tak boleh keluar dari jalur.
Ah kenapa, ya, semakin lama gadis ini semakin menarik hatiku, batin.Arya.Semana.
"Kita barus balik " dan Laila langsung berdiri begitu melihat anggukan kepala Arya Semana.
Riska yang diantar pulang oleh Joni merasa tak puas karena bukan dengan Arya Semana. Padahal dia tahu persis jika lelaki itu sedang kosong, artinya tak ada rapat tak ada ketemu klien, tapi Arya Semana sedang ada keperluan lain.
Sebenar untuk membeli sebuah mobil seharga di atas satu miliar Riska kapan saja bisa beli. Sebelum pulang ke Indonesia papanya sudah memberikan bekal di kartu ATM nya, denhan catatan uang itu bisa dipergunakan selama di Indonesia sambil menunggu pekerjaan. Tapi sengaja Riska tak mau beli mobil dengan maksud supaya bisa pulang pergi kantor bersama Arya Semana.
"Entah ya, Ris, soalnya kita semua sebagai teman sekaligus bawahannya di kantor nggak pernah ikut campur masalah pribadinya," itu jawaban Joni tadi saat dirinya mencoba untuk mengorek keterangan tentang kemana si Arya Seman.
Dengan begitu ya sudah tak bisa lagi mencari tahu kemana perginya lelaki itu.
"Apa sudah gebetan baru?" Riska yang diam-diam suka pada Arya Semana berhasil mendapat bocoran dari orang tua lelaki itu yang mengeluh jika hubungan Arya dengan kekasihnya yang bernama Indriana kandas. Padahal mereka sudah sangat ingin menimang cucu.
"Dari siapa lagi yang Om dan Tante harapkan kalau bukan pada Arya," ujar papanya Arya Semana tempo hari saat mereka minum teh bersama di sore hari yang indah di teras.
Saat mendengar deru mobil segera Riska keluar dari kamarnya, dia tahu itu pasti Arya Semana yang datang.
"Hai, Ris belum tidur," seru Arya Semana saat Riska membukakan pintu.
"Belum, lagipula belum terlalu malam, belum juga jam sepuluh,"
Arya Semana melewati Riska, "Oh ya gimana nggak masalah kan tadi pulang sana Joni.
"Nggak apa fine ajah," padahal dalam hati sangat tidak ingin dengan yang lain, maunya dengan kamu, Arya.
"Oke aku ke kamar dulu, ya, kamu juga istirahat besok kan ada tinjauan ke lokasi " besok memang Riska harus ke lokasi pembangunan tiga puluh rumah eksklusif yang sudah yang sudah rampung.
"Ya,"
"Pak Sandy arsitek bangunan rumah itu menunggumu di sana," sebagai desain interior memang Riska harus bertemu dengan arsitek yang merancang bangunan yang bertaraf premium untuk kalangan the have di Jakarta.
Riska menatap Arya Semana yang begitu saja bergegas ke kamarnya di lantai atas.
Arya sepertinya tak ada perhatian padaku, keluh hati Riska.
Jangan sedih, setidaknya aku memiliki kesempatan lebih banyak bertemu dengan Arya, maka akan lebih banyak berinteraksi karena aku satu rumah dengannya.
Laila sangat gelisah memikirkan dimana gerangan adik kembarnya. Bagaimana kalau adiknya itu dalam bahaya.
Laila mendengar isak tangis dari kamar ibunya. Tapi dia tak yakin ibunya menangis. Penasaran dia turun dari tempat tidurnya dan berjinjit ke kamar ibunya.
Ada isak tangis di dalam."Ibu menangis?" tapi Laila masih tak mau mengejutkan ibunya, dibiarkan ibunya terisak. Sebenarnya bisa saja masuk ke kamar ibunya dan bertanya kenapa perempuan yang melahirkannya itu menangis. Tapi ada kalanya seseorang memang perlu meluapkan emosi dengan menangis.
Laila kembali ke kamarnya, tapi tetap siaga kalau-kalau tangis ibunya makin menjadi. Setelah beberapa saat menunggu isak tangis itu tak lagi terdengar.
"Mungkin sudah tidur," batin Laila.
Ternyata isak tangis ibunya Laila dikarenakan tiba-tiba dia teringat pada Lina.
"La semalam Ibu seperti melihat Lina menangis,"
Laila terkejut, berarti kesulitan adik kembarnya terasa oleh ibunya.
"Ibu merasa tak enak hati, ibu khawatir adikmu itu dalam masalah, ya Tuhan dimana gerangan anak hamba yang satu lagi, Lina kamu dimana, Nak ...?" kembali ibunya Laila terisak.
"Ibu tenang, ya, La juga sedang minta tolong orang untuk mencari Lina, Ibu tenang, ya jangan terus bersedih supaya Ibu nggak sakit lagi," bujuk Laila khawatir ibunya terbawa emosi hingga menyebabkan jiwanya tak tenang. Jika sudah begitu maka harus diperhatikan supaya jangan sampai berlarut-larut ada tekanan dalam batin ibunya.
"Ibu Anda tidak boleh batinnya dibiarkan tertekan, karena jika berlarut-larut demikian akan membuat jiwanya terasa sakit dan saya khawatir nanti justru membuat pikiran Ibu Anda terganggu," itu pembicaraan dengan dokter Hasan Sp. Kj yang menangani pasien terganggu jiwanya dimana ibunya sudah tuga kali keluar masuk dirawat di klinik milik dokter yang dua hari lagi mau menikah.
",Ibu jangan sampai merasa tertekan, Lina juga nggak suka kalau Ibu sakit melulu," bujuk Laila, "Percayalah La akan menemukan Lina ..." janji Laula pada ibunya.
"Benar ya, Nak?" Sinar mata ibunya Laila berpendar penuh harap. Dan Laila paham jika ibunya kecewa maka siap-siap masuk kw ruang rawat milik dokter ahli jiwa itu lagi.
Laila mengangguk