Hidup dengan berbagai peristiwa pahit sudah menjadi teman hidup bagi seorang wanita muda berusia 22 tahun ini, Ya ini lah aku Kimi Kimura..
Dari sekian banyak kilasan hidup, hanya satu hal yg aku sadari sedari aku baru menginjak usia remaja, itu adalah bentuk paras wajah yg sama sekali tidak ada kemiripan dengan dua orang yg selama ini aku ketahui adalah orang tua kandungku, mereka adalah Bapak Jimi dan juga Ibu Sumi.
Pernah aku bertanya, namun ibu menjawab karena aku istimewa, maka dari itu aku di berikan paras yg cantik dan menawan. Perlu di ingat Ibu dan juga Bapak tidaklah jelek, namun hanya saja tidak mirip dengan ku yg lebih condong berparas keturunan jepang.
Bisa di lihat dari nama belakangku, banyak sekali aku mendengar Kimura adalah marga dari keturunan jepang. Namun lagi-lagi kedua orangtua ku selalu berkilah akan hal tersebut.
Sangat berbanding terbalik dengan latar belakang Bapak yg berketurunan jawa, begitu pula dengan Ibuku.
seperti apakah kisah hidupku?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon V3a_Nst, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29 - Senior
***
Memasuki kendaraan. William kembali pada mode awal yg uring-uringan. Darren dan juga Marsel hanya bisa menggelengkan kepala jengah.
Menarik napas panjang, membuang kasar William mengusak asal wajah tampannya.
"Marsel! Kamu sebagai senior dalam hal percintaan. Bisa tidak, berikan aku petuah buat manusia bucin yg satu ini!"
Marsel terkekeh sarkas. Ia menyeringai tipis lalu mendekatkan wajah ke arah William.
William mundur terheran. Melalui sorot mata yg naik turun, William mengancam dengan tatapan tajam.
Marsel dan Darren sontak tertawa kencang. Bodyguard dan supir terpaksa menahan tawa, agar tidak ikut di tatap tajam oleh sang Tuan Muda. Mengambil jalan aman, sang bodyguard memilih menutup pembatas yg tersedia di dalam kendaraan mewah milik keluarga Anderson.
Marsel menepuk-nepuk bahu William seperti sedang memberikan semangat.
"Aku saranin, nikahnya di percepat lebih dari waktu yg di tentuin Daddy kamu."
Sinar terang mendadak menyilaukan seluruh bagian dalam mobil. Semua itu berasal dari senyum William yg merebak indah. Darren berdecih singkat dengan bibir menyungging tipis.
"Thank's Dude! Aku bisa minta dinikahkan besok saja kalau begitu! Karena kalau menunggu kata Daddy, bulan depan! Bisa berbahaya buat kesehatan jiwa aku kan, aku kalau selama itu tida bertemu Kimi, ya mati!"
Pletak!
Bunyi benda di pukul kencang terdengar hingga ke bagian depan kendaraan. Sang bodyguard terkejut dan saling tatap pada supir. Lalu setelahnya kedua pria berbadan kekar itu terkekeh tanpa suara. Keadaan seperti ini memang kerap terjadi pada mereka. Hanya teman-teman Tuan mereka lah yg berani memaki bahkan memukul sang Tuan Muda.
"Kira-kira, kalau ingin mengajukan permintaan!" Ucap Darren meninggi.
"Minimal minggu depan!" Lanjut Marsel geram.
Mengusap kepala yg baru saja di pukul oleh kedua temannya. Wajah William cemberut maksimal. Sungguh, jika semua orang tahu watak pria itu yg suka sekali merajuk. Reputasinya akan hancur detik itu juga.
***
Langit sudah mulai menunjukkan senja. Itu pertanda William tengah bersiap untuk pulang. Di tengah perjalanan menuju rumah. Ia melakukan panggilan pada sang kekasih.
"Halo.." Jawab Kimi menyapa sang kekasih yg sedang serius menyetir.
"Hmm.."
Walau nada sang kekasih masih tak bersahabat. Kimi tetap berusaha mencairkan suasana.
"Baru jalan atau sudah mau sampai rumah?" Lanjutnya bertanya. Wajah yg di buat seimut mungkin, hanya sekedar untuk menarik perhatian sang kekasih.
"Sebentar lagi sampai." Singkat William menjawab. Wajahnya pun hanya sesekali melirik layar. Ia masih fokus menyetir. Di lihat dari wajah tampan sang kekasih. Memanglah William terlihat lelah. Wajahnya kuyu walau masih terlihat tampan. Membuat Kimi menghembus nafas resah.
"Aku merindukan kekasihku.."
Ckitt!!!!
Decit kendaraan mendadak terdengar. Kimi terkejut, langsung menatap ponsel lebih tajam. Sedangkan William tengah membeliak setengah berbinar menatap layar. Ia terkejut mendengar keluh sang calon istri. Hati membuncah bahagia. Karena sepertinya, sebentar lagi sang kekasih akan merengek meminta di temui dengan segera. Membayangkannya saja, sudah membuat ribuan kupu-kupu merebak di perut William. Bodoh amat pada istilah 'di pingit!'. Dasar budak cinta!
"Kenapa Liam?" Nada kacau terlontar dari Kimi. Ia mengkhawatirkan William setelah mendengar decit ban mendadak berhenti.
Bukannya menjawab, William malah terlihat sedang menahan senyum. Dahi Kimi mengkerut heran. Membuka dan menutup mata beberapa kali, ia kembali menatap sang kekasih.
"Ada apa?" Kembali Kimi bertanya heran.
Luntur, seketika luntur sudah wajah berbinar William.
'Kenapa gak ada merengek minta aku kesana?' Pikirnya dalam hati.
"Liam! Kamu kenapa! Kenapa malah diam saja begitu! Kamu kenapa! Kerasukan kamu, hah?!" Pecah sudah kesabaran Kimi. Ia melebarkan mata, menatap geram pada pria tampan yg akan menjadi suaminya sebentar lagi.
"Ck! Kamu tadi katanya merindukan aku. Tapi kenapa tidak ada merengek minta aku kesana sekarang juga." Ucap William jengkel. Ia kembali melajukan kendaraan di jalan raya.
Kimi melongo, memang kekasihnya luar biasa, batin kimi saat ini.
***
Vivian dan juga James sedang berada di salah satu gedung mewah. Besarnya ruangan tersebut mampu menampung ribuan tamu yg akan hadir.
"Ini pilihan terbaik. Nyonya Vivian memang the best soal memilih tempat." Ucap petugas wedding organizer memuji istri konglomerat itu, Vivian tersenyum bangga. Bergelayut manja di lengan kekar sang suami. Ia berbisik pelan...
"Seperti tempat nikah kita dulu 'kan sayang?"
Menganggukkan kepala, James tersenyum lalu mencium kening sang istri.
Perlakuan James membuat para petugas wedding organizer tersenyum salah tingkah. Mereka iri sekaligus senang memandang kemesraan salah satu orang terkaya di kota ini.
"Kita pilih tempat ini ya, pastikan acara berjalan lancar. Saya mau, semua terkoordinasi dengan baik. Pastikan tidak ada kendala sekecil apapun. Ini adalah hari besar anak semata wayang saya, jadi yg saya tahu, adalah kesempurnaan di hari H nanti!" Ucapan James tegas tak dapat di bantah. Awalnya masih bisa menanggapi dengan senyum. Setelah mendengar nada tegas dari seorang James Anderson. Petugas wedding organizer sedikit menciut gugup.
"Mengerti!" Lanjut James berucap tegas, karena tidak ada nya jawaban atas ucapan sebelumnya.
"I-iya Tuan."
Membelai lembut dada bidang sang suami. Vivian memberi peringatan lewat tatap mata. Seolah mata itu berbicara, untuk tidak terlalu kasar pada oranglain. Akan tetapi, bukankah ayah dan anak itu sama saja. Mereka hanya akan lembut pada orang yg mereka cintai.
***
Masih dalam panggilan video. Kimi berusaha membujuk sang kekasih yg tengah di landa keresahan tak berujung.
William menghempas tubuh kekarnya masuk dalam kasur nyaman.
"Kamu tidak mandi, Liam?."
William menggelengkan kepala.
Menarik napas sejenak, Kimi menarik garis lurus di bibir. "Sayang..." Panggil Kimi mulai menggoda.
Tentu saja hal itu berhasil. William seketika menahan senyum malu. Ia tersipu mendengar Kimi yg memang jarang sekali menyebut kata sayang.
"Mandi ya sayang." Lanjut Kimi membujuk. Tak lupa senyum termanis miliknya menghiasi wajah.
"Mandiin...." Jawab William merengek meminta sesuatu yg...
"Cabul!"
William tertawa. Ia duduk kembali, lalu bersandar pada dipan kokoh. Ia pandangi wajah cantik calon istri yg selalu menyejukkan jiwa.
"Cabul juga cuma sama kamu saja." Balas William berseringai gemas.
Kimi membeliak, sepintas bayangan mereka sedang saling bercumbu tayang di pikiran. Tak ingin berlama-lama memikirkan hal tersebut. Ia gelengkan kepala beberapa kali ke kanan dan juga ke kiri.
Semakin tertawalah anak semata wayang Anderson Grup melihat tingkah kekasih. Ia sudah bisa menebak, pasti Kimi tengah memikirkan adegan panas antara mereka beberapa hari yg lalu.
"Enak 'kan Sayang..." Goda William di iringi suara berat pria itu. Mata nya juga meredup, sorot memuja terlukis jelas di tatapan William.
Kimi tercekat. Menelan saliva bagai tengah menelan paku, susah sekali! Wajah merona merah. Ia menahan malu, karena adegan lalu, adalah dia yg memulai semua itu.
"Ekhemm! A-aku akan memasak Liam! Bye!"
Tut!
Panggilan terputus sepihak. William semakin terbahak. Ia puas melihat wajah merona malu wanitanya. Tak sabar juga ia membayangkan, sebentar lagi, hal seperti itu akan selalu ia lihat setiap hari.
Berpikir sejenak, apakah ia akan bosan suatu hari nanti? Ego langsung menjawab cepat, tentu saja tidak! Begitu lah pikirnya.
Kecantikan seorang Kimi, tak akan usang di makan waktu. Ia memandang dengan cinta, bukan dengan nafsu. Walau kalau sudah terjebak dalam kubangan nafsu, ia tidak akan bisa keluar semudah itu. Akan tetapi, setidaknya ia pernah membuktikan setelah pertemuan kedua dan sepakat menjalani hubungan. William tak lebih dari hanya memeluk, mencium dahi dan pipi mulus. Mengingat kondisi Kimi yg langsung mengalami duka mendalam. William hanya terus memikirkan, bagaimana cara membangkitkan gairah hidup wanita itu.
Dikatakan pria normal, tentu saja jawabannya adalah iya. Namun tidak ada yg tahu, bagaimana ketika ia berusaha sekuat tenaga, untuk tidak menerkam tubuh molek Kimi saat mereka sedang berdekatan.
Maka dengan sangat lantang hatinya berkata, "I LOVE YOU MORE BABY! I LOVE YOU SO MUCH! FOREVER! FOREVER!!!"
***
BERSAMBUNG