Lima tahun pernikahan Bella dan Ryan belum juga dikaruniai anak, membuat rumah tangga mereka diambang perceraian. Setelah gagal beberapa kali diam-diam Bella mengikuti proses kehamilan lewat insenminasi, dengan dokter sahabatnya.
Usaha Bella berhasil. Bella positif hamil. Tapi sang dokter meminta janin itu digugurkan. Bella menolak. dia ingin membuktikan pada suami dan mertuanya bahwa dia tidak mandul..
Namun, janin di dalam perut Bella adalah milik seorang Ceo dingin yang memutuskan memiliki anak tanpa pernikahan. Dia mengontrak rahim perempuan untuk melahirkan anaknya. Tapi, karena kelalaian Dokter Sherly, benih itu tertukar.
Bagaimanakah Bella mengahadapi masalah dalam rumah tangganya. Mana yang dipilihnya, bayi dalam kandungannnya atau rumah tangganya. Yuk! beri dukungungan pada penulis, untuk tetap berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Linda Pransiska Manalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab delapan belas. Cari masalah
"Hem .... Rahasia apa yang disembunyikan istriku. Jangan menebar fitnah tentang istri saya." kecam Gavin gusar. Sorot matanya semakin dingin, seolah lewat tatapannya itu dia bisa mencabut nyawa orang.
"Ini bukan fitnah, tapi sebuah fakta. Apa Anda tidak tau kalau istri Anda itu mandul. Itulah sebabnya anakku menceraikannya dan mengusirnya dari rumah kami." ungkap Bu Lilis puas.
Bukannya kaget, Gavin malah tersenyum santai, melipat kedua lengannya di dada. Bu Lilis heran melihat reaksi Gavin. Gavin sudah mengetahui semuanya tentang Bella. Dari hasil penyelidikan anak buahnya.
Sedikit banyak dia telah mengetahui riwayat Bella. Dia dibesarkan di panti asuhan. Menikah sudah lima tahun tapi belum juga dikaruniai anak. Mantan suaminya bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan. Mertua dan iparnya memperlakukannya dengan sangat buruk. Lantas rahasia apalagi yang tidak ia ketahui.
"Titip salam Bu, sama anak ibu. Tolong sampaikan rasa terimakasih ku karena telah menceraikan Bella. Sehingga saya bisa menikah dengannya." Gavin merengkuh bahu Bella mesra.
"Aku tidak mandul Bu, tapi anak ibulah yang bermasalah. Jika ibu tidak percaya, sebaiknya ibu bawa Ryan untuk periksa." timpal Bella seraya bersikap manja. Membalas rengkuhan Gavin dan memandangnya begitu intens.
"Jangan kurang ajar kamu ya Bella. Sudah jelas kamulah yang mandul. Kamu tidak bisa hamil padahal sudah lima tahun jadi menantuku. Sedangkan dengan Karin, baru beberapa bulan mereka bertemu sudah hamil. Masih mungkir kamu!" sergah Bu Lilis tidak mampu menahan amarah. Beliau kaget plus kesal mendengar ucapan Gavin yang tidak terpengaruh sama sekali dengan ucapannya.
"Makanya ibu ajak mereka periksa. Untuk memastikan benih siapa di dalam rahim, Karin itu." ucap Bella tandas, membuat Maya dan Bu Lilis semakin meradang.
"Sudah jelas itu adalah darah daging Ryan. Penerus marga, keturunanku. Kamu sudah sinting ya, mau memutar balik fakta!" Bu Lilis maju selangkah hendak menampar Bella yang menurutnya sangat kurang ajar. Tapi dengan sigap Gavin melindungi Bella. Membuat Bu Lilis semakin murka. Wajahnya memerah menahan amarah. Lancang sekali Bella yang menuduh putranya mandul.
Kalau putranya mandul, lantas anak siapa yang berada dalam kandungan Karin. Tidak mungkin juga Bella seberani ini mengungkapkan hal itu. Sama saja dengan fitnah dan akan panjang urusannya nanti. Dalam hati Bu Lilis gamang juga mendengar ucapan Bella. Namun, untuk percaya semudah itu, tunggu dulu. Bella pasti iri dan dendam pada Ryan dan Karin, sehingga nekad mengarang cerita itu.
"Tidak perlu semarah itu bu. Coba saja ibu buktikan siapa yang benar. Jika Ryan memang tidak mandul, tentu saja aku sudah hamil sejak awal pernikahan. Karena saat ini aku juga sedang hamil." sahut Bella santai.
Bu Lilis dan Maya saling pandang tidak percaya. Sontak keduanya melihat ke perut Bella. Yang dari tadi luput dari perhatian mereka. Perut Bella memang nampak buncit, karena gaun yang dia kenakan ngepas dibadannya. Bahkan Bella juga mengelus perutnya. Sehingga tonjolan perutnya yang semakin membulat, terekspos jelas.
Tapi reaksi Bu Lilis dan Maya sangat berlebihan. Mereka terbahak mendengar perkataan Bella. Terlebih sikap Bella yang berlebihan, memamerkan perutnya yang buncit.
"Segitunya halumu, Bella, untuk hamil. Sampai rela memasang bantalan di perutmu. Hahaha ...." ucap Bu Lilis sarkas menertawakan Bella.
"Cukup! Sudah cukup penghinaan kalian kepada istri saya. Dia memang tengah mengandung anak saya. Perlakuan kalian ini akan saya laporkan pada pihak berwajib." bentak Gavin.
Gavin mengambil ponselnya dan menekan nomor seseorang.
"Halo pak polisi! Mohon bantuannya Pak, ada dua orang wanita ....." Gavin menelepon seorang kenalannya yang menjadi polisi. Bu Lilis dan Maya lansung pucat pias.
"Hei, hei stop, Pak! Enak saja Bapak mengadukan kami ke polisi. Emangnya kami salah apa, hah!"
"Barusan ibu menghina istri saya. Mencaci makinya. Ibu pikir itu bukan tindak pidana. Merusak nama baik orang itu salah satu tindak kejahatan, Bu!" gertak Gavin.
"Oh, apa bedanya dengan istri bapak yang memfitnah anak saya mandul?" serang Bu Lilis tidak mau kalah.
"Anak ibu memang mandul!" tandas ucapan Bella. Membuat Bu Lilis semakin meradang, "aku berani bertaruh. Ibu berani gak, untuk periksa anak ibu sekarang." tantang Bella.
"Ka-kamu! Dasar perempuan iblis" maki Bu Lilis berang. Dan menampar Bella. Kali ini Bu Lilis berhasil karena Gavin lengah. Dan tidak menyangka kalau Bu Lilis akan senekad itu.
"Rasain mampus lo!" maki Maya lagi. Bu Lilis menyeringai puas karena berhasil melampiaskan amarahnya.
Gavin yang tidak menduga tindakan kasar Bu Lilis terkejut. Terlebih Bella. Sehingga dia kehilangan keseimbangan tubuhnya, saking kerasnya tamparan itu.
Sudut bibir Bella berdarah. Dan tubuhnya juga limbung mau jatuh. Untunglah Gavin sigap menggapai tubuh Bella sehingga tidak jatuh terjengkang.
"Tindakan Ibu sungguh keterlaluan!" seru Gavin, menahan amarah, "kamu tidak apa-apa, Bella?" Gavin mengusap sudut bibir Bella yang berdarah.
"Kali aku tidak main-main Bu. Akan saya laporkan ibu ke pihak berwajib." Gavin mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Gentar juga hati Bu Lilis melihat keseriusan Gavin.
"Tunggu, Jangan telepon polisi. Antara kami hanya terjadi kesalah pahaman. Kami tidak bermaksud menghina istri bapak!" seru Bu Lilis ketakutan saat Gavin menyebut nama pak polisi.
"Tidak bermaksud? Lantas apa arti ucapan kalian tadi. Bahkan ibu telah berani menampar istri saya! Semua sudah aku rekam di sini sebagai bukti atas penghinaan kalian pada istriku." Wajah Bu Lilis dan Maya semakin memucat.
Gavin terbahak dalam hati. Lalu tersenyum sinis melihat Bu Lilis dan Maya yang ketakutan. Baru digertak saja mereka sudah ketakutan. Apalagi kalau benar-benar ditangkap polisi. Bisa-bisa langsung pingsan. Padahal gayanya tadi saat membuli Bella, begitu angkuh.
"Bang, sudahlah. Kita pulang saja, aku tidak ada waktu meladeni mereka." bujuk Bella pada Gavin.
"Tidak bisa, mereka sudah sangat keterlaluan. Pastinya mereka sudah terbiasa melakukan itu pada orang lain."
"Baiklah Bang, mereka memang sudah sering menghinaku. Tapi sekarang mereka bukan lagi bagian dari hidupku. Terserah abang lah, mau apain mereka."
"Oke, kita tunggu. Polisi akan segera datang. Biar tau rasa mereka cari masalah denganku."
Gavin meraih beberapa pakaian yang tergantung di etalase. Lalu mereka menuju meja kasir untuk membayar belanjaan mereka. Bu Lilis sampai melongo, melihat banyaknya pakaian yang diborong Gavin untuk Bella.
"Aduh, May. Hampir saja jantung mama copot. Untung saja kita tidak jadi dilaporkan pada polisi. Ayo, pergi dari sini." Bu Lilis menyeret Maya untuk segera berlalu dari butik itu.
"Hei, tunggu! Mau pada kemana? Satpam, cegah mereka meninggalkan tempat ini!" titah Gavin, pada satpam yang berjaga di depan pintu. Satpam itu pun menghadang di pintu.
Bu Lilis dan Maya menjadi sangat ketakutan!
Bella tersenyum melihat Bu Lilis dan Maya yang mencoba keluar meninggalkan butik. ***