Aku Hanya Putri Palsu

Kacau, itulah yang ada di otaknya saat ini. Savier hanya berpura-pura baik, berpura-pura polos. Amelia bahkan membukakan pintu untuknya.

3 tahun bukan waktu yang singkat. Pada awalnya Tristan tidak menganggap pemuda itu sebagai gangguan yang berarti. Hampir setiap hari menyatakan cinta pada Amelia. Sedangkan Amelia hanya acuh meninggalkannya.

Tapi sekarang tidak, entah sejak kapan Amelia menjadi begitu dekat dengannya. Menggunakan jaket biru tua, warna yang senada dengan warna motor sportnya.

Mengejar mobil hitam, milik Amelia yang tengah melaju menuju klinik terdekat. Hanya luka kecil bukan? Hanya luka goresan kaca di tangan, mengapa semua orang begitu heboh.

Tidak! Pria manipulatif seperti Savier, tidak boleh dekat dengan Amelia. Ini bukan karena dirinya cinta pada makhluk mengerikan seperti boneka Annabelle itu. Ini lebih seperti dirinya membenci makhluk yang pandai berpura-pura.

Mobil berhenti di depan area klinik, disusul dengan motor milik Tristan yang terparkir. Mata pemuda itu tertuju pada Amelia yang membantu Savier keluar. Membimbingnya, dengan darah yang cukup banyak mengalir dari tangan Savier.

"Amelia!" Panggilnya.

Tapi Amelia bagikan tidak peduli. Tetap membimbing Savier masuk ke dalam klinik. Sedangkan Tristan hanya melangkah mengikuti mereka.

Hingga, tiba di depan ruangan UGD.

"Amelia, biar dokter menanganiku. Kamu bicara dulu dengannya." Ucap Savier berusaha tersenyum, walaupun sedikit menunduk.

Amelia menghela napas, membiarkan Savier dirawat oleh dokter."Apa?" Tanyanya pada Tristan.

"Kamu tidak seharusnya percaya dengannya. Dia pria yang penuh dengan kepalsuan." Ucap Tristan cepat.

Amelia mengangkat salah satu alisnya."Aku rasa ibu benar, api dengan api hanya akan menghasilkan abu. Tapi api dengan air akan menghasilkan kehidupan. Seperti kamu dengan Tiara. Dia begitu baik, dia dapat menjadi air untukmu. Sedangkan kamu api yang panas membara. Kalian serasi."

"Tiara tidak ada hubungan dengan semua ini. Semuanya menjadi begini karena Savier yang---" Kalimat Tristan disela.

"Yang apa?" Tanya Amelia.

"Dia manipulatif, hanya berpura-pura lemah." Tegas Tristan.

"Pertunangan kita sudah putus. Kamu juga sudah menjalin hubungan dengan putri asli. Kalian seharusnya bersama dari kecil. Kenapa masih mengurusi hidupku yang hanya seorang putri palsu." Amelia menatap tajam mengintimidasi padanya.

"Kamu tidak akan punya rencana kedepannya dengan orang miskin." Pemuda yang penuh rasa percaya diri. Bagaikan seekor harimau putih, begitu dingin menatap wanita ini.

Tapi Amelia tersenyum menyeringai bagaikan seekor ular beracun."Aku akan hidup sebagai orang miskin. Itu adalah hakku, jangan-jangan kamu berharap aku akan menikah dengan pria tua kaya untuk memenuhi kebutuhan hedonku?"

"Tidak seperti itu, tapi Savier memiliki tujuan tertentu. Aku hanya ingin kamu waspada dan menjauhinya." Tegas Tristan.

"Waspada? Siapa yang seperti ular beracun disini. Untuk apa aku cemas pada Savier. Sebaiknya kamu khawatirkan dirimu sendiri. Tiara akan dicintai banyak pria. Semakin banyak pula sainganmu. Mempengaruhi rasa protektifmu, untuk menjadi terobsesi padanya." Kalimat dari Amelia melangkah meninggalkan Tristan, guna memasuki ruangan tempat Savier tengah diobati.

Tristan mengepalkan tangannya. Hatinya seperti ada dalam keadaan mendung, atau mungkin senja yang sedih? Entahlah berjalan cepat penuh rasa kesal, mendekati motornya. Kemudian melajukan motornya ala Valentino Rossi meninggalkan area klinik.

Sedangkan di ruang perawatan, Amelia menghela napas. Setidaknya sudah lewat satu tahap dari vase dalam novel yang ditemukan olehnya.

Seharusnya hari ini Amelia belanja gila-gilaan. Untuk membuat satu sekolah berpihak padanya dan membantunya membully Tiara. Tapi sekarang? Waktu yang dihabiskannya untuk Savier.

Tapi jika dipikirkannya lagi, semua nasehat yang diberikan Amelia pada Tristan benar-benar terjadi. Bagaimana Tiara diincar oleh banyak pria, bagaimana rasa protektif Tristan berubah menjadi terobsesi pada Tiara.

Sungguh jika dirinya menemukan novel itu dan bukan merupakan jalan kehidupannya. Isi dalam novel lumayan seru. Tentang pria pencemburu, tsundere yang hanya mencintai Tiara di sepanjang hidupnya. Bahkan melakukan segala hal untuk menyingkirkan Amelia yang merupakan antagonis bodoh dan manja.

"Benar-benar sayap malaikat yang membimbingku." Gumam Amelia menatap luka Savier tengah dijahit.

"Sayap malaikat?" tanya Savier tidak mengerti.

"Aku adalah ratunya hidup boros. Aku ingin belajar untuk hidup hemat. Jadi sebagai pacar, tugasmu adalah mengajariku." Jawaban berupa kalimat perintah, membuat Savier tersenyum simpul.

"Omong-ngomong kamu suka terang bulan?" Tanya Amelia.

"Lu... lumayan suka." Ucap Savier gugup. Memutar bola matanya, bingung harus bagaimana. Apa lagi yang diinginkan wanita ini? Apa jangan-jangan soal ujian lagi?

Dan benar saja.

"Savier, berapa harga terang bulan satu porsi?" Pertanyaan dari Amelia membuatnya terdiam sejenak. Membayangkan dirinya ada dalam kuis want's to be millionaire. Dengan Amelia sebagai pembawa acaranya.

"Jadi berapa harga terang bulan?" Tanya Amelia.

Savier menelan ludahnya. Terang bulan, sepertinya dirinya tau bentuknya. Benda setengah lingkaran dengan coklat dan keju yang meluap. Jika harga kue lapis legit yang cuma 10 kali 10 centimeter menembus harga 450 ribu hingga 900 ribu. Berarti berapa harga terang bulan yang jauh lebih besar?

Savier menggeleng, tidak! Mungkin terang bulan mirip dengan pancake. Harganya pasti."145 ribu satu porsi." Ucap Savier menelan ludahnya.

"145 ribu?" Tanya Amelia memastikan.

Sedangkan sang perawat tertawa kecil, benar-benar berusaha menahan tawanya."Kalian tidak pernah makan terang bulan ya? Harganya paling 25 ribu, untuk toping coklat keju."

"25 ribu?" Amelia menatap aneh ke arah Savier.

Apa Amelia meragukannya? Karena itu jurus paling ampuh akan digunakan oleh Savier."Se... sebenarnya aku tidak pernah memakan terang bulan. Le...lebih baik uangnya untuk membeli beras. Maaf aku berbohong pada Amelia. Itu karena aku ingin membuat Amelia terkesan..."

Pemuda yang menundukkan kepalanya bagaikan kelinci putih kecil yang rapuh. Benar-benar tidak berdaya akan pesonanya. Termasuk sang perawat yang merasa iba.

"Maaf, aku tidak tau. Setelah ini kita beli terang bulan ya?" Amelia memegang jemari tangannya.

Savier mengangguk."Memang benar, hanya Amelia yang paling baik padaku." Ucapnya memeluk Amelia.

Amelia merupakan sosok yang arogan. Jika dirinya tidak bersama dengan Savier, sudah pasti saat ini akan murka pada Tiara. Menghabiskan uangnya untuk balas dendam. Berakhir dijual oleh rentenir karena memiliki hutang yang besar.

Tapi dibawah perlindungan sayap malaikat ini, dirinya akan dibimbing untuk tidak boros. Hingga uangnya akan cukup untuk kuliah. Pasti! Savier kan anak yang baik dan hemat.

Sementara Savier menggigit bagian bawah bibirnya sendiri. Pertanyaan yang paling penting, berapa harga satu unit rusun. Apa harganya sama dengan apartemen?

Bagaimana jika suatu hari nanti Amelia diusir kemudian jatuh ke dalam pelukannya? Tentu harus ada rusun, benar-benar sial! Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan olehnya. Tapi untuk Amelia apa yang tidak.

"Kamu yakin akan terus tinggal di tempat orang tua angkatmu?" Tanya Savier.

"Sebelum kelulusan mereka akan mengusirku kemudian mencoretku dari kartu keluarga. Saat itu aku akan menyewa kamar si rumahmu."