Amor Tenebris (Cinta yang lahir dari kegelapan)
“Di balik bayangan, ada rasa yang tidak bisa ditolak.”
...
New Book, On Going!
No Plagiat❌
All Rights Reserved August 2025, Eisa Luthfi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eisa Luthfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
...◾▪️Amor Tenebris ▪️◾...
Bab 17 – Mata yang Mengintai dan Jejak yang Terbuka
Dunia malam tampak lebih gelap dari biasanya. Pasir gurun memantulkan sinar bulan, menciptakan bayangan panjang yang menari mengikuti hembusan angin. Namun bagi Lyra, gelap bukan sekadar kegelapan. Malam ini terasa berat, seolah ada mata yang mengawasi setiap geraknya.
Sejak pengaktifan jalur simbol, sesuatu berubah. Energi yang ia lepaskan tidak bisa sepenuhnya disembunyikan. Bahkan di dunia manusia, arus yang samar bisa dirasakan oleh mereka yang peka—dan faksi vampir tertentu memiliki indera yang jauh lebih tajam daripada manusia.
Lyra duduk di tepi tenda, memandangi catatan-catatan simbol yang ia salin berulang kali. Tangan Ardelia menepuk bahunya. “Kau merasakan itu juga, kan?”
Lyra mengangguk perlahan. “Ada… sesuatu yang berbeda. Aku merasa dia memperhatikan kita. Bukan cuma dari jauh, tapi… intens.”
Ardelia menunduk, membisikkan nada hati-hati. “Kau berbicara tentang… sosok bermahkota hitam?”
Lyra menelan ludah. “Ya. Tapi bukan hanya dia. Aku rasa… ada yang lain. Faksi lain. Mereka tahu aku menyentuh inti simbol. Mereka sedang mengintai.”
Angin malam membawa suara langkah samar. Lyra dan Ardelia menoleh, tapi hanya melihat bayangan tenda yang bergoyang. Bayangan Theron muncul, menembus gelap dengan tatapan tajam. “Kau benar, Lyra. Energi yang kau lepaskan tidak bisa tersembunyi. Faksi yang menganggap manusia lemah… mereka mulai melihatmu. Dan mereka tidak akan berhenti hanya dengan mengamati.”
Lyra menegakkan tubuh. “Apa yang harus aku lakukan?”
Theron mendekat, wajahnya tembus pandang tapi sorot matanya tajam. “Pertama, jangan panik. Kedua, pelajari gerakan mereka. Dan ketiga… percayalah pada kemampuanmu sendiri. Kau telah menyentuh inti simbol. Itu tidak bisa dihapus.”
Seketika, suara keras terdengar dari arah bukit pasir, seolah sesuatu atau seseorang bergerak cepat. Ardelia menatap Lyra dengan cemas. “Mereka mendekat.”
Lyra menutup mata, menenangkan napas. Ia merasakan energi jalur simbol yang tersisa di tubuhnya. Dengan fokus, ia memusatkan aliran itu ke tangan dan kaki, menciptakan medan perlindungan ringan—sebuah percobaan pertahanan yang belum pernah ia lakukan.
Dari kegelapan, bayangan muncul—lebih nyata, lebih intens daripada sebelumnya. Seorang vampir tinggi, berpakaian gelap, bergerak seperti kabut di antara bukit pasir. Mata merahnya menyorot Lyra, menilai, mengukur kekuatannya.
“Menarik…” suara vampir itu dalam dan berat. “Seorang manusia bisa memanggil energi yang bahkan banyak vampir muda gagal menguasai. Kau berbeda… tapi kita lihat seberapa jauh kau bisa bertahan.”
Lyra mengangkat tangannya, mencoba mengontrol energi simbol. Cahaya lembut memancar di telapak tangannya, menciptakan lapisan pelindung yang samar. Tapi kekuatan itu berat, dan tubuhnya hampir tidak sanggup menahan tekanan dari energi lawan yang mulai menekannya.
Bayangan Theron menempel di sampingnya. “Jangan menyerah. Kau bisa menyeimbangkan kekuatan itu. Tarik energi dari simbol, bukan dari ketakutanmu.”
Lyra menutup mata, menarik napas dalam, dan membiarkan energi simbol mengalir lebih lembut. Gelombang cahaya di telapak tangannya memantul ke pasir, memukul mundur vampir yang mendekat. Ia merasa kekuatan itu bersatu dengan darahnya, seperti bagian dari dirinya yang belum pernah ia kenal.
Namun saat cahaya itu bersinar lebih terang, sosok bermahkota hitam muncul kembali, kini lebih dekat dari sebelumnya. Matanya menatap Lyra, seakan menilai setiap detik dari pertarungannya. “Bagus… Kau memiliki potensi, tapi ingat… dunia ini tidak ramah bagi manusia. Kau akan selalu menjadi target, dan setiap langkah akan menentukan hidup atau mati.”
Ardelia menatap Lyra, wajahnya tegang. “Kau yakin kau bisa bertahan?”
Lyra mengangguk, meski hati berdebar kencang. “Aku tidak punya pilihan. Aku harus bisa. Untuk diriku… dan untuk rahasia yang aku pegang.”
Pertempuran energi itu berlangsung beberapa menit, tapi bagi Lyra terasa seperti berjam-jam. Angin berputar, cahaya simbol menari liar di udara, dan pasir melayang mengikuti aliran kekuatan. Akhirnya, dengan fokus penuh, Lyra mengarahkan energi simbol ke inti aliran lawan, menciptakan ledakan cahaya yang mendorong vampir itu mundur beberapa langkah.
Vampir itu berhenti, menatap Lyra dengan mata merah yang menyala. “Menarik… manusia ini berbeda. Kau bertahan… tapi ini baru permulaan.” Suaranya lenyap bersama bayangan yang kembali menyatu dengan gelap malam.
Lyra terengah, tubuhnya lelah, tetapi ada perasaan kemenangan kecil yang mengalir. Bayangan Theron muncul lagi, menepuk pundaknya. “Kau berhasil. Pertama kali kau benar-benar menghadapi ancaman nyata, dan kau tetap berdiri. Aku bangga padamu.”
Ardelia tersenyum tipis, tetapi matanya masih menyimpan kekhawatiran. “Tapi mereka tidak akan berhenti, bukan?”
Lyra menggeleng. “Tidak. Mereka tidak akan pernah berhenti. Tapi aku mulai memahami… kekuatan yang aku miliki, dan batas yang harus kujaga.”
Malam itu, mereka duduk di tepi bukit pasir, memandang bulan purnama yang tinggi. Cahaya simbol perlahan memudar, meninggalkan jejak energi di pasir. Angin membawa ketenangan sementara, tapi kedamaian itu tipis.
Lyra menyadari satu hal: dunia vampir lebih luas dan berbahaya dari yang ia bayangkan. Setiap tindakan memiliki konsekuensi, dan setiap simbol yang disentuh bisa menjadi jalan menuju kekuatan… atau kehancuran.
Namun untuk pertama kalinya, ia merasa bukan hanya sebagai manusia yang terseret ke dunia vampir. Malam ini, ia merasa dirinya mulai memiliki kendali, meski hanya seujung jari.