My Sunset Love

Setelah menyatakan cintanya, Adrian kembali mengajak Kiyara untuk masuk kedalam vila nya. Mereka pun berjalan dengan bergandengan tangan.

"Mimpi apa aku semalam? Bisa jadian dengan orang yang selama ini ku taksir." batin Kiyara dalam hatinya.

Lagi asyik bergandengan tangan, tiba tiba Bu Sri menghampiri Adrian. Kiyara dengan cepat melepas genggaman tangannya lalu menyembunyikannya dibelekang punggungnya.

"Tuan, Nyonya besar sedang menuju kemari." ucap Bu Sri yang membuat Kiyara Syok.

"hah? Nyonya besar? jangan jangan mamanya Adrian?" batin Kiyara.

Kiyara melihat ke arah Adrian yang tampak biasa saja. Tidak panik seperti Kiyara. Setelah bu Sri pergi, Adrian kembali menggandeng tangan Kiyara.

"Tidak perlu takut Ki.. Mamaku nggak gigit kok." ucap Adrian dengan sedikit tertawa kecil.

"Nggak takut dari Hongkong? Baru saja jadian sudah ketemu mamanya. Ini namanya cobaan!" gerutu Kiyara dalam hati.

Adrian membawa Kiyara menuju balkon belakang vilanya. Balkon vila Adrian menghadap ke pemandangan perkebunan teh yang sangat luas. Kiyara bisa melihat ada beberapa orang yang beraktivitas disana. Perasaannya kini diliputi dengan kedamaian namun juga rasa takut bertemu mama Adrian.

"Berdirilah disana Ki.. aku kan memotretmu dari belakang." ujar Adrian.

Kiyara kemudian menuruti permintaan Adrian. Ia berpose seperti seseorang yang sedang menikmati pemandangan yang indah. Beberapa jepretan sudah di ambil oleh Adrian di ponselnya.

"boleh aku lihat?" tanya Kiyara.

"boleh dong. Ini." jawab Adrian Yaang kemudian menyodorkan ponselnya.

Kiyara kemudian melihat beberapa foto yang diambil oleh Adrian. Kiyara Menggeser kesamping untuk melihat beberapa foto lainnya sampai ia tak sengaja melihat foto masa kecilnya bersama dua anak laki laki yang sepertinya itu adalah Renald. Namun satunya Kiyara tak tau itu siapa.

"maafkan aku Adrian, aku tidak sengaja melihat foto masa kecil kamu." Ucap Kiyara.

"tidak apa Ki.. Itu adalah teman masa kecilku. Ya salah satunya ada yang kamu kenal. Si Renald." jawab Adrian.

"sudah kuduga." ucap Kiyara.

"kemarilah, ayo kita selfie!" ajak Adrian.

Kiyara mendekat dan berdiri disamping Adrian. Mereka mulai mengambil beberapa foto dengan pose yang berbeda.

Tin tin!

Terdengar suara klakson mobil dari luar sana.

"itu pasti mamanya. Haduh gimana ini?" batin Kiyara dengan perasaan yang sedikit cemas.

"Ayo Ki.. Aku kenalin sama mamaku." ucap Adrian yang mengajak Kiyara untuk turun kebawah menyambut mama Adrian.

Kiyara dengan ragu menganggukkan kepalanya. Namun pada akhirnya ia harus turun untuk menemui mama Adrian.

"Kamu gerogi?" tanya Adrian.

"ya dari tadi lah kocak!" batin Kiyara.

"Tidak juga sih." jawab Kiyara berbohong.

"Bagus! Pinter banget sih kamu!" ucap Adrian dengan mengelus rambut kepala Kiyara.

Adrian kemudian menggenggam tangan Kiyara. Kiyara hanya menurut saja. Mereka turun kebawah untuk menemui mama Adrian.

"Hai maa." sapa Adrian yang kemudian memeluk mamanya.

"Hai juga sayang. Gimana kabar kamu?" tanya mama Adrian.

"Baik juga dong. Mama gimana?" jawab Adrian dengan melepaskan pelukannya.

"ya seperti inilah. selalu ingin menimang cucu." ucap mama Adrian yang membuat Kiyara terkejut.

Kedua ibu dan anak itu tinggal di rumah yang berbeda. Maka dari itu jika bertemu mereka akan saling bertanya kabar.

Penampilan mama Adrian seperti artis ternama ibukota, Dona Harun. Meskipun usia dibilang tua, namun gayanya seperti mama muda. Kali ini mama Adrian berpenampilan sederhana namun tetap elegan. Diatas kepalanya ada kacamata hitam. Memakai tas branded berwarna hitam dan sepatu high heels dengan tinggi 5cm.

"oh ya ma, kenalkan ini Kiyara." ucap Adrian dengan mengenalkan Kiyara.

"halo tante, aku Kiyara. Temannya Adrian." jawab Kiyara.

"kok temen sih Ki?" celetuk Adrian.

"terus apa kalau bukan temen?" tanya Kiyara yang berusaha memberi kode kepada Adrian untuk merahasiakan hubungan mereka.

"Sahabat dong." jawab Adrian yang mengerti kemauan Kiyara.

Mama Adrian pun menahan tawanya saat Adrian menggoda Kiyara.

"Mau temen, atau sahabat atau bahkan pacar , kamu adalah satu satunya wanita yang pertama kali dibawa anak saya ke Vila ini." Ujar mama Adrian.

"ya kan mama dan bu Sri yang pertama kali Adrian bawa kesini." ucap Adrian yang menggoda mamanya.

"iish.. Kan beda. maksudnya wanita muda. Kalau mama sama bu Sri udah tua." jawab mama Adrian.

Mendengar percakapan yang dilakukan Adrian dan mamanya, Kiyara menangkap sesuatu bahwa mama Adrian tidak seperti yang ia bayangkan. Yang seperti nyonya besar yang sombong, dan jahat.

"oh ya, nama mamaku ini mama Siti." ucap Adrian.

"kok Siti-nya yang dikenalin sih Adrian?" celetuk mama Adrian.

"kan nama mama Siti Humaira Firdausi." jawab Adrian.

Dengan cepat mama Adrian memukul lengan tangan anaknya. Hal itu membuat Kiyara terkekeh ringan.

"ampun ma.." jawab Adrian dengan tertawa kecil.

Mama Adrian pun menghentikan pukulannya.

"Kamu bisa panggil saya tante Aira. Atau panggil Mama Aira juga bisa." ujar Mama Aira.

"Tante bisa saja." jawab Kiyara yang membuat mama Aira tersenyum.

"Nyonya, saya sudah menyiapkan beberapa menu masakan kesukaan nyonya." ucap bu Sri yang sedari tadi berdiri dibelakang Tante Aira.

"iya mbak Sri. Terima kasih ya." ucap tante Aira.

"Ayo temenin Tante makan siang yuk?" ajak Tante Aira kepada Kiyara.

"Jangan lupain Adrian ma!" celetuk Adrian.

"Iya iya.. Ayo kamu juga ikut makan." jawab Tante Aira.

Tante Aira, Adrian, Kiyara, Bu Sri dan pak Toha pun makan siang bersama di satu meja. Mama Adrian tidak pernah membedakan bu Sri dan pak Toha. Bagi mama Adrian, semua yang sudah membantunya adalah keluarga. Termasuk pak Toha dan bu Sri yang sudah mengabdi berpuluh puluh tahun di keluarga Dirgantara.

Makan siang yang dibalut kehangatan. Sepintas Kiyara mengingat masa lalunya dulu bersama kedua orang tuanya.

"Kamu kenapa Ki?" tanya Adrian yang sedari tadi memperhatikan Kiyara.

"Aku terharu. Karena makan siang kali ini penuh dengan kehangatan." Jawab Kiyara.

"Kalau kamu mau, kita bisa melakukan ini." ujar Adrian.

Mendengar Adrian yang mencoba membuatnya tenang, Kiyara pun menyambutnya dengan senyuman.