Karena kesulitan ekonomi membuat Rustini pergi ke kota untuk bekerja sebagai pembantu, tapi dia merasa heran karena ternyata setelah datang ke kota dia diharuskan menikah secara siri dengan majikannya.
Dia lebih heran lagi karena tugasnya adalah menyusui bayi, padahal dia masih gadis dan belum pernah melahirkan.
"Gaji yang akan kamu dapatkan bisa tiga kali lipat dari biasanya, asal kamu mau menandatangani perjanjian yang sudah saya buat." Jarwo melemparkan map berisikan perjanjian kepada Rustini.
"Jadi pembantu saja harus menandatangani surat perjanjian segala ya, Tuan?"
Perjanjian apa yang sebenarnya dituliskan oleh Jarwo?
Bayi apa sebenarnya yang harus disusui oleh Rustini?
Gas baca, jangan lupa follow Mak Othor agar tak ketinggalan up-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjanjian Bab 12
Jangankan untuk tidur pulas, untuk merebahkan tubuhnya saja Rustini tidak bisa. Dia malah modar-mandir tidak jelas di dalam kamarnya, bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumah megah yang dia tempati saat ini.
Rustini hanya perempuan sederhana, perempuan kampung yang ingin melunasi hutang ayahnya. Namun, kini dia malah merasa masuk ke dalam kandang siluman. Penuh dengan misteri.
Rustini yakin kalau bayi yang disusuinya bukanlah manusia, entah makhluk apa Rustini tidak tahu. Karena walaupun dia tinggal di kampung yang masih pelosok, tetapi dia tidak pernah melihat sosok hantu di sana.
Lagi pula kalau pun bertemu dengan hantu, rasanya hantu tidak akan lebih menakutkan daripada juragan Bahar. Pria itu lebih menakutkan dari hantu, bukan karena wajahnya, tetapi karena sikap dan juga sifatnya.
"Apa yang seharusnya aku lakukan sekarang, ya Allah? Apa aku harus kabur? Tapi, apa bisa?"
Memikirkan pagar rumah yang menjulang tinggi membuat kepala Rustini pusing tujuh keliling, apalagi di atas pagar rumah yang tinggi itu ada kawat berduri. Sudah dapat dipastikan kalau Rustini keluar dari rumah itu, pasti akan sangat kesulitan.
"Aku jadi takut kalau tinggal di sini terus, aku takut nanti keselamatanku akan terancam."
Rustini benar-benar tidak bisa tidur semalaman ini, hingga pagi menjelang dia merasa haus sekali. Rustini ingin minum tetapi ternyata botol minum miliknya sudah kosong, Rustini memutuskan untuk keluar dari dalam kamar menuju dapur.
"Ah! Leganya," ujar Rustini yang merasakan kalau tenggorokannya sudah basah dengan air.
Karena adzan Subuh sudah berkumandang, Rustini merasa kalau dirinya lebih baik mandi saja. Walaupun dia tidak diperbolehkan untuk salat, tetapi dia merasa harus tetap bersih dan juga wangi. Karena Ratih selalu berkata tidak suka wanita yang bau, dia tidak suka wanita yang kurus.
Semua wanita yang bekerja di rumahnya harus wangi Dan juga memiliki tubuh yang sehat, tidak boleh ada yang sakit apalagi ada yang sampai mati di rumah itu.
Namun, ketika dia ingin kembali ke kamar langkahnya terhenti ketika dia melihat Jarwo yang baru pulang sambil menggendong bayi yang biasa dia susui. Pertama-tama yang Rustini lihat Jarwo pergi ke lantai 2 untuk menidurkan bayi itu di dalam kamarnya.
Lalu, yang kedua dia melihat Jarwo masuk ke dalam kamar utama. Rustini yang kepo dengan langkah yang begitu perlahan pergi menuju kamar utama, dia ingin menguping pembicaraan antara Jarwo dan juga Ratih.
"Bagaimana dengan hasil malam ini, Sayang? Apakah tuyul peliharaan kita menghasilkan banyak uang?"
Deg!
Rustini langsung kaget mendengar apa yang dipertanyakan oleh Ratih, pantas saja selama dia menyusui, dia merasakan keanehan. Pantas saja ketika melihat wajah bayi yang dia susui itu sangatlah aneh dan mengerikan, karena ternyata memang bukan bayi manusia.
"Banyak, Sayang. Dapet sekarung penuh, aku akan ambil di mobil. Bentar," ujar Jarwo.
Jarwo melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam kamar utama, Rustini yang takut ketahuan dengan cepat bersembunyi di balik rak buku yang tak jauh dari ruang keluarga.
Rustini diam saja tanpa berani keluar, setelah melihat Jarwo membawa karung berisikan uang masuk ke dalam kamar, barulah dia pergi menuju kamar.
"Ya Allah, begini amat hidup aku. Kenapa bisa-bisanya aku masuk ke dalam kubangan lumpur?"
Rustini menangis, dia tidak menyangka kalau dirinya akan menjadi Ibu susu bagi tuyul peliharaan Jarwo dan juga Ratih. Dia tak menyangka akan masuk ke dalam penjara penuh harta milik Jarwo, Rustini lebih tidak menyangka lagi kalau dirinya akan menjadi istri siri Jarwo dan menjadi santapan enak pria itu.
"Hiks! Apa yang harus aku lakukan ya Allah?"
Di saat Rustini sedang menangis, dia dikagetkan dengan kedatangan dari bi Neneng. Wanita itu tanpa permisi langsung masuk ke dalam kamar Rustini.
"Ada apa, Tini? Kenapa kamu menangis?"
Rustini cepat-cepat mengusap air mata yang mengalir di kedua pipinya, dia bahkan langsung berdiri dengan tegak.
"Nggak ada apa-apa kok, Bi Neneng. Cuma kangen aja sama bapak," jawab Rustini.
"Kirain kakinya masih sakit, kalau sakit akan saya panggil tukang urut."
"Nggak kok, Bi. Cuma kangen bapak aja," jawab Rustini.
"Tuan sama nyonya gak suka denger orang nangis, kamu jangan nangis kaya tadi. Suara tangisan kamu tuh kenceng banget, kaya orang dianiaya."
"Maaf, Bi." Rustini menunduk dengan dalam sambil mere mas kedua tangannya.
Bi Neneng menghela napas berat, lalu dia mengusap punggung Rustini. Tentu saja hal itu membuat Rustini kaget, karena wanita itu bersikap lembut. Padahal, biasanya wanita itu selalu berkata ketus dan terlihat tidak peduli.
"Ini sudah sangat pagi, mending kamu tidur. Nanti kalau sudah waktunya makan saya bangunkan," ujar Bi Neneng lembut.
"Emm," jawab Rustini.
Bi Neneng membantu Rustini untuk merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, dia bahkan menyelimuti tubuh wanita itu dengan penuh perhatian.
"Tidurlah," ujar Bi Neneng.
Bi Neneng lalu melangkahkan kakinya untuk keluar dari dalam kamar itu, tetapi langkah wanita itu terhenti ketika Rustini memanggil kembali dirinya.
"Ada apalagi?" tanya Bi Neneng.
"Boleh Tini nanya, Bi?" tanya Rustini dengan ragu-ragu.
Rasa penasarannya begitu besar, sungguh otaknya terasa ingin meledak karena banyak pertanyaan yang berputar-putar di sana. Dia ingin mencari jawaban atas semua pertanyaan yang melintas di otaknya.
"Tanya apa?"
Bi Neneng kembali menghampiri Rustini, wanita itu lalu duduk di tepian tempat tidur. Rustini ikut duduk dan menatap wanita paruh baya itu dengan lekat.
"Bi, sebenarnya bayi apa yang Tini susui?"
Wajah bi Neneng berubah pucat mendengar pertanyaan dari Rustini, tetapi tidak lama kemudian wanita itu bisa menetralkan wajahnya kembali.
"Di sini dilarang bertanya-tanya, kamu sudah memutuskan bekerja, itu artinya kamu harus melakukan segalanya dengan sukarela. Tak boleh ada pertanyaan, apalagi nanya sama tuan dan juga nyonya."
"Memangnya kenapa gak boleh tanya?"
Bi Neneng menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri, seperti orang yang takut akan ada orang yang menguping di sana. Padahal, di dalam kamar itu hanya ada mereka berdua
"Pokoknya kamu itu nggak boleh tanya-tanya, kamu nggak boleh penasaran. Nanti akan membahayakan kamu sendiri," ujar Bi Neneng.
"Bi, tapi Tini penasaran. Tini sebenarnya tadi malam liat bayi yang selalu Tini susui. Jelek dan tua, apa benar itu tuyul?"
Bi Neneng semakin kaget saja dengan apa yang dikatakan oleh Rustini, dia tidak menyangka kalau wanita itu berani melihat bayi yang disusui.
"Jangan selalu penasaran, Tini. Karena orang yang suka penasaran itu biasanya cepat mati, ingat! Kamu di sini sudah diberikan uang yang banyak, kalau kamu manut, nanti kamu akan diberikan uang yang banyak lagi. Kamu bahkan bisa diberikan bonus dalam tiap bulannya kalau manut dan tidak banyak bertanya," ujar Bi Neneng.
Rustini takut juga dikatakan akan cepat mati, dia menganggukkan kepalanya. "Iya, Bi."
"Bagus, ingat! Jangan suka penasaran, kalau kamu manut dan gak banyak tanya, nanti kamu akan menjadi wanita yang sugih hidupnya. Sekarang tinggal tidur yang enak dan makan yang enak, kerja semangat dan sepenuh hati."
"Emm," jawab Rustini.
Bi Neneng lalu keluar dari dalam kamar itu, selepas kepergian bi Neneng, Rustini tidak bisa tidur. Dia malah melamun sambil menatap langit-langit kamar.
"Apa iya aku akan jadi wanita sugih kalau diem dan kerja dengan patuh? Atau, aku malah akan mati karena nyusuin tuyul itu? Atau, mati karena ketahuan pernah tidur sama bapaknya tuyul?"
gak juga kali ngejelasin nya 😫🤦♀️
kamu pandai pandai la menyembunyikan nya