NovelToon NovelToon
Istrimu, Tapi Tak Pernah Jadi Pilihanmu

Istrimu, Tapi Tak Pernah Jadi Pilihanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Pernikahan Kilat
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Yullia Widi

Aku pernah percaya bahwa cinta itu cukup.

Bahwa selama kita mencintai seseorang dengan sepenuh hati, ia akan tinggal. Bahwa kesetiaan akan dibalas dengan kesetiaan. Bahwa pengorbanan akan membuka jalan menuju kebahagiaan. Aku percaya, sampai kenyataan memaksaku membuka mata: tidak semua cinta menemukan jalannya, dan tidak semua istri benar-benar menjadi pilihan.

Namaku Nayla. Seorang istri di atas kertas. Di kehidupan nyata? Aku lebih sering merasa seperti tamu dalam rumahku sendiri. Aku memasak, mencuci, merapikan rumah, menyiapkan segala kebutuhan suamiku. Tapi tak sekalipun aku merasa dipandang sebagai seseorang yang ia banggakan. Tak pernah aku lihat binar di matanya ketika menatapku. Tidak seperti saat ia menatap layar ponselnya, tersenyum kecil, membalas pesan yang tak pernah kutahu isinya.

Aku dan Raka menikah karena keadaan. Aku menyukainya sejak lama, dan saat kami dipertemukan dalam sebuah kesempatan yang kelihatannya takdir, aku langsung mengiyakan tanpa banyak berpikir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yullia Widi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 : Tak Semua yang Hilang Harus Ditemukan Kembali

Telepon genggamku berdering pukul sembilan malam. Aku baru saja selesai menyeduh teh chamomile ketika nama itu muncul di layar.

Arvan.

Butuh dua tarikan napas panjang sebelum akhirnya kutekan tombol hijau. Entah kenapa, hatiku sudah tidak bergetar lagi seperti dulu. Tidak ada harapan yang menanti di ujung panggilan ini. Hanya rasa penasaran: mengapa sekarang?

“Halo.” Suaraku datar, tenang. Mungkin terlalu tenang untuk seorang perempuan yang dulu pernah memohon agar tak ditinggalkan.

“Hai… Nayla.” Suara itu masih sama. Laki-laki yang pernah mengisi seluruh hidupku, kini terdengar jauh seperti gema di ruang kosong.

“Ada apa?” tanyaku singkat.

Arvan diam. Lama. Aku nyaris menutup telepon sebelum ia akhirnya berkata, “Aku cuma… mau tahu kabarmu. Maaf mengganggu.”

Aku tertawa kecil. Datar, tanpa emosi. “Kau tidak mengganggu. Hanya saja, kita sudah selesai. Kau ingat, kan?”

“Aku ingat. Tapi… aku pikir, aku masih berhak tahu kabarmu.”

“Berhak?” ucapku, menekankan kata itu. “Apa dulu aku punya hak untuk tahu isi hatimu yang sesungguhnya? Ketika kamu diam-diam mencintai perempuan lain sementara aku memeluk luka di ranjang yang sama?”

Kali ini, Arvan benar-benar terdiam. Mungkin baru sekarang dia sadar bahwa hatiku tak lagi berada di tangannya. Mungkin dia pikir aku masih perempuan yang dulu, yang akan menangis jika mendengar suaranya.

Tapi aku bukan lagi Nayla yang mengemis untuk dipilih.

“Aku salah, Nayla. Tapi waktu itu... aku bingung,” ucapnya lirih.

“Kebingunganmu membuatku kehilangan diriku sendiri, Arvan. Kamu tahu rasanya setiap hari bertanya: ‘Mengapa aku tidak cukup?’”

Aku bisa mendengar desahan napasnya. Berat. Tapi aku tidak berniat menghiburnya kali ini. Aku tidak lagi bertugas menjadi penyelamat hatinya.

“Nayla… aku cuma ingin bilang, kalau suatu hari kamu butuh apa pun aku selalu ada.”

Kata-kata itu tidak lagi mempan. Jika dulu aku akan menggapainya sebagai tali harapan, sekarang aku tahu: ada kata-kata yang tak butuh dibalas. Ada cinta yang tak perlu disambut kembali, meskipun datang dengan bunga.

“Terima kasih,” jawabku datar. “Tapi aku sudah punya diriku sendiri sekarang. Dan itu lebih dari cukup.”

Aku menutup telepon lebih dulu. Tanpa getar. Tanpa air mata. Hanya sebuah perasaan lepas.

Keesokan harinya, aku berjalan-jalan sendiri ke sebuah pameran seni. Di sana, aku melihat lukisan abstrak berjudul Yang Ditinggalkan Tidak Selalu Tertinggal.

Lukisan itu menggambarkan seorang perempuan dengan tubuh patah-patah, tapi di matanya ada cahaya. Aku berdiri lama di depan lukisan itu.

Karena itulah aku sekarang. Mungkin tubuhku penuh bekas luka, tapi mataku kini memandang ke depan. Bukan ke belakang.

Di kafe kecil pojok galeri, aku bertemu Rian. Kami tak sengaja duduk di meja yang sama. Dunia, tampaknya, punya caranya sendiri mempertemukan dua orang tanpa skenario cinta picisan.

“Sendiri lagi?” tanyanya.

Aku mengangguk. “Aku terbiasa.”

“Tahu tidak, perempuan yang bisa bahagia sendiri itu menakutkan?” katanya sambil tersenyum.

“Kenapa?”

“Karena dia tidak bisa dimanipulasi dengan janji-janji.”

Aku tersenyum. Bukan karena kata-katanya, tapi karena aku mengerti. Dulu, aku gadis yang takut ditinggal. Sekarang, aku perempuan yang tahu tidak semua yang hilang harus ditemukan kembali.

Aku menatap kopi di hadapanku. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku merasa... pulang.

Pulang ke diriku sendiri.

1
Mamah dini
raka atau arvan
Mamah dini
mudah2an pilihanmu yg sekarang ada benarnya nay, jgn diam kalau GK di anggap
Mamah dini
mampir thor, kasian kmu nay , semoga kedepan nya kmu bisa bahagia sm orang yg benar2 mencintaimu menghargaimu dn melindungimu, semangat terus nay .
yuliaw widi: Aamiin, Makasih Mamah dini 🤍 sudah mampir dan ikut merasakan luka Nay.
yuliaw widi: Aamiin, Makasih Mamah dini 🤍 sudah mampir dan ikut merasakan luka Nay.
total 2 replies
Dâu tây
Baca ceritamu bikin nagih thor, update aja terus dong!
yuliaw widi: Terima kasih! Tenang, update-nya bakal lanjut terus kok 🤍
total 1 replies
Jennifer Impas
Wow, aku gak bisa berhenti baca sampai akhir !
yuliaw widi: Makasih! Senang banget ceritanya bikin kamu terus baca 😍
total 1 replies
mr.browniie
Menggetarkan
yuliaw widi: Terima kasih banyak, senang sekali bisa menyentuh hati pembaca 🖤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!