Sebuah kisah tentang seorang wanita bernama Rumondang yang memilih menganut ilmu hitam untuk membalas dendam dan memiliki kekayaan.
Berawal dari sebuah kekecewaan dan penderitaan yang begitu berat, membuat ia harus terjerumus dalam lembah hitam untuk bersekutu dengan sesuatu yang sangat mengerikan.
Ia menempuh jalan sesat dengan memilih memelihara sesosok makhluk mengerikan yang berasal dari daerah suku Batak, Sumatera Utara, yang disebut dengan Begu Ganjang. dimana sosok makhluk ini semakin akan memanjang keatas jika semakin dilihat dan siapa yang bertemu dengannya, maka kematian yang akan ia dapatkan...
Apakah Begu Ganjang? dan apakah Rumondang dapat mencapai tujuannya?
Begu Ganjang, suara yang memanggil dalam kegelapan. Membawa kematian yang sangat mengerikan, teror yang tidak berkesudahan.
Bagaimana kisah selanjutnya, ikuti novel ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suara tawa panjang yang menggema
Ambolas tinggal sendiri dikamar tersebut. Rumondang membiarkannya dalam kesakitan dengan segala penderitaan yang menyakitkan.
Rumondang sudah menutup hatinya untuk pria iti bahkan rasa iba sudah terkikis dari hatinya. Meskipun mereka tinggal serumah, tetapi wanita itu tidur didalam kamar bekas puterinya yang saat ini berkuliah ke kota.
Malam semakin larut. Rumondang duduk sebagaimana duduknya seekor anjing.
Sebuah mangkuk berisi darah ayam berbulu merah telah tersaji didepannya. Ruangan kamarnya tampak gelap, hanya saja sebuah lilin ia pasang untuk menjadi penerangnya.
Ia diam dalam keheningan. Perlahan membaca mantra dengan bibirnya yang berkomat-kamit memanggil sesuatu yang berada dari alam kegelapan.
Esok adalah hari pertama Rumondang akan memanen kopi dikebun yang baru saja dibelinya beberapa hari yang lalu.
Bersamaan dengan mantra yang dilantunkannya, suara angin terdengar menderu dari arah atas bukit dan terus berhembus kencang.
Hembusannya tak hanya menyapu desa tempat dimana Rumondang tinggal, tetapi hingga sampai ke desa sebelah, tempat dimana Ture dan Opung Boru tinggal saat ini.
Ture yang masih terjaga terlihat terdiam saat mendengar suara langkah-langkah berat menuju kebun kopi yang mana esok akan dipanen.
Saat bersamaan, Opung Boru terjaga dari tidurnya. Ia membuka matanya, lalu diam mengamati suara-suara aneh tersebut.
Wajahnya terlihat pucat, dan menoleh kw arah Ture yang saat ini terlihat takut dan juga penasaran saat mendengar suara tersebut.
"Aha do, Opung?" tanyanya dengan gemuruh yang tak dapat ia ungkapan.
Ia merasa bergidik ngeri, dan jujur saja ia tak nyaman tinggal dirumah sebesar ini dengan hanya berdua saja bersama sang Opung.
"Dia telah datang, membawa kabar kematian dari alam kegelapan." tatapan wanita lanjut usia itu terlihat kosong, ada sebuah ketakutan yang begitu jelas tergambar diraut wajahnya.
Ture semakin bingun dengan ucapan sang Opung yang terkesan sangat menakutkan dan ia harus bertarung mental malam ini.
Perlahan ia turun dari ranjangnya, lalu mengambil tas berbentuk segiempat yang terbuat dari kain ulos. Ia mengambil sebuah bungkusan kecil atau biasa disebut uncang. Didalamnya terdapat dua buah ruas kunyit bangle dan juga pasangannya berupa tanaman jeringo atau jariango.
Ia mengambil lumpang kecil yang biasa ia gunakan sebagai penumbuk sirihnya, disebabkan giginya sudah banyak yang ompong, sehingga ketika menyirih harus dihaluskan terlebih dahulu.
Perlahan ia mengiris ruas kunyit bangle dan jariango, lalu menumbuknya disertai iringan mantra yang dipercaya sebagai penolak kejahatan roh jahat yang datang menggangu.
Setelah selesai, ia menghampiri sang cucu, lalu menatapnya dengan tatapan nanar. "Ingatlah pesanku, Ture," ia menggantung ucapannya, terasa sangat berat namun ia harus mengatakannya.
"Jangan pernah menatap matanya, dan jangan pernah coba mencari tau tentangnya." Opung Boru mengingatkan sang Pahompu (Cucunya). Kemudian ia mengambil bahan ramuan yang sudah ditumbuknya dan ia balurkan dari ujung kepala hingga ke ujung kaki.
Aromanya yang menyengat membuat Ture harus menahan nafas saat sang Opung melulurkan bahan tersebut.
"Opung, apa sebenarnya yang terjadi?" tanya Ture dengan rasa penasaran.
"Jangan mencari tau tentangnya," wanita lanjut usia itu kembali mengingatkan.
"Ta--," ucapannya terhenti saat ia mendengar suara tawa sayang panjang terdengar dari arah kebun kopi.
"Hahahahahahahhahahahaaaaa.....," suara tawa itu menggema hingga terdengar jauh, namun cukup jelas dan diiring suara langkah berat yang terus saja menggema.
Ture semakin bergidik, dan Opung Boru mendekapnya. "Dia tidak akan mengendus aromamu, Opung akan membuatkan penangkalnya, dan berjanjilah jangan mencoba melepaskannya jagalah dengan baik, aku tidak ingin ia memilihmu," ucap sang wanita dengan suaranya yang berat.
Sontak saja hal itu membuat Ture semakin bingung dengan ucapan sang Opung. Apa maksud dari perkataan wanita itu? Siapa yang dimaksudnya? Dan mengapa ia yang harus dipilih?"
Tetapi setiap kali ia bertanya tentang makhluk kegelapan yang dimaksud, Opung Boru selalu menghindar dan mengalihkannya.
Tiba-tiba saja, suara langkah berat itu menghampiri jendela kamar mereka, dan tentu saja itu semakin membuat Ture bergidik ngeri dengan bulu kuduknya yang meremang. "Oh, Tuhan, apa ini? Usirlah ia menjauh dariku," gumam Ture dalam doanya yamg putus.
Detik berikutnya, terdengar suara cakaran didaun jendela, seolah ada kuku runcing nan panjang yang sedang mencakar-cakar diluar sana dan diiring suara tawa yang terdengar panjang dan serak.
Opung Boru mengambil sebotol air suci yang sudah dirapalkan doa saat ia sering ke Gereja, lalu memercikkannya ke seluruh kamar, terutama bagian jendela.
Beberapa saat kemudian, ia suara-suara aneh itu menghilang.
****
Pukul tujuh pagi Rumondang telah tiba dirumah baru mereka. Ture terlihat sangat masih mengantuk, sebab ia hampir tidak dapat tidur semalaman karena dicekam rasa ketakutan.
Melihat kedatangan sang inang, ia ingin menceritakan pengalaman yang tidak mengenakkan tersebut, dan berharap jika wanita itu membiarkannya pulang ke rumah mereka yang lama.
Namun belum sempat ia untuk berbicara, Rumondang sudah terlebih dahulu pergi ke kebun yang ada diatas tebing dan juga jurang.
Sekitar ada sepuluh orang pekerja yang biasa memanen dikebun itu, namun hari ini jumlah mereka hanya sembilan orang pekerja saja, sedangkan yang satunya belum juga terlihat datang,sehingga diputuskan untuk memanen tanpanya.
Para pekerja sudah membawa keranjang yang diletakkan dipundak mereka layaknya.seperti sebuah tas ransel.
Mereka mulai memetik kopi dengan begitu semangat, sebab terlihat hasil panennya sangat melimpah dibanding dengan juragan yang sebelumnya.
Melihat hal ini, tentu saja pendapatan mereka akan meningkat sepuluh kali lipat dan hal ini yang membuat semangat para bekerja semakin kuat.
Karena panen yang sangat melimpah, membuat mereka memanen hingga hampir senja, dan akan dilanjutkan pada esok hari.
Para pemanen mulai mengumpulkan hasil petik mereka, dan menimbangnya ditempat gudang yang telah disediakan.
Hingga saat Maghrib tiba dan mereka masih sibuk menimbang hasil petik, tiba-tiba salah seorang pria diantara mereka mengingat jima ada yang tertinggal.
Ia memutuskan untuk mengambilnya, meski sudah diingatkan oleh rekan mereka yang lainnya. Iantak mengindahkan larangan tersebut, dan terus saja berjalan ke arah kebun kopi karena ingin mengambil karung hasil petiknya tertinggal disalah satu pohon.
Saat ia bersiap untuk memanggulnya, tiba-tiba saja ia mengalami kejadian yang sangat mengerikan.
Pria itu melihat satu sosok bayangan hitam yang berjalan melayang menuju kearahnya. Semakin ia memandangnya, maka semakin tinggi wujudnya, dan ketika kepalanya tak lagi terlihat, sosok itu menjulurkan tangannya dengan jemarinya yang berukuran sangat besar, lalu mencekiknya hingga tak lagi bernyawa.
Kedua matanya melotot, seolah sedang melihat sebuah ketakutan yang sangat mengerikan dan ia tergelatak diatas tanah rerumputan dengan lehernya yang membiru dan juga wajahnya yang juga lebam, sembari menggenggam tanah basah.
mbok ya mikir dlu org nulis itu kan g mudah iya lah klo asal2an nulis mah ini lho beneran di jelaskan jd apa lagi mau julid2 hadehh pikir dlu dehh
banyak banget pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini.... mulai dari cinta, kasih sayang, agama dan keluarga...
penulisnya detail banget dalam menggambarkan tempat, suku, kebudayaan, bahasa, adat-istiadat setempat... seolah-olah penulis juga orang Batak.
seolah-olah penulis juga ada dalam kejadian..
novel ini saya rekomendasikan kepada semua orang.
sukses selalu🥰
Semangat Akak 😘💪
baru kmrn Babang Angkasa Tamat ,, kini Ture jg Tamat cerita nya 😭😭😭
sumpaah kak ,, aku suka dg semua Cerita Mu ,,, apalagi di Novel ini ,,, Masyaallah byk bgt Pengetahuan yg bisa aku ambil ,,, walaupun cerita ini ttg Suku Batak yg Mayoritas nya Non Muslim ,, tp byk yg bisa kita Pelajari dsni 🤗
aku yg td nya TDK tahu apa-apa ttg bahasa Batak dan Adat Istiadat serta Kebudayaan nya ,, kini sedikit byk jd tahu.
Pokoknya Ter The Best lach buat Akak ku @Siti H ,, terus lah Berkarya dg Tangan-tangan Lincah Mu di atas Keyboard 👍😘🥳
Aku akan sllu menjadi Pendukung Mu dan sllu Menunggu Cerita-cerita Mu yg Baru lg 😘🥳💪
tamat jugaaa