Tolong berhentilah menebar pesona hanya mata terpejam bisa kurasakan, jangan biarkan cahayamu membutakan banyak hati
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angguni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengumuman SBMPTN
"Sayang, kamu ngapain melamun di situ? "
Suara indah yang sudah sangat ku hafal terdengar. Bobby duduk di sebelahku, menatap satu objek yang sama denganku. langit
" Mas, coba lihat langit! Dia sangat indah ke biru biruan,tapi tidak bertahan lama. Saat raja siang meninggalkannya, dia berubah menjadi hitam pekat dan menakutkan ".racauku.
" Kamu gak boleh lupa, sayang, ada bintang yang menghiasinya. Dan kamu juga harus ingat, matahari tidak pergi. Dia hanya mengitari belahan bumi lain dan akan selalu kembali setelah gelap yang kita jalani ".Bobby menarik ku ke dalam peluk.
Air mata tak bisa ku bendung lagi. Ada kesedihan yang benar benar sulit ku jelaskan padanya. Aku takut.
Hari berlalu begitu cepat. Mentari perlahan seperti ingin pergi meninggalkanku. Aku takut. Aku tak ingin hari ini berlalu. Aku takut Bobby meninggalkanku. Oh, maksudku aku takut meninggalkan Bobby.
Aku mengurung diri di dalam kamar. Jam menunjukkan pukul 17.00.Aku semakin takut. Kudengar langkah kaki mendekat. Aku yakin itu pasti Bobby. Ketakutanku bertambah, tanganku berkeringat. Jantungku bekerja lebih cepat. Aku menekuk tubuhku di bawah selimut. Kurasakan tempat tidurku bergerak. Aku tahu Bobby kini duduk di sisiku.
"Sayang, ayo bangun! sebentar lagi pengumuman SBMPTN loh".
Ingin sekali aku berteriak bahwa aku tak ingin ada pengumuman itu.
"Desi, ayo banguuun! " Bobby menarik selimut ku. Dia sangat kaget melihatku dalam keadaan pucat dan berkeringat. "Kamu kenapa, sayang? kamu sakit? "
Aku memeluk erat Bobby. aku menggeleng pertanda aku baik baik saja.
"Tapi kamu pucat banget. Ayo kita ke dokter".
Aku mempererat pelukanku pada Bobby. " Enggak, mas, aku baik baik aja. Aku cuma mau kamu selalu di sampingku".
Bobby menatap bingung ke arahku. "Kamu ada apa? " lagi lagi aku menggeleng.
Bobby mencium puncak kepalaku. Ada kekuatan yang mengalir dari sana.
Pukul tujuh pagi. Aku masih bergulung di kasur empukkk. Sejak shalat Subuh, aku memutuskan kembali tidur. Bobby belum juga kembali dari masjid sejak subuh tadi. Dia bilang ingin memanfaatkan waktu sebelum sibuk kuliah nanti.
Saat mengingat kuliah, hatiku terasa begitu nyeri. Aku tidak tahu bahwa kebodohan dan kecemburuanku justru seakan menghancurkanku sendiri. Bodoh!
Langkah kaki mendekat, terdengar terburu buru seperti berlari. Bobby masuk. Aku tidak mendengar dia berucap salam, aku masih bingung.
"Waalaikumsalam, ya Akhi", sindir ku.
" Astaghfirullah, maaf maaf. Assalamualaikum sayang ".Bobby menyengir kuda. Aku tersenyum melihat tingkahnya.
" Aku punya kabar gembira, aku..... aku..... "matanya berbinar. Dia tampak sangat bahagia.
" Aku KETERIMA DI FAKULTAS KEDOKTERAN UGM!!! "Bobby memeluk erat, bahkan sangat erat.
Aku tidak tahu harus apa sekarang. Bahagia atau sedih?
" Ayo, kita buka pengumuman milikmu ".
DEG!
Ini yang paling kuhindari sejak kemarin sore. Aku sudah sangat bahagia karena sejak kemarin servernya error, tapi ternyata pagi ini sudah bisa di akses. Bundaaaaa....!!!
Dengan sangat malas, aku mengecilkan kata kuncinya. Aku berharap, gambar berwarna merah yang muncul. oh, Allah, please jangan pisahkan kami!
Loading terasa begitu lama. Aku menutup mataku, tak berani melihat kenyataan. Bodoh bodoh bodoh! Hening! Sudah lima menit dan masih hening. Bobby memelukku.
"Ad apa ini, Desi? "
Apa? ada apa? kenapa begitu pertanyaannya? aku masih tak berani membuka mata. Kupeluk Bobby dengan sangat erat. Yah, awal perpisahan kami sudah tepat di depan mata.
"Maafkan Desi, mas... " Hanya itu yang mampu kuucapkan. Ku beranikan diri membuka mata, melepaskan diri dari rengkuhan Bobby. Kuraih ponsel yang tergeletak di atas kasur dengan layar yang tidak lagi menyala.
Air mataku menetes saat melihat tulisan:UNIVERSITAS MAKASSAR di layar berwarna hijau. Ya, ini sudah menjadi pilihan bodohku.
"Kenapa, Desi? Bukankah kamu dulu bilang kamu ingin di Malang? lalu, kenapa masih ada pilihan Makassar? " Nada suaranya melemah.
"Aku.... maafkan kebodohan Desi, mas. Ini karena rasa cemburu Desi dengan Wulan".
Bobby menautkan alisnya. Jelas dia bingung.
" Apa hubungannya dengan Wulan? "
"Dulu aku pikir kalian.... kalian pacaran".
Bobby terlihat menahan tawanya, aku tidak peduli lagi. Akan ku luapkan semua kekesalanku waktu itu padanya hingga aku mengambil keputusan bodoh ini.
" Kalian terlalu mesra, atau entah karena aku yang tak pernah melihatmu dengan wanita. Hatiku rasanya sangat hancur. Di tambah lagi, kamu salah kirim SMS yang mengajak Wulan beli cincin tunangan. Aku berpikir tidak akan lagi mau mengganggu kalian.