NovelToon NovelToon
Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Reinkarnasi Ke Dalam Tubuh Putri Buangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Nfzx25r

Seorang gadis muda yang memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan terjun ke dalam laut lepas. Tetapi, alih-alih meninggal dengan damai, dia malah bereinkarnasi ke dalam tubuh putri buangan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nfzx25r, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bekerja

Putri Minghua berpikir sejenak sebelum bertanya, “Berapa bayarannya?”

Mei tampak berpikir sebentar, lalu menjawab, “Sekitar empat atau lima koin emas setiap hari, mungkin.”

Mata Putri Minghua membelalak. Ia terlihat antusias dan langsung menarik tangan Mei, mengajaknya menuju tempat makan yang mereka maksud. “Ini kan tempatnya?”

Mei mengangguk pelan.

Tempat makan itu tampak sangat ramai. Pelanggan datang dan pergi silih berganti, meninggalkan meja-meja yang penuh tumpukan koin. Di dalam, hanya ada satu pelayan yang tampak kewalahan melayani semuanya.

Dengan langkah percaya diri, Putri Minghua menghampiri pelayan itu dan berkata, “Permisi, Pak. Bolehkah aku bekerja di sini?” tatapannya terlihat memohon.

Ia mengajukan pertanyaan itu tanpa rasa malu sedikit pun, meskipun statusnya sebenarnya adalah seorang putri meski hanya putri buangan.

Pelayan itu memandangi Putri Minghua dari atas hingga bawah, memperhatikan pakaian yang ia kenakan. “Kau... seorang putri?” tanyanya ragu.

Putri Minghua langsung menyangkal sambil tersenyum ringan. “Oh, tidak. Aku hanya mencoba pakaian ini, sepertinya bagus saja.”

Pelayan itu tampak masih ragu, tapi akhirnya berkata, “Baiklah, aku akan tanyakan dulu pada bos. Kalian tunggulah di sini.” Ia segera bergegas masuk ke dapur.

Putri Minghua dan Mei pun duduk di salah satu meja kosong untuk menunggu. Sementara itu, Tantan tampak kebingungan, matanya bergerak ke sana ke mari, gelisah dengan suasana yang ramai dan bising. Jelas ia tidak terbiasa berada di tempat seperti ini.

Tak lama kemudian, pelayan itu kembali dengan senyum ramah. “Bos mengizinkan kalian bekerja di sini, tapi kalian hanya akan digaji empat koin emas. Namun, kalau kinerja kalian bagus, bos mungkin akan memberi sedikit bonus.”

Putri Minghua mengangguk penuh semangat. “Baiklah.”

Ia segera berganti pakaian menjadi seragam pelayan. Meskipun pakaiannya tak semewah sebelumnya, namun aura kecantikan Putri Minghua tetap terpancar. Tatapan para pelanggan sempat beberapa kali mengarah padanya, terpesona tanpa sadar.

Sementara itu, Mei tidak ikut membantunya karena harus menjaga Tantan, yang tampaknya ingin terus bergerak ke sana kemari dengan penasaran.

Hari pun mulai beranjak gelap. Meskipun malam semakin larut dan toko belum juga tutup, Putri Minghua tetap bekerja dengan tekun. Sesekali rasa kantuk menyerangnya, namun ia cepat tersadar, ini bukan rumah istana yang hangat dan nyaman. Ini adalah tempat kerja, dan ia harus bertahan demi kelangsungan hidupnya.

Sampai akhirnya toko mulai sepi menjelang tengah malam. Sang pemilik keluar dari ruangannya dan menghampiri mereka. Dengan senyum puas, ia memberikan upah atas kerja keras hari ini.

"Ini untukmu," ucapnya sambil menyerahkan sebuah kantong kecil berisi koin.

Putri Minghua membuka kantong itu perlahan dan terkejut, "Sepuluh koin emas?" matanya membulat, tak menyangka akan mendapatkan sebanyak itu.

"Karena kau juga membantu menarik pelanggan. Toko jadi sangat ramai hari ini," jelas sang bos sambil menepuk bahunya ringan.

Setelah urusan selesai, mereka keluar dari toko dan berjalan menyusuri jalanan kota yang kini sudah sunyi. Angin malam berembus pelan, menembus lapisan pakaian mereka yang tipis.

“Dingin sekali malam ini, ya kan, Mei?” ucap Putri Minghua sambil merapatkan pakaiannya.

Mei mengangguk cepat, lalu terkikik kecil, “Mungkin saya lebih dingin, Nona. Lihat saja, saya tak punya syal, dan rambut saya dicepol begini, makin terasa anginnya.”

Putri Minghua menatap pelayannya dengan tatapan bersalah. Memang benar, seragam pelayan itu tampak kurang cocok untuk cuaca malam seperti ini. Rambut Mei yang dicepol tinggi membuat lehernya terbuka, menjadikan angin lebih leluasa menyentuh kulitnya.

Ia tersenyum canggung, lalu menarik pelan lengan Mei agar berjalan lebih dekat padanya, “Ayo, cepat jalan. Kita pulang ke istana sebelum anginnya bertambah kencang.”

Mereka kembali melangkah, dengan langkah sedikit lebih cepat. Jalanan begitu lengang, hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar bergema di antara bangunan-bangunan tua. Sesekali suara burung malam dan ranting yang patah karena angin membuat mereka sedikit tersentak.

Keheningan malam menambah suasana menjadi agak menegangkan. Meski sudah biasa berada di luar, ada rasa was-was yang tak bisa dihindari.

Mei menoleh pada Putri Minghua dan berbisik, “Kalau ada yang muncul dari balik bayangan itu, saya akan teriak sekencang-kencangnya.”

Putri Minghua tertawa pelan, menenangkan dirinya sendiri, “Jangan-jangan malah aku yang duluan lari.”

Mereka pun tertawa kecil bersama, meski suara mereka tenggelam dalam gelapnya malam.

Sesampainya di gerbang istana, Putri Minghua langsung menghentikan langkahnya. Matanya menyapu sekitar dengan curiga.

“Mei, di mana para penjaga?” tanyanya pelan namun jelas, ada nada heran dan sedikit khawatir dalam suaranya. Biasanya, para penjaga selalu berjaga di depan gerbang, bahkan di malam hari seperti ini. Tapi kali ini... kosong. Tak ada satu pun yang terlihat.

Mei ikut memandang sekeliling, wajahnya tampak bingung. “Saya juga tidak tahu, Nona,” jawabnya perlahan, alisnya berkerut cemas.

Putri Minghua melangkah lebih dekat ke pintu gerbang yang besar itu. Ia mengepalkan tangannya, lalu mengetuk kayu tebal itu dengan keras, “Halo? Ada orang di sana? Ini aku, Putri Minghua!”

Tak ada jawaban. Hanya gema suaranya sendiri yang kembali padanya, terdengar menyayat di tengah malam yang sunyi.

Ia mengetuk kembali, lebih keras kali ini, dan berteriak lebih nyaring, “Tolong bukakan pintunya! Ada orang?!”

Namun tetap saja, tak ada suara, tak ada langkah kaki, tak ada bayangan lentera penjaga yang biasa menyala di balik pintu.

Mei menelan ludah, gelisah. “Kenapa bisa seperti ini…?” gumamnya pelan.

Putri Minghua memandang gerbang besar itu dengan napas memburu. Perasaannya mulai tidak enak. Ada sesuatu yang janggal malam ini.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari arah yang berlawanan. Putri Minghua dengan sigap menarik Mei untuk bersembunyi di balik pohon besar.

Mereka mengamati sosok misterius yang melintas dengan mengenakan pakaian serba hitam dan masker yang menutupi sebagian besar wajahnya, membuatnya sulit dikenali oleh siapa pun yang melihat.

Orang itu menoleh ke sekeliling, memastikan keadaan aman, lalu dengan lincah memanjat pagar dan menyelinap masuk ke dalam istana.

Mereka keluar dari tempat persembunyian saat suasana dirasa mulai aman.

"Mei, itu siapa? Penyusup bukan, sih?" tanya Putri Minghua dengan wajah bingung.

"Mungkin saja, Nona," jawab Mei dengan nada ragu, khawatir jika ucapannya dianggap sebagai tuduhan.

"Kita cari tahu nanti. Sekarang, bagaimana caranya kita masuk ke sana? Masa harus manjat sih..." keluhnya dengan ekspresi sedih.

Mei tampak sedang berpikir. Dari raut wajahnya, jelas terlihat bahwa ia tengah berusaha keras mencari solusi. "Nona, saya tahu jalan pintas, di belakang istana... tapi kita harus melewati pagar daun," ucapnya pelan, terdengar sedikit ragu.

1
Cha Sumuk
ap ga ada ingatan yg tertggl hemmm
Murni Dewita
double up thor dan tetap semangat
Nfzx25r: Iya, makasi
total 1 replies
Murni Dewita
next
Murni Dewita
nyimak
Murni Dewita
👣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!