Terbit setiap senin & jumaat.
Bima seorang detektif swasta yang macho dan keren. Yang dulunya adalah seorang polisi hebat. Dapat job untuk mencari dimana kepala mafia berada. Namun disatu sisi, dia pun harus melindungi seorang wanita. Yang merupakan tokoh kunci dalam sebuah kasus. Namun juga, dicurigai terlibat dalam kasus tersebut. Seharusnya dia profesional dalam menjalani pekerjaannya. Bukankah sudah hal biasa dia menghadapi wanita dengan segala macam bentuknya. Namun entah mengapa, kali ini beda. Diam-diam ternyata dia jatuh hati. Sekarang yang jadi bahan pertanyaan, beranikah dia mengakui perasaannya sedangkan dia lagi menjalani tugas penyamaran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonelondo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hubungan Sudah Erat
Ciuman yang sangat membara itu membuat mereka menginginkan lebih. Akibat n*fsu di antara mereka jadi tak tertahankan.
Saras mulai menggerayangi punggung Putra, dan berangsur-angsur meraba ke depan. Terus di rabanya dada bidang itu dari atas hingga ke bawah berulang-ulang. Dengan diselingin memberi pijatan nakal.
Sedangkan Boy akibat sentuhan itu, jiwa kejantan*nnya jadi semakin terpanggil, dan memang dia juga menginginkan lebih. Maka dia langsung mengangkat tubuh Saras, dan di naikannnya ke atas mesin cuci. Kemudian tangannya masuk ke dalam baju, dan menggerayangi punggung mulus Saras sambil mencari pengait bra di sana. Setelah ditemukannya, di bukanya. Lalu tangannya berpindah ke depan untuk bermain nakal dengan dua kekenyal*n di sana. Tapi sebelumnya dia menghentikan pangutan ciuman di antara mereka. Karena dia mau fokus menciumi leher Saras.
"Ahhh..."
Suara desah*n lolos dari bibir pemilik merah delima itu. Karena Boy rupanya bukan hanya menciumi leher Saras, tapi juga kadang memberi jilat*n. Hingga jadi menimbulkan kegelian di sekujur tubuhnya.
Suara desah*n Saras pun jadi semakin bergetar. Saat Boy sudah nggak sabaran dengan menarik bajunya ke atas, dan membukanya secara kasar. Kemudian bertatap muka dengan dua kebanggannya di depan. Dengan mengul*mnya lembut, dan kadang seperti anak kecil yang lagi meminta s*su ke ibunya.
"A-hhh... A-hhh..."
Saras terus menggeliat hingga ke dua tangannya harus menahan kenikmatan itu. Dengan berpegangan ke mesin cuci. Tentu postur tubuh Saras jadi seperti menyodorkan. Membuat Boy jadi makin liar menikmati buah d*da itu.
Keliaran Boy pun semakin menjadi-jadi. Saat dia mendorong tubuh Saras agar telentang dan menanggalkan c*lananya. Berikut dia pun membuka h*nduknya.
Meski telentang, tapi tidak menghalangi pandangan Saras untuk melihat kebanggaan Boy yang sudah men*gang, berur*t, bes*r, dan p*njang.
Wanita mana yang gak meleleh melihat bentuk seperti itu. Maka secara spontan wajah Saras jadi memancarkan aura sangat menginginkan p*stol itu. Untuk segera bertamu ke g*a miliknya.
Ya! Saat ini mereka tanpa s*helai pakaian. Jadi sudah bebas melihat tubuh asli lawan jenis di depan mereka.
Namun rupanya Boy belum mau ke arah sana. Meski dia menginginkannya, tapi dia ingin menikmati tubuh Saras dulu. Yang ternyata bersih, mulus, molek, dan wangi itu. Sekaligus juga dia ingin memberikan pelayanan yang tak terlupakan.
Lalu dia jongkok menjil*ti telapak kaki Saras, dan berangsur-angsur naik ke atas.
"Ahhh... Ahhh... Ahhh..."
Desah*n Saras jadi nggak karuan saat Boy berhenti di g*a miliknya, dan membuatnya jadi keb*sahan di sana. Keb*sahan itu pun membuahkan kl*maks. Akibat kelincahan lidah Boy yang membuatnya jadi tak berdaya.
Tapi rupanya ronde pertama itu baru pemanasan. Karena Boy terus memberi ronde-ronde berikutnya. Hingga Saras jadi terkulai lemas akibat caira*n di bawahnya terus dikeluarkan oleh Boy.
Tapi tenang, Boy bisa membangkitkan gair*h Saras lagi. Ya! Karena mereka belum melakukan permainan yang sesungguhnya.
Kemudian lidah Boy pelan-pelan naik ke atas. Sambil jarinya berkunjung ke g*a yang ditinggalkannya. Ya! Jarinya jadi kebagian tugas agar g*a itu tetap terangs*ng.
"A-hhh... A-hhh... A-hhh..."
Suara desah*n Saras jadi bergetar dan dia jadi kembali bir*hi. Akibat jari dan lidah Boy bermain di tubuhnya. Terutama jari Boy yang mengamankan area vit*lnya.
Sebenarnya setiap inci di tubuh wanita itu dimanjakan oleh pria itu. Bayangkan, dari kaki hingga ke atas. Jadi seperti mandi kucing.
Lalu Boy bermain-main kecil di perut rata Saras terutama lama di pusarnya. Kemudian dia berkunjung kembali ke buah d*da itu, dan naik lagi ke atas. Setibanya di bibir Saras, dia langsung menciumi bibir merah merona itu dengan ganas. Sambil jarinya purna tugas karena pist*lnya mau meluncur ke g*a itu.
Setelah pist*lnya sudah pakem, dia segera mengag*hi tubuh Saras tanpa ampun. Hingga mesin cuci itu jadi bergetar akibat dari goyangan kerasnya.
"Ahhh... Ahhh... Ahhh..."
Saras terus mendes*h nggak karuan saat Boy mendorong pist*l itu semakin cepat. Kecepatan itu pun membuatnya jadi melolong panjang akibat klim*ksnya mau datang. Dan bukan hanya Saras, Boy pun begitu. Maka mereka bersama-sama meraih puncak kenikmatan itu.
"Ahhh...!"
Rupanya percinta*n itu belum selesai. Setelah klim*ks mereka keluar, Boy mengangkat tubuh Saras dan membawanya ke kamar mandi. Membuat yang diangkatnya jadi terkejut akibat pergerakan tiba-tiba itu.
"Ah!"
"Ayo! Kita mandi," ucap Boy.
Dan di dalam kamar mandi mereka kembali berc*nta. Kali ini Boy, tidak mau menyia-nyiakan pist*lnya. Dia terus menghujami ke g*a itu. Dari selesai klim*ks lanjut lagi begitu seterusnya. Entah, saat ini sudah berapa kali permainan mereka. Terutama Saras sudah nggak terhitung lagi cair*n yang keluar di bawahnya.
Nggak lama kemudian mereka rebahan di kasur. Demi mengistirahatkan diri setelah lama berc*mbu mesra.
Boy dengan badan telentang dia cuek saja tanpa s*helai pakaian. Ya, mungkin karena mereka sudah berc*nta. Beda dengan Saras, dia tiduran dengan menutupi badannya memakai selimut. Mungkin karena dia wanita jadi masih ada rasa malu.
Lalu mata Saras diam-diam menelusuri dada Boy yang berotot, berundak-undak, dan sexy. Hingga berhenti di bawah p*dangnya. Dia begitu karena teringat percinta*n mereka barusan.
Sungguh, Boy bisa didefinisikan pria perkasa. Serta pelayanannya terhadap wanita bagus. Bayangkan, tadi dia dibuat seperti orang mabuk berc*nta. Sejujurnya juga dibuat jadi seperti ketagihan akan hal itu.
"Kenapa?"
Saras terkesiap karena Boy membuyarkan lamunannya. Buru-buru dia segera mencari alibi agar Boy tidak mempertanyakan kenakalan matanya. Ya! Boy pasti tadi melihat.
"Oh! Aku lagi merhatiin belas luka di dadamu."
Boy memiringkan badannya. Kemudian menarik tangan Saras, dan di taruhnya ke dadanya.
"Kamu pegang lagi saja, dan juga perhatiin lebih dekat lagi. Karena kamu pasti tadi tidak begitu memperhatikan."
Wajah Saras jadi semu. Tentu karena tadi mereka lagi berc*mbu mesra. Mana fokus dia ke hal itu.
"Kenapa kamu tidak mau mengatakan padaku. Ini, bekas luka karena apa?"
"Aku ini anak geng."
Maksudnya adalah nggak perlu dijelaskan. Seharusnya Saras sudah tahu resiko dari pekerjaannya.
"Lagian untuk apa kita membicarakan hal itu. Lebih baik kita fokus ke hal lain saja," lanjut Boy.
"Maksudmu?"
Boy menarik punggung Saras agar mereka semakin dekat.
"Apa kamu tadi menyukainya?"
Pertanyaan apa ini?
Jelas, mana mungkin Saras mau menjawab karena dia nanti bakal malu.
"Tapi matamu tadi mengatakan, iya."
Rupanya Boy gak bisa dialihkan! Dia kembali fokus untuk kenakalan mata Saras tadi.
"Aku, aku, aku..." Saras jadi grogi.
Boy meraih dagu di depannya, dan mendekatkan bibir itu ke bibirnya. Dia berbicara dengan mengakhiri mencium ringan bibir yang di bawanya.
"Aku sebenarnya lelah. Tapi untukmu, aku bisa memberi ekstra tambahan."
Boy langsung menyibak selimut yang menutupi tubuh Saras. Lalu memposisikan dirinya di atas tubuh Saras.
"Ayo, kita main di ranjang."
Maka pergumulan keringat mereka terjadi lagi. Juga suara desah*n mereka kembali mengisi rumah itu.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=@.@\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Bagi kalian mungkin sepele, tapi bagi seorang Author itu sangat berarti. Jadi kalau kalian suka novel ini. Yuk, beri dukungan ke Author dengan memberi like, komen & rating bintang 5. Biar Author terus semangat menulis dan menuntaskan novel ini.