NovelToon NovelToon
Paman CEO Itu Suamiku!

Paman CEO Itu Suamiku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duda / CEO / Nikah Kontrak / Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Lee_ya

Nayra Kirana, gadis berusia 22 tahun yang baru lulus kuliah, dihadapkan pada kenyataan pahit, ayahnya sakit keras dan keluarganya berada di ambang kehancuran ekonomi. Ketika semua pintu tertutup, satu-satunya jalan keluar datang dalam bentuk penawaran tak terduga—menikah dengan Arka Pratama, pria terpandang, CEO sukses, sekaligus... paman dari senior sekaligus bos tempatnya magang.

Arka adalah duda berusia 35 tahun, dingin, tertutup, dan menyimpan banyak luka dari masa lalunya. Meski memiliki segalanya, ia hidup sendiri, jauh dari kehangatan keluarga. Sejak pertama kali melihat Nayra saat masih remaja, Arka sudah merasa tertarik—bukan secara fisik semata, melainkan pada keteguhan hati dan ketulusan gadis itu. Ketika Nayra tumbuh dewasa dan kesulitan menghimpit hidupnya, Arka melihat kesempatan untuk menjadikan gadis itu bagian dari hidupnya.

Tanpa cinta, tanpa keromantisan, mereka memulai hidup sebagai suami istri berdasarkan perjanjian: tidak ada kewajiban fisik, tidak ada tuntutan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lee_ya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alma Nayla Arsyaka

Aku terbangun di tengah suara-suara asing. Cahaya lampu putih menyorot mataku, aroma disinfektan menusuk hidung. Kepalaku berat, tubuhku seakan bukan milikku lagi.

Tapi aku masih hidup, perlahan ku sentuh perutku, aku belum melahirkan dan yang lebih mengejutkan aku belum mati.

Suara alarm medis meraung—detak jantung Nayra menurun cepat. Tim medis bergerak serempak. Arka berdiri terpaku di luar ruang ICU, jantungnya seakan ikut berhenti.

Di luar ruang ICU, Arka duduk di depan dua dokter spesialis. Wajahnya tampak seperti telah bertahun-tahun tak tidur.

“Pak Arka, kita harus segera ambil keputusan. Bila kondisi Ibu Nayra tak stabil dalam 12 jam ke depan, kita harus melakukan operasi darurat. Sekaligus c-section dan persiapan dialisis.”

Arka mencengkeram rambutnya sendiri. Napasnya sesak.

“Kondisi Bu Nayra masih sangat fluktuatif,” ujar dokter nefrologi.

“Kami harus ambil tindakan darurat. Tapi untuk melakukan cuci darah jangka menengah, kita perlu donor ginjal dalam waktu dekat.”

“Kalau operasi caesar dipercepat, apakah aman?” tanya Arka.

“Kita bisa selamatkan bayi. Tapi kemungkinan komplikasi pada ibu sangat tinggi jika ginjal terus memburuk.”

Arka menutup wajahnya. Tangannya gemetar. Dunia seakan runtuh pelan-pelan di depan mata.

Dan donor...?” tanyanya dengan suara nyaris putus.

“Ada satu nama yang baru masuk dari database donor,” ujar dokter lain. “Pencocokan 90 persen. Tapi dia belum menyetujui secara resmi.”

“Siapa?” Arka mendongak cepat.

Dokter menyerahkan lembar data dan nama itu menghentikan dunia Arka seketika.

Revan Salim. Sahabat lamanya, dulu mereka sahabat tak terpisahkan. Tapi hubungan mereka memburuk karena masalah bisnis keluarga yang meretakkan segalanya.

Arka memegang lembaran itu dengan tatapan tak percaya.

“Dia tahu siapa yang butuh ginjalnya?” tanya Arka.

“Belum. Dia hanya datang atas panggilan umum dari rumah sakit. Tapi ia bersedia jika penerima adalah perempuan hamil yang butuh cepat.”

“Pencocokan dari pendonor sementara ini hanya satu yang paling cocok. Tapi tetap harus ada persetujuan tertulis.”

Belum sempat Arka menjawab, seorang pria tinggi dengan jaket gelap dan mata yang familiar berdiri di ambang pintu.

“Kalau kalian masih butuh ginjal... aku bersedia.”

Arka membalik badan. Napasnya tercekat. “Revan?”

Revan mengangguk. “Gue tahu ini bukan waktu untuk drama masa lalu. Tapi Nayra butuh ginjal, bukan permintaan maaf. Jadi biarkan gue menebus apa pun yang perlu ditebus.”

Arka menatapnya lama. Ada getir di matanya, ada luka yang belum sembuh. Tapi juga ada harapan yang tiba-tiba menyala.

“Kenapa lo mau?” bisiknya.

Revan mengangkat bahu. “Mungkin karena dulu gue pernah bilang, lo nggak tahu cara mencintai seseorang. Tapi hari ini lo buktikan bahwa gue salah. Loberubah, Ka, dan Nayra... pantas hidup.”

***

Sore harinya, Arka duduk berhadapan dengan Revan di ruang konsultasi.

Revan masih seperti dulu, tenang, logis, dan selalu menatap lurus.

“Gue tahu ini aneh,” kata Revan.

"Tapi waktu gue dengar tentang kondisi ibu hamil di sini yang butuh donor darurat entah kenapa, gue datang. Baru setelahnya gue tahu, ini tentang Nayra.”

Arka terdiam.

Revan menatap sahabat lamanya itu.

“Dulu kita musuhan karena hal sepele. Tapi gue tahu, Nayra bukan orang yang pantas menderita. Dan lo, Ka... lobukan lagi orang yang hidup hanya demi gengsi.”

Arka menunduk. Suaranya serak.

"Gue gak bisa maksa Lo, tapi kalau lo mau, Lo bisa menyelamatkan dua nyawa sekaligus.”

Revan menarik napas dalam.

"Anggap ini balasan, karena Lo pernah menyelamatkan adik guedari kecelakaan. Gue hutang nyawa dan sekarang, gue bayar lunas.” Ucap Revan sambil menepuk bahu Arka yang duduk di sampingnya.

***

Malam itu, Arka menemani Nayra yang mulai sadar kembali. Ia duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan Nayra dengan pelan.

“Ada kabar baik,” bisiknya. “Kita dapat donor.”

Aku membuka mata perlahan. “Siapa?”

“Teman lama. Tapi yang penting kamu bisa diselamatkan. Kita bisa diselamatkan.”

Aku tersenyum lemah.

“Kalau nanti aku gak kuat, janji ya kamu sayangi anak kita.”

“Ssst...” Arka menempelkan jari di bibirku. “Kamu akan kuat. Kamu selalu kuat dan kali ini kamu gak sendirian.”

***

Operasi dilakukan dua hari kemudian. Caesar darurat dan transplantasi tahap awal dilakukan bersamaan dalam jadwal yang sangat ketat.

Malam menjelang. Operasi dipersiapkan. Nayra dipindahkan ke ruang observasi intensif. Aku memandangi wajahnya yang tenang, terlalu tenang, seperti seseorang yang sedang berada di ambang pintu antara hidup dan tiada.

“Kalau kamu pergi, Nay, aku juga akan ikut hilang,” bisik Arka lirih sambil menggenggam tangannya.

Jam 01.17 dini hari, operasi dimulai.

Dokter membagi tim, satu fokus menyelamatkan Nayra, satu lagi mengevakuasi bayi dengan prosedur caesar darurat. Di ruang lain, Revan berbaring siap untuk mendonorkan ginjalnya, dibius perlahan.

Selama lebih dari tiga belas jam, Arka menunggu. Ia berjalan mondar-mandir, membaca doa-doa yang bahkan tak pernah ia hafal sebelumnya, merapal semua kemungkinan dalam benaknya.

Hingga akhirnya...

Suara tangis bayi terdengar dari balik pintu ruang operasi. Arka jatuh berlutut, menangis.

“Nayra... kita berhasil...”

Dokter keluar.

“Pak Arka,” panggil dokter dengan senyum lega.

“Anak perempuan, sehat dan sempurna. Ibu Nayra berhasil melewati masa kritis. Tapi pemulihan akan butuh waktu panjang.”

Arka menutup wajahnya, menangis untuk pertama kalinya dalam hidupnya bukan karena kehilangan, tapi karena diberi kesempatan kedua.

***

Tiga hari kemudian.

Aku membuka mata perlahan. Sinar lembut menembus jendela. Arka tertidur di kursi samping ranjangku, wajahnya lelah tapi damai dan di pelukannya seorang bayi mungil sedang tidur.

“Arka...” bisikku.

Ia membuka mata, lalu tersenyum. “Kamu bangun.”

Tanganku gemetar. “Aku... aku hidup?”

Arka mendekat, meletakkan bayiku ke dadaku. “Kamu lebih dari hidup. Kamu menyelamatkan dua hati aku dan dia.”

Air mataku jatuh. Bayi kecil itu menggerakkan bibir mungilnya, mencari payudara ibunya. Naluri alamiah yang menghubungkan dua jiwa yang baru bertemu.

“Siapa namanya?” tanyaku.

Arka mencium dahiku. “Kamu yang kasih nama.”

Aku menatap si mungil yang kini menggenggam jariku erat.

“Namanya... Alma Nayla Arsyaka. Artinya: cahaya jiwa dan keteguhan cinta.”

***

Satu minggu kemudian, aku duduk di ruang rawat dengan selang infus di tangan. Tubuhku masih lemah, tapi aku bersyukur aku masih hidup.

Arka menggendong bayi kecil kami. Matanya berbinar.

Aku menatap si mungil yang tidur tenang.

Dan untuk pertama kalinya, dalam waktu yang sangat lama, aku merasa aku tidak hanya kembali hidup. Aku benar-benar kembali menjadi aku.

Aku terlahir kembali menjadi sebagai ibu, sebagai istri dan sebagai perempuan yang pernah nyaris hancur tapi kini utuh kembali.

Saat ini aku benar-benar tahu, bagaimana caranya bersyukur karena setiap detik kehidupan adalah anugerah yang berharga.

***

1
Dini Aryani
mohon maaf, karakter istri egois. dia menuntut suami yg diinginkan semua istri, sedangkan dia tidak melakukan kewajiban sebagai istri apalagi sedang hamil, ketaatan pd suami yg baik. sudah jadi istri lho. tolonglah ada unsur edukasi buat istri, agar tdk ada yg meniru sesuatu yg buruk. saya sbg istri malu
Lee_Ya: terimakasih kak buat komentarnya, stay tune terus ya buat tau cerita selanjutnya....lope sekebon 😍😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!