NovelToon NovelToon
Secangkir Macchiato

Secangkir Macchiato

Status: sedang berlangsung
Genre:Single Mom / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Kehidupan Tentara / Fantasi Wanita / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Aksara_dee

"Bang Akbar, aku hamil!" ucap Dea di sambungan telepon beberapa Minggu lalu.
Setelah hari pengakuan itu, Akbar menghilang bagai di telan bumi. Hingga Dea harus datang ke kesatuan kekasihnya untuk meminta pertanggungjawaban.
Bukannya mendapatkan perlindungan, Dea malah mendapatkan hal yang kurang menyenangkan.
"Kalau memang kamu perempuan baik-baik, sudah pasti tidak akan hamil di luar nikah, mba Dea," ucap Devan dengan nada mengejek.
Devan adalah Komandan Batalion di mana Akbar berdinas.
Semenjak itu, Kata-kata pedas Devan selalu terngiang di telinga Dea dan menjadi tamparan keras baginya. Kini ia percaya bahwa tidak ada cinta yang benar-benar menjadikannya 'rumah', ia hanyalah sebuah 'produk' yang harus diperbaiki.
Siapa sangka, orang yang pernah melontarkan hinaan dengan kata-kata pedas, kini sangat bergantung padanya. Devan terus mengejar cinta Dealova.
Akankah Dealova menerima cinta Devan dan hidup bahagia?
Ikuti perjalanan Cinta Dealova dan Devan hanya di NovelToon.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 : Rumit

Ingin memiliki

Langit senja berwarna keemasan begitu memukau dengan hangatnya, setiap harinya senja selalu indah dan menarik. Seperti halnya Dea di mata Devan.

Saat Devan masuk ruang rawat, Dea sedang membacakan sebuah buku puisi untuk mama Devan. Konon, buku itu adalah mas kawin untuk Kartini saat menikah dengan Aditya Raharja, papa Devan. Warna covernya sudah menguning dimana tiap lembarnya memiliki cerita dan airmata.

Devan berdiri bersandar di dinding, tangannya ia lipat di depan dadanya menyaksikan interaksi mamanya dan Dea. Ia menunggu Dea menyelesaikan dua lembar lagi buku Stanza and blues, kumpulan puisi karya W.S. Rendra.

"Ma, sudah ya... Dea harus latihan tari di sanggar. Kalau Dev dan Dea ada waktu, kami akan mengunjungi mama lagi," pamit Devan.

"Selagi Tante di rawat di sini, Dea bisa datang ke sini sepulang kerja."

"Jangan nak, kamu capek nanti. Jangan sia-siakan waktumu untuk manusia renta ini," tolak Kartini.

"Engga kok Tan, sanggar Dea hanya lima belas menit dari rumah sakit ini."

"Dev akan kirim supir untuk antar Dea ke sini, Ma ... " janji Devan

"Terima kasih nak, mama tidak mau merepotkan. Lalu kapan mama boleh buka perban? Kamu sudah ketemu Frans?" tanya Kartini.

"Besok pagi perbannya sudah bisa dibuka, mam," ucap Devan. Kartini melebarkan senyumannya.

"Mama minta buka perbannya setelah ada Dea di sini. Atur waktunya dengan Frans, Dev."

Devan ingin menolak tapi Dea menyela dengan menyentuh lembut tangan Devan, "besok pagi aku bisa ke sini , Tante. Aku akan tukar libur dengan rekan kerja."

"Terima kasih, De," ucap Devan. "Kami pamit mam."

Saat di mobil, Dea memperhatikan Devan dari atas sampai ke pinggang dengan tatapan nakal. Devan memperhatikan dari ekor matanya.

"Kalau mulai jatuh cinta padaku, bilang aja ... Nggak usah disembunyikan gitu perasaannya," godanya.

Dea terkekeh, "Aku baru tahu, tubuh kekar dan berotot tidak jaminan dia nggak punya phobia."

"Eh! Pasti mama bocorin sesuatu nih, iya kan?!" tanya Devan tersenyum lebar tatapannya masih fokus ke jalanan.

"Ternyata ada ya orang takut sama serbet kotak-kotak," ejek Dea, ia menutupi mulutnya yang terbuka karena tertawa dengan sketchbook.

"Ada cerita dibalik itu, makanya aku sampai trauma," sahut Devan tidak terima di ledek Dea.

"Cerita apa, aku mau dengar."

"Jangan sekarang, kapan-kapan aja," tolak Devan.

"Mas berhenti di gang itu aja, jalan ke dalamnya lebih dekat. Dea menunjuk sebuah gang tempat sanggarnya berada.

Setelah mobil berhenti, Dea menyodorkan sketchbook miliknya. "Ini untuk mas."

"Apa ini?" Devan membuka lembar demi lembar gambar yang Dea goreskan di sana. Bibirnya sampai terus terbuka karena takjub.

Buku yang berisikan gambar wajah Devan dari berbagai sisi dan sedikit tulisan tentang kekesalan sekaligus kesabaran Dea menanti penjelasan Devan satu bulan lalu saat gagal jalan-jalan ke Dufan.

"Di tiap lembarnya ada tanggal dan sedikit tulisan yang bisa aku goreskan. Semoga mas Dev suka."

"Sangat suka! Terima kasih Dea," balas Devan dengan cepat.

Mereka berpisah setelah Devan mengusap kepala Dea dan memberi pelukan singkat, tatapan mereka saling mengerti ada perasaan yang tidak mudah diabaikan setelah ini, perasaan ingin saling memiliki.

Hari berganti, rumah sakit.

"Tante Tini, perbannya Frans buka. Tante tidak perlu khawatir jika saat melihat cahaya terasa nyeri, jangan bertindak gegabah seperti mengucek mata." perawat membantu membukakan perban di mata Kartini.

Dea berdiri di depan ranjang Kartini dengan perasaan harap cemas, berharap semoga operasi katarak mama Devan berhasil.

Kartini membuka matanya perlahan, semua terlihat samar, hanya warna hitam putih yang ia rasakan. Matanya terasa berpasir dan nyeri luar biasa, namun sebisa mungkin ia tahan.

"Frans, apa seperti ini rasanya?" tanya Kartini seakan kecemasan baru saja merenggut senyumannya.

"Seperti apa Tante?"

"Hanya hitam putih, samar, gatal dan seperti ada pasirnya," keluh Kartini.

Frans memeriksa retina mata Kartini dan meminta agar menggerakkan ke kiri dan ke kanan. "Tidak ada tanda-tanda infeksi, kondisi fisik bola mata tidak mengalami gejala yang mengkhawatirkan. Kalau terasa berpasir itu hal normal, Tante. Nanti akan sembuh seiring pengobatan."

"Tante, sabar ya. Tante pasti bisa melihat lagi." Dea berusaha menyemangati.

Di rumah Devan.

"Van, papa minta kita ikut ke Jakarta satu Minggu. Papa ingin mengenalkan kamu pada relasinya," ajak Kasandra.

"Ngga bisa, Ca. Aku sibuk persiapan HUT kesatuan ku," tolak Devan.

"Halah palingan kamu mau nemenin Kartini kan!" tuduh Kasandra.

"Kasandra! Dia mamaku! Seenaknya kamu menyebut namanya. Apa salah mamaku sama kamu, sampai kamu membenci mamaku!?" nada Devan meninggi.

"Kamu sadar dong, Van. Kemana dia waktu kamu diculik? Dia pergi bersama selingkuhannya. Mama Tyas yang menyelamatkan kamu dan merawat mu sampai kamu besar " bentak Kasandra.

Braaakk!!

Devan menampar meja kerjanya dengan keras. Matanya menatap Kasandra dengan tatapan kecewa.

"Kamu orang lain di keluargaku, tidak pantas kamu ikut campur apalagi memihak salahsatu dari mamaku. Aku tekankan sekali lagi. Mamaku tidak pernah selingkuh, dia perempuan suci yang diperlakukan tidak adil oleh papaku juga keluarganya."

Kasandra menaikan salahsatu sudut bibirnya ke atas, "Aku memang orang lain, tapi aku istrimu. Sementara dia hanya benalu di keluarga kita, penyakitan dan manja!" cela Kasandra tanpa perasaan.

Devan berdiri dengan tatapan nyalang, lalu mencengkram rahang Kasandra, amarahnya sudah di ubun-ubun. Ucapan Kasandra tentang mamanya semakin hari, semakin tidak bisa di tolerir.

"Apa pernah uangmu terpakai untuk membiayai hidup mamaku? Uang kalian yang katanya berlimpah tidak pernah menyentuh kehidupan kami!"

"Makanan, pakaian, rumah mewah yang lengkap, perhiasan, kendaraan, semua hasil jerih payahku. Dan apa yang kamu nikmati saat ini semua hasil keringatku. Andai aku ingin memberikan gunung emas pada mamaku, tidak akan mengurangi nafkah yang kamu pinta dariku. Camkan itu!"

"Woaah ... kamu ungkit semua yang sudah kamu keluarkan?! Kamu pikir aku tidak sanggup hidup tanpamu, tanpa uangmu! Aku bisa Devano! Aku bisa menafkahi diriku sendiri lebih dari yang kamu berikan padaku!"

"Aku tidak mengungkit! kalau kamu bisa sedikit saja menghargai hasil jerih payahku juga menyayangi mamaku. Aku tidak akan mengatakan semua ini. Aku memberimu nafkah dengan tulus tapi kamu selalu memancing amarahku, Ca!"

Merasa harga dirinya terinjak karena Devan mengungkit kekayaan yang ia nikmati dan Devan makin berani membela mamanya, Kasandra semakin meradang.

"Vano, aku ingin cerai! Aku ingin ceraaiii!!!" jerit Kasandra.

"Baik, besok aku akan ajukan gugatan cerai. Siapkan diri kamu di persidangan. Jangan merengek hak asuh Zie jatuh padamu. Jangan harap!!" ancam Devan, kini wajahnya sudah memerah menahan amarah yang terus dipancing Kasandra.

"Hak asuh Zia akan jatuh ke tanganku. Aku ibunya, aku yang berhak mendidik Zie."

Devan tersenyum mengejek, "Mendidik?" nadanya mencemooh. "Kita lihat saja nanti, siapa yang akan mengemis dan menjilat ludahnya sendiri." Devan keluar kamar lalu membanting pintu dengan keras.

"Aarrggkk ... !" jerit Kasandra.

Praankk ... Bruaakk!

Suara benda di lempar dan berjatuhan terdengar begitu nyaring hingga ke lantai satu.

Jangan Beri Janji.

Devan datang ke rumah sakit setelah Dea sudah pergi latihan tari ke sanggar. Wajah Devan kusut, masih ada sisa amarah yang ia bawa ke sana. Tatapan teduh mamanya melunturkan perlahan amarah yang masih tersisa.

"Ma... Bagaimana sekarang, apa sudah bisa melihat dengan jelas, apa yang mama rasakan sekarang?" tanya Devan.

"Masih samar, Dev. Kecuali melihat gadis cantikmu, mata mama terang benderang," gurau Kartini.

"Bagaimana menurut mama, tentang Dea. Apa mama menyukainya?"

"Kalau mama harus jujur, sangat jauh berbeda dengan Kasandra. Dea cantik luar dalam, tapi dia tidak bisa kamu miliki saat kamu masih bersama Kasandra. Pilih salahsatu, Dev. Jangan bawa dia masuk dalam rumah tangga kalian yang sudah retak."

"Rumah tanggaku bukan hanya retak Ma, tapi hancur. Aku muak menjalani rumah tangga seperti ini," keluh Devan sambil merebahkan kepalanya di pinggir ranjang.

"Selesaikan satu persatu. Jangan beri Dea janji manis yang akan membuat dia membencimu suatu saat nanti."

"Mama tahu kan proses perceraian di kesatuan ku seperti apa. Sulit Ma ... Sama seperti papa dengan mama Tyas. Tapi aku membutuhkan Dea sekarang. Ijinkan aku menikahi Dea, Ma. Jangan samakan aku dengan papa. Cintaku pada Dea lebih kuat, daripada cinta papa pada mama."

"Sok tahu kamu! Papamu waktu mendekati mama juga sama sepertimu, bucin abis, kalau anak sekarang bilang. Tapi akhirnya, mama juga yang harus mengalah karena keadaan." Kartini menggeser bokongnya untuk mengambil buku yang ada di bawah tubuhnya.

"Kamu baca lembar kelima buku ini. Di sana ada curahan hati papamu yang sangat menginginkan mama saat itu. Tapi apa sekarang? Dia memilih istri pertamanya dan memisahkan kita," tutur Kasandra.

"Kamu bisa hadir sebagai Kaka bagi Dea. Tahan dulu perasaanmu sampai hubungan kamu dan Kasandra benar-benar selesai. Untuk saat ini jangan beri Dea janji-janji manis yang tidak bisa kamu tepati," imbuh Kasandra.

"Aku tidak rela Dea dimiliki orang lain Ma, restui aku menikahinya, dan aku memilih egois kali ini. Hatiku terbakar cemburu saat ia tersenyum bersama orang lain," ungkap Devan tentang perasaannya.

1
🌞Oma Yeni💝💞
saat hati terluka,, lanjutkan makan habiskan mienya sampai tuntas tak bersisa /Facepalm/
🌞Oma Yeni💝💞: paling males aku tuh, lagi asyik balas komen, ada tulisan muncul, komen anda terlalu cepat BLA BLA BLA BLA
Aksara_Dee: pedes ya sampe ke hidung
total 2 replies
🌞Oma Yeni💝💞
wadduhh, kamu kurang hati hati nih devan
Aksara_Dee: playboy amatir 😅
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
komandan nya udah tahu
Aksara_Dee: istrinya melangkah LBH dulu ka
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
cuma sesama wanita yang paham rasa itu, para pria belum tentu
Aksara_Dee: cowo mah bisanya bikin porak poranda hati cewe
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
bukan urusanmu nduukk
🌞Oma Yeni💝💞: sotoy banget /Facepalm/
Aksara_Dee: Kasandra sotoy yaa
total 2 replies
🌞Oma Yeni💝💞
bheuh,,, lagakmu cah ayuuu,, mertua di panggil nama
🌞Oma Yeni💝💞: iya, aneh Kasandra itu
Aksara_Dee: sakit hati sama siapa, mertuanya yg dihina
total 2 replies
🌞Oma Yeni💝💞
pencuri bukan di rayu tapi ditangkap pak devan
Aksara_Dee: di tangkap ke hatinya
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
dunia terbalik ini mah /Facepalm/
Aksara_Dee: ngerayu jalur ektrim ka
total 1 replies
🌞Oma Yeni💝💞
usir aja pak usir /Chuckle/
Dee
Ca deserve better! Jangan mau jadi second lead di hidup orang.
Kok Kasandra jadi side character di cerita cintanya Devan sama wallpaper 😭
Aksara_Dee: cara dia meminta maaf jg saah sih
total 1 replies
Dee
Delapan tahun bukan waktu yang sebentar, tapi dihancurkan begitu saja oleh kehadiran orang ketiga. Tapi, itu karena salahmu jg kan?!
Aksara_Dee: dia terlalu percaya diri Devan akan selamanya tunduk padanya
total 1 replies
Dee
Cakeepp...
Aksara_Dee: makjleb
total 1 replies
Dee
Ternyata Aca bisa tertarik jg ya, sama 'orang susah'
Aksara_Dee: bagi dia yg penting style
total 1 replies
Dee
GR deh... Akbar...
Aksara_Dee: tanpa rayuan dari Dea, Akbar udah tergoda
total 1 replies
Dee
Tuh kan bener, Akbar aja gemes😄
Aksara_Dee: nanti ada di episode BRP aku lupa, Akbar komen. udah kecil, ngerepotin, pemarahnya kayak swan tapi bikin gagal move on
total 1 replies
Dee
Hihi...lucu Dea, bikin gemes..
Aksara_Dee: di jadiin mainan bener si Dea
total 1 replies
Dee
Baca ini bikin aku jadi pengen ikut nimbrung sambil minta dibuatin kopi juga 😆
Aksara_Dee: seru yaa kalau lagi camping gt, bikin makanan bareng² kayak mau main masak²an
total 1 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
suami salah jika tak bisa sabar & menuntun istrinya. tapi jika istri pembangkang padahal suami sudah berusaha menjalankan tugasnya, apakah tetap bisa dikatakan suami salah? 😔😔
kasihan juga pada Kasandra, tapi mau gimana lagi? udah telat.
semoga zie tidak jadi korban
Aksara_Dee: gengsinya tinggi bgt sih dia
Aksara_Dee: SDH aku share ka 🙏
total 7 replies
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
dan wanita itu adalah dea.
Aksara_Dee: iya ka
total 1 replies
Abu Yub
Emangnya aku ngak punya kaki buat kesini. iyalah! Kan udah di sini, masak di sana/Curse/
Aksara_Dee: wkwkwkwk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!