Sinopsis:
Tertidur itu enak dan nyaman hingga dapat menjadi kebiasaan yang menyenangkan bagi banyak orang, namun jika tertidur berhari-hari dan hanya sekali dalam sebulan terbangun apakah ini yang disebut menyenangkan atau mungkin penderitaan..
Sungguh diluar nalar dan hampir mustahil ada, tapi memang dialami sendiri oleh Tiara semenjak kecelakaan yang menewaskan Ibu dan Saudaranya itu terjadi. Tidak tanggung-tanggung sang ayah membawanya berobat ke segala penjuru Negeri demi kesembuhannya, namun tidak kunjung membuahkan hasil yang bagus. Lantas bagaimanakah ia dalam menjalani kehidupan sehari-harinya yang kini bahkan sudah menginjak usia 16 tahun.
Hingga pertemuannya dengan kedua teman misterius yang perlahan tanpa sadar membuatnya perlahan pulih. Selain itu, tidak disangka-sangkanya justru kedua teman misterius itu juga menyimpan teka-teki perihal kecelakaan yang menewaskan ibu dan saudaranya 3 tahun yang lalu.
Kira-kira rahasia apa yang tersimpan..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca4851c, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 12
Saat itu di dalam mobil tampak percakapan dua orang Anak kecil yang terdiri dari Laki-laki dan Perempuan sedang duduk berdua di belakang.
Awalnya Mereka nampak akrab, namun tiba-tiba sebuah keributan kecil terjadi diantara Mereka berdua, yang menyebabkan Seorang Wanita muda yang berkisaran dua puluh lima tahun itu menengok ke belakang dari kursi depan.
"Arkaa, Annell..Diam!", seru jutek Wanita cantik dengan paras bak Dewi yunani kuno itu.
"Annel Ma, dia menampar Arka", adu Anak Laki-laki itu pada Wanita tadi.
"Salah sendiri jahilin Aku", ejek Anak Perempuan itu.
"Udah-udahh..tidak bisakah kalian diam sejenak, Kita akan melewati area berbahaya jadi DIAMM!", marah Wanita yang dipanggil Mama pada kedua Anak kecil.
"Mah, yang sabar...Mereka berdua masih Anak-anak jadi nanti juga menjadi diam sendiri saat capek", ujar Lelaki tampan yang sedang mengemudi di sampingnya itu menenangkannya.
Setelah itu suasana beralih menjadi hening, apalagi menjelang malam hari Mereka mulai memasuki area hutan. Kabut-kabut pun mulai menyelimuti Mobil yang tengah Mereka kemudikan, begitu hawa yang begitu dingin terasa menusuk dan terasa hingga ke tulang-belulang.
Beberapa penghuni mobil tersebut tampak begitu lesu dan mengantuk, termasuk juga dengan kedua Anak kecil yang terduduk di kursi belakang itu.
"HOAAMM"
Melihat Sang Adik yang berkali-kali menguap membuat Anak Lelaki itu menarik lembut kepala Adik Perempuannya dan menyandarkannya di bahu sebelah kirinya.
"Tidurlah Princess", seru Anak Laki-laki itu tepat di sebelah telinga Adiknya.
Hingga mobil berbelok ke pertigaan jalan, tiba-tiba nampak sebuah cahaya kekuningan yang awalnya kecil kini perlahan membesar.
Diwaktu yang secepat itu tanpa sadar membuat Lelaki yang mengemudikan mobil terpaksa banting setir, mobil akhirnya hilang kendali dan perlahan oleng menabrak sebuah pohon besar.
"Aakkhhh"
"Aaakkkhhh"
Secara tiba-tiba semuanya perlahan menjadi gelap, dan tidak terlihat apapun lagi.
'Gelap'
'Lagi-lagi hanya ada kegelapan seperti biasanya..'
'Tak apalah ini sudah biasa, Aku baik-baik saja'
Lama berjalan dalam kegelapan yang tanpa arah dan tujuan ini membuatku begitu pasrah.
Namun selang beberapa lama dalam kegelapan ini, nampak setitik sinar kekuningan di depan sana. Ku coba mengejarnya semampuku, dan ternyata kudapati diriku tengah terbaring di suatu tempat yang asing.
Ku coba mengerjabkan mataku berkali-kali untuk menetralisir penglihatanku yang tadinya buram hingga kini perlahan semuanya menjadi semakin jelas.
Ku edarkan pandanganku ke sekeliling dan Ku dapati Seorang yang tak asing bagiku tengah tertidur dengan posisi duduk seraya tangannya menggenggam tangan kiriku.
Jika diamati lagi, ternyata seluruh ruangan ini bercorak putih tulang dengan bau khas obat-obatan yang begitu menyeruak indra penciumanku.
Ya, tidak salah lagi sekarang Aku terbangun di Rumah sakit dengan beberapa selang yang melilit tubuhku dimana berpusat pada suatu monitor di samping kanan. Tetapi, tempat ini terlihat berbeda dari bangsal yang biasanya Ku tempati .
Belum sempat mencerna segala sesuatu yang ada di hadapanku, kini kurasakan pergerakan seseorang yang tadinya tertidur dengan kepala menelungkup di atas ranjang.
"Ara..., kamu sudah bangun Nak", seru Papa yang tidak bisa lagi menyembunyikan keterkejutannya dengan ekspresi berbinar-binar menatapku.
"Pa, sekarang Ara dimana? Ini beda dari biasanya..", ucapku dengan bingung melihat ke sekeliling.
"Ceritanya panjang Nak, hingga akhirnya sekarang Kamu sampai di sini", jelas Papa sembari membelai surai hazelku lembut.
"Papa ihh, lagi-lagi gak mau cerita", seruku dengan menggelembungkan kedua pipiku.
"Nanti saja Papa cerita sesudah Kita pulang ya, yang terpenting sekarang Princess Papa udah bangun dan pastinya lapar kan?", ujar Papa.
"He em..", anggukku apa adanya. Lantas Papa pun berdiri dan tampak sedikit kebingungan mencari sesuatu.
"Bentar ya, Papa carikan Suster dulu untuk mengecek kondisimu setelah itu Kita lanjut makan", pamit Papa yang langsung beringsut keluar ruangan.
Namun tepat ketika akan melangkah keluar dari pintu tiba-tiba saja berpapasan dengan seorang Pemuda berperawakan tinggi tegap dengan surai pirangnya. Entah apa yang Mereka berdua katakan, namun yang kulihat Pemuda itu hanya mengangguk pada Papa yang berdiri membelakangiku.
Tak lama setelah itu, bayangan Papa sudah hilang dari pandanganku, hingga kini yang kudapati hanya Pemuda asing itu berjalan pelan ke arahku dengan membawa beberapa kotak makan.
Jika dilihat-lihat parasnya mirip Bule apalagi dengan surai pirangnya yang semakin mendukungnya. Pemuda itu tampak salah tingkah dan menggaruk tengkuknya yang sepertinya tidak gatal seraya tersenyum manis padaku.
Aku yang masih bingung dan tidak mengenalnya hanya diam termenung melihatnya yang tampak menata beberapa kotak makan itu di atas brangkas di sampingku.
"Nona Ara sudah bangun..", sapanya dengan tetap menyunggingkan senyum ramahnya padaku.
"Iya, Anda siapa ya?", tanyaku to the point.
"Perkenalkan nama Saya Andi", seru dia seraya mengulurkan tangan kanannya padaku.
Aku yang sebenarnya masih ragu, namun tetap berusaha akan membalas uluran tangannya, tiba-tiba saja dikejutkan dengan kedatangan Papa beserta seorang Dokter perempuan berhijab yang begitu cantik dan anggun.
Aku dan Andi pun segera menarik kembali uluran tangan masing-masing, ku lihat Dokter Perempuan yang berparas khas Indonesia itu tersenyum mendekatiku.
"Hai Ara, Perkenalkan Aku Amy dan selama di sini akan berusaha semaksimal mungkin merawatmu menggantikan Dr. Ryan", jelas Dokter perempuan yang ternyata bernama Amy itu padaku.
"Baik Dok, Terima kasih", jawabku dengan senyum terbaikku.
"Okey, Saya periksa kondisimu dulu ya", serunya dengan menempelkan stetoskop ke arah dadaku, kemudian meraih tanganku dan menekannya sedikit pada area nadiku.
"Alhamdulillah, keadaannya semakin membaik Tuan Revaldi. Ini jauh lebih cepat dari perkiraan Saya sebelumnya, Ara terbangun selang sehari setelah formula itu dimasukkan", jelas Dokter Amy yang menatap Papaku dengan ekspresi berbinar.
Ekspresi itu mungkin terlihat normal bagi orang lain yang melihatnya, namun tidak bagiku.
...*** ...
(Hari pertama terbangun)
Siang ini Aku sudah diperbolehkan Dr. Amy pulang karena kondisiku yang ternyata sudah membaik dalam waktu yang begitu cepat. Oleh karena itu, Aku segera memaksa Papa untuk pulang saja karena bosan terlalu sering berada di Rumah Sakit, akhirnya Papa terpaksa membawaku pulang.
Sejak tadi pandanganku tiada hentinya menatap lalu lalang segala keramaian di jalanan dengan berbagai macam gedung tinggi pencakar langit yang ada di kota ini.
"Pa, ini sepertinya bukan jalanan yang biasanya Kita tempuhkan?", tanyaku memastikan.
"Ya, Kamu benar. Sekarang Kita berada di Singapura", jawab Papa singkat padat dan jelas.
"Apa?, sejak kapan dan bagaimana bisa", tanyaku beruntun.
"Tenang..Honey, Papa bawa Kamu ke sini langsung setelah mulai masa tidur saat itu karena usulan dari Ryan", jelas Papa.
" Dr. Ryan sepertinya sudah angkat tangan tentangku, jadi apakah keadaanku semakin memburuk?", tanyaku dengan linglung.
"Tidak, Honey...jangan berpikiran seperti itu. Ryan hanya beranggapan bahwa Dr. Amy jauh lebih handal kinerjanya untuk merawatmu, buktinya sekarang Kondisimu semakhin membaik", jelas Papa menenangkanku.
Semenjak saat itu Aku lebih memilih diam dan melihat-lihat sekitaran saja untuk meredamkan kekecewaan ini karena belum siap berpisah dari Bu Ratna yang telah merawatku dari kecil.
Tidak beberapa lama, akhirnya mobil yang Papa kemudikan memasuki sebuah padang rumput yang begitu panjang dengan beberapa pohon buah-buahan di sekeliling jalan. Tidak hanya itu, jarak antar Rumah di sini juga lumayan berjauhan dengan dipisahkan sebuah lahan yang luas.
Belum sampai lima menit Papa mengendarai mobil dengan kecepatan penuh, kini mobil berhenti di sebuah pekarangan rumah. Tanpa lama-lama Ku langkahkan kaki jenjangku ke luar dari mobil dan menginjakkan diri di sebuah pekarangan yang tak kalah luasnya dengan halaman Rumahku.
Pandanganku secara spontan menelusuri ke segala penjuru Rumah besar ini yang tidak terlihat seperti Rumah, melainkan justru terlihat seperti sebuah Kastil dengan nuansa agak gelap itu.
'Ih, seremnya tempat ini...ngapain juga Papa memilih tinggal di tempat seperti ini'
Tak lama setelah Papa turun dari dalam mobil, keluarlah Seorang Perempuan paruh baya yang tenggat usianya terlihat jauh lebih tua dari pada Papa.
Wanita dengan paras khas Indonesia itu berjalan menghampiri Kami, dengan senyum ramah yang tak luput dari wajahnya yang sedikit keriput.
"Nona Ara akhirnya bangun.., Perkenalkan Saya Hannah dan selama di sini akan mengurus segala keperluan Kalian", seru Wanita yang ada di hadapanku itu memperkenalkan diri.
"Hai, Nyonya Hannah..Salam kenal", sapaku yang tak kalah ramah dengannya juga.
"Mari masuk bersama Saya", ajak Nyonya Hannah.
Aku melirik Papa sejenak yang juga tampak sedang menatapku dan tiba-tiba mengangguk seolah mengerti apa maksudku.
Aku pun berjalan mengikuti Nyonya Hannah, sementara itu Papa tetap terdiam di belakang sembari mengawasi Para Bodyguard yang tampak mengeluarkan dan membawa barang-barang dari dalam mobil.