Satu kesalahan ku yang sangat aku sekali dalam kehidupan ini. Yaitu memaafkan sebuah pengkhianatan. Pengkhianatan yang akhirnya membawa ku jatuh menjadi wanita yang hidup pada masa lalu karena sakitnya sebuah pengkhianatan.
Suami ku adalah dalang dari rasa sakit ini. Dengan alasan anak aku mencoba untuk bertahan. Namun pada akhirnya aku tak sanggup lagi hidup dalam bayang-bayang rasa sakit dikhianati,dan diam-diam aku membuat sebuah keputusan besar yang tak pernah disadari oleh suami ku.
Ingin tahu keputusan besar apa yang akan diambil ? hai readers tercinta,silahkan membaca kelengkapan alur cerita ini sampai selesai ya ? Aku yakin kalian pasti akan terhibur. Selamat membaca 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinly Secret, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18 Tak Lagi Perduli Dengan Apapun Yang Ditawarkan Mas Dani
Ku kira Mas Dani akan lama perginya. Baru lima belas menit ia sudah kembali. Di tangannya terdapat beberapa sayur dan beberapa bungkus mie. Aku melihat sebentar dan masuk kembali ke dalam kamar.
Aku berbaring di samping Kinara sambil mulai membuat karya baru di aplikasi berbayar. Baru beberapa menit memfokuskan diri,tiba-tiba Mas Dani datang dan bertanya.
"Nggak ada beras ?" Pertanyaan yang dilontarkan Mas Dani tanpa basa-basi. Akhirnya dia sendiri yang memulai percakapan.
Aku menatap suamiku ku itu sebentar Dan tertawa dalam hati. Ternyata tebakan ku benar. Ia lapar. Kasihan sekali. Ingin rasanya aku tertawa sekeras-kerasnya untuk merayakan kemenangan ku kali ini. Tapi aku harus berpura-pura biasa agar dirinya tak curiga.
"Nggak ada lagi. Semua bahan makanan sudah habis." Jawab ku dan kembali lagi fokus pada layar handpone di tangan ku.
"Haaaah ....." Terdengar helaan nafas yang panjang dihembuskan oleh pria tampan itu di depan ku. Untuk beberapa saat ekor mata ku melihatnya masih berdiri mematung,mungkin sedang berpikir untuk membuat peraturan baru.
ku pikir Suami ku itu akan menurunkan egonya karena lapar dan meminta ku untuk memasak serta tak lupa meminta maaf padaku. Namun ternyata,ia begitu gengsi. Rela kelaparan serta kebingungan dan tak ingin menurunkan ego nya.
Saat aku melihat ke pintu,tak ada lagi dia di sana. Sepertinya telah pergi ke dapur,entah utuk memasak atau mungkin ke ruang depan untuk menghubungi mantannya. Karena setahu ku,Mas Dani tak bisa memasak.
Selesai melaksanakan tugas ku di aplikasi berbayar,aku pun ingin segera tidur. Samar-samar indera penciuman ku merasakan aroma mie. Tampaknya suami ku itu telah berhasil memasak mie. Sebuah pencapaian yang luar biasa.
Karena kelelahan yang sangat,aku pun langsung terlelap. diri ku tak sadar kapan Mas Dani menaiki ranjang dan ikut tidur di samping kami.
Pagi-pagi aku bangun dan langsung menuju dapur. Niat ku ingin mengambil air dan setelah itu akan pergi ke rumah Bibi Zahra untuk memasak. Anak ku Kinara harus makan setelah bangun tidur.
Betapa terkejutnya diri ku melihat penampakan dapur yang sangat mengerikan. sampah bekas mie instan berserakan di mana-mana. Serta penggorengan bersama teman-temannya jatuh. Belum lagi sayur-mayur yang gagal di masak berserakan di mana-mana.
"Astaga,ternyata seperti ini jadinya ketika aku tak turun tangan. Mengerikan sekali. Padahal aku masih ada dan tinggal di sini. Bagaimana nanti jika aku telah meninggalkan rumah ini." Gumam ku sambil geleng-geleng kepala. Jangan harap aku akan membersihkan kekacauan ini. Lagipula dia sendiri yang menginginkan semua ini terjadi. Aku pun melenggang pergi dari dapur dan kini keluar rumah menuju rumah Bibi Zahra sebelum putri ku bangun.
Berbekal kunci cadangan yang diberikan oleh bibi Zahra sendiri,aku bisa masuk dengan leluasa di dalam rumah besar dan megah tersebut. Suasana rumah masih sepi. Bibi Zahra rupanya masih tidur. Segera ku Tanak nasi dan mengolah bahan-bahan sayur yang ada. Sekalian juga aku masakkan untuk di makan bertiga nantinya bersama Bibi Zahra.
Hanya setengah jam pekerjaan ku sudah selesai. sayur dan beberapa lauk sudah tersedia di atas meja. Waktunya untuk kembali ke rumah dan melihat apakah putri ku sudah bangun atau belum.
"Dari mana ?" Suara Mas Dani mengejutkan ku saat masuk ke dalam rumah. Sejenak aku panik namun dengan cepat langsung menguasai diri.
"Dari samping. Motong beberapa rumput yang tinggi." Jawab ku dengan jawaban asal. Aku berharap suami ku itu tak curiga.
"Nggak masak ?" Tanya nya lagi. Rupanya ia masih perduli.
"Nggak,nggak ada bahan makanan."
"Trus mau makan apa ?"
"Minum air saja biar tahan lapar."
"Kinara kamu kasih makan apa ?" Kali ini kulihat ekspresi wajah suami ku itu tampak terkejut. Lucu saja. Kenapa dia baru sadar sekarang tentang anaknya. Apakah kemarin dirinya sedang di rasuki setan sehingga lupa pada putrinya ?
"Air juga." jawab ku singkat dan berlalu masuk ke dalam kamar.
Ku dengar Mas Dani mengikuti dari belakang. Aku pura-pura tak tahu dan merapikan selimut yang tak dilipat oleh Mas Dani. Putri ku Kinara terlihat masih tertidur pulas.
"Kok kamu bisa membiarkan Kinara nggak makan ? Usaha kek bikin apa. Gimana kalau Kinara sakit ?" perkataan Mas Dani membuat ku langsung emosi. Padahal masih pagi. Tanpa bisa ku tahan,langsung ku jawab kata-katanya.
"Aku bisa ? Bukankah kamu lebih bisa Mas ? Membiarkan anak dan istri mu kelaparan di rumah. Bukankah ini yang kamu ingin kan ? Kami berdua kelaparan di rumah. Kenapa sekarang kamu kuatir ? Kemarin-kemarin ke mana pikiran mu ?" Panjang lebar ku balas suami bodoh ku itu. Membuatnya langsung terdiam. Hal ini tak membuatku menghentikan kata-kata ku.
"Pikirkan saja sendiri perut mu. Bersenang-senanglah di luar bersama masa lalu mu. Tapi ingat,jangan sampai suatu saat kamu menyesal." Akhirnya kata-kata ini keluar dari mulut ku. Susah paya mencoba untuk menahannya namun aku sudah tak sanggup.
"Apa maksud mu ? Masa lalu ?"
"Jangan pura-pura bodoh Mas. Aku tahu semuanya."
"Sudah ah,masih pagi kita berdua ribut. Lagian Kinara masih tidur. Kendalikan emosi mu. Aku minta maaf. Nanti pulang aku belikan bahan makanan." Ujar Mas Dani demi menghindari cercaan dari ku. Sepertinya ia takut ketahuan dan memilih untuk menghindar.
Aku tak merespon kata-katanya dan lebih memilih pergi mencuci pakaian. Sekalipun ia tak membeli bahan makanan aku masih bisa makan. beruntung Tuhan memberikan ku jalan sehingga bisa mencari uang diam-diam,sehingga bisa digunakan di saat seperti ini. Bayangkan saja jika aku tak memiliki penghasilan apapun,mungkin saja diri ku akan hidup meminta-minta demi sesuap nasi untuk putri ku.