NovelToon NovelToon
PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

PERGI DENGAN SEKEPING HARAPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Single Mom / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ranimukerje

Istri kedua itu memang penilaiannya akan selalu buruk tapi tidak banyak orang tau kalau derita menjadi yang kedua itu tak kalah menyakitkannya dengan istri pertama yang selalu memasang wajah melas memohon simpati dari banyak orang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ranimukerje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Pertanyaan

Pagi menjelang siang dikediaman keluarga wijaya. Kebetulan akhir pekan, jadi lim kusuma tak harus pergi kekantor atau menghadiri sebuah pertemuan.

"Dia sudah bangun ma?"

Dia, yang dimaksud oleh lim kusuma adalah nara anak menantu yang semalam pulang dalam kondisi tidak sadarkan diri.

"Belum, kayaknya mabuk parah."

"Ya pasti mabuk parah, orang kesini sampai ga sadar kok."

Nada suaranya pelan tapi kata katanya menusuk. Dewi diam, enggan mendebat karena tau sejak semalam suaminya menahan amarah yang pasti siap meledak kapan saja.

Boleh minum, menikmati alkohol itu tidak disalahkan asal jangan berlebihan dan sampai mabuk seperti nara ini. Reputasi keluarganya yang jadi taruhan, nama wisnu juga namanya yang akan tercoreng. Apalagi nara diketahui minum disebuah club malam. Datang kesana tanpa suami padahal statusnya adalah seorang istri.

Sungguh, kali ini lim kusuma tidak bisa membiarkan menantunya ini. Bukan mau membeda bedakan hanya saja dampaknya akan sangat besar bagi perusahaan juga nama baik wijaya.

Pintu kamar tempat nara tidur diketuk pelan dari luar. Nara yang sudah bangun sejak 1 jam yang lalu menatap pintu itu dengan raut gelisah. Ia tau dimana dirinya berada sekarang ini.

"Rumah mertuanya"

Kepala masih pusing tapi itu bukan masalah utama yang sekarang mengisi penuh pikirannya. Bagaimana kalau saat keluar kamar bertemu dewi bahkan lim kusuma, nara tak yakin kalau dua orang yang ia benci tidak tau akan kondisinya semalam. Kenapa juga temannya harus mengantarkan dirinya kemari kan bisa menelpon wisnu saja atau mengantarkan saja dirinya kerumahnya.

Ck

Nara berdecak kesal. Belum usai benang kusut dikepalanya terurai, suara ketukan pintu itu terdengar lagi. Pelan, tidak yang sampai diketuk keras atau bahkan digedor tapi tetap saja nara kesal sekaligus marah.

Dengan langkah enggan, nara menuju pintu dan membukanya. Nampak, bibi berdiri disana dengan wajah sungkan.

"Non, disuruh kemeja makan sama nyonya. Ini sudah siang."

Benar, ini sudah siang jam sudah menunjukkan pukul 10.25. Waktu sarapan sudah lewat dan sebentar lagi waktunya makan siang.

"Ayo non, makanannya sudah bibi siapkan."

Belum semoat nara buka suara, bibi sudah berbalik arah. Mau tak mau nara mengikuti langkah bibi menuju ruang makan padahal tadinya mau minta dibawakan makanan ke kamar saja.

"Ayo non, silahkan."

Dimeja makan, ada sup daging perkedel kentang sambal ati juga tumis brokoli. Perut nara keroncongan tapi ia tak berselera dengan makanan yang ada didepannya. Diatas meja, disamping piring yabg masih kosong ada secangkir teh dengan aroma jahe. Nara melirik sebentar lalu tangannya meraih cangkir.

Ditiup pelan dan diminum. Aroma jahenya menenangkan dan saat diteguk kehangatannya mengalir dikerongkongan, sejenak nara merasa lega walau tidak benar benar lega.

Teh jahe habis setengah, nara bangkit. Meninggalkan meja makan dan menuju kamar tamu guna mengambil tasnya. Tak ia sentuh sedikitpun makanan diatas meja karena memang semua itu bukan seleranya. Nara tak suka makan makanan berat saat baru bangun tidur.

"Duduk"

Saat kakinya batu sampai dipintu penghubung antara ruang keluarga dan ruang tamu. Suara dingin nan tegas langsung membuat langkah kaki nara berhenti, bahkan lututnya langsung lemas.

"Duduk, ra. Papa mau bicara."

Dewi disana duduk disebelah lim kusuma, suaminya. Dengan gerakan pelan, lim kusuma meletakkan koran yang tadi ia baca diatas meja. Auranya menakutkan dan kali ini nara merasa dirinya terancam padahal biasanya ia akan selalu angkuh saat berhadapan dengan orangtua suaminya.

"Yang kamu lakukan semalam itu sungguh memalukan, walau tidak mencolok tapi tetap saja saya tidak suka."

Nara duduk didepan mertuanya dengan wajah datar tanpa ekspresi, ia mempertahankan harga dirinya sebaik mungkin.

"Hanya minum seteguk dijadikan masalah begini." Suara nara pelan tapi bisa didengar jelas oleh lim kusuma dan dewi.

Dewi menatap prihatin kearah nara yang masih tetap menunjukkan sikap angkuhnya.

"Ra, maksud papa itu bukan membesar besarkan masalah. Hanya saja, yang semalam kamu lakukan itu sedikit kurang baik. Ada nama keluarga wijaya yang kamu bawa dan itu takutnya bisa berdampak buruk bagi kita."

Nara tertawa sinis.

"Yang kalian pikirkan hanya sebatas reputasi saja. Kelur masuk club malam minum disana melepas penat kan memang sudah jadi rutinitas kaum elit seperti kita, jadi saya rasa apa yang saya lakukan itu tidak akan memberi dampak buruk untuk nama baik keluarga ini."

Lim kusuma mengetatkan rahang, emosinya dipancing dengan baik oleh menantunya ini.

"Berhenti bertingkah sebelum saya bisa melakukan hal kejam padamu."

Lim kusuma bangkit, meninggalkan istrinya hanya berdua dengan nara disana.

"Ra, kami tidak berniat menghakimi kamu. Kami hanya ingin, mari kita sama-sama menjaga nama baik keluarga agar tidak ada yang dirugikan karena semuanya bisa memberi dampak yang tidak terduga."

Nara yang dengan tingkat ego tinggi tentu saja tidak terima mendengar diberi ucapan yang menurutnya memojokkan dirinya.

"Mama kenapa ga suka saya?"

Pertanyaan yang akhirnya keluar dari mulut nara.

Dewi sempat diam, tak menyangka kalau nara akan melontarkan pertanyaan semacam ini.

"Kenapa kamu berfikir seperti itu?"

"Jawab saja"

Ada senyum yang tertarik disudut bibir dewi, bukan senyum senang atau merendahkan lebih ke rasa kecewa yang kembali hadir.

"Mama ga pernah ngerasa ga suka kamu, hanya saja kita ga pernah bisa dekat untuk saling menunjukkan bagaimana mertua dan menantu yang seharusnya."

Nara tak terima dengan apa yang baru saja ibu mertuanya ucapkan.

"Mama itu suka mengatur, aku ga ngerti kenapa mama sebegitu ga sukanya sama aku."

"Mama ga pernah sekali pun mengucap kata ga suka sama kamu, ra. Bahkan interaksi kita sebagai mertua dan menantu tidak sedekat itu. Mama yang seharusnya tanya sama kamu, kenapa kamu begini? Menjauh sama orangtua suami mu? Bahkan mama rasa kamu juga menjauhkan bisa dari kami, orangtuanya."

Nah, sudah dibuka dengan jelas begini saja nara masih tak mau menerima kalau kesalah ada didirinya malah makin lantang menyela tanpa tau diri.

"Aku ga dianggap disini, kalian hanya menganggap aku sebatas alat untuk melahirkan keturunan kalian ga pernah tau gimana jadi aku."

Ini sedikit aneh terdengarnya, nara melimpahkan kesalahan yang tidak pernah benar benar dewi lakukan sebagai seorang ibu bahkan mertua. Dewi ingin mendekat membangun hubungan selayaknya ibu mertua dengan menantunya tapi sejak awal yang menjauh itu nara bukan karena dirinya tak menyukai siapa yang menjadi pilihan putranya.

Tapi jujur saja, dewi memang pernah mencetuskan agar wisnu menikah lagi karena emosinya saat itu sudah kelewat batas. Dideoan keluarga besar, nara mengamuk memaki semua orang hanya karena semua terlalu antusias atas kelahiran bayi mungil dari salah satu anggota keluarga. Dewi menanggung malu bahkan lim kusuma saja sampai mengamuk saat sampai dirumah dan wisnu, jangan tanya bagaimana perasaan malu bahkan sakit hatinya wisnu saat itu.

#Happyreading

1
Anonymous
Syukkaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!