NovelToon NovelToon
Beauty And The Beast

Beauty And The Beast

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Action / Romantis / Balas Dendam / Nikah Kontrak
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ceriwis07

Saga, sang CEO dengan aura sedingin es, tersembunyi di balik tembok kekuasaan dan ketidakpedulian. Wajahnya yang tegas dihiasi brewok lebat, sementara rambut panjangnya mencerminkan jiwa yang liar dan tak terkekang.

Di sisi lain, Nirmala, seorang yatim piatu yang berjuang dengan membuka toko bunga di tengah hiruk pikuk kota, memancarkan kehangatan dan kelembutan.

Namun, bukan pencarian cinta yang mempertemukan mereka, melainkan takdir yang penuh misteri.

Akankah takdir merajut jalinan asmara di antara dua dunia yang berbeda ini? Mampukah cinta bersemi dan menetap, atau hanya sekadar singgah dalam perjalanan hidup mereka?

Ikuti kisah mereka yang penuh liku dan kejutan di sini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Beauty and The Beast 33

Saat Rafael dan Saga memasuki klub malam itu, mereka langsung disambut oleh pemandangan yang memukau sekaligus menyesakkan.

Musik berdentum keras, lampu-lampu sorot menari-nari, dan aroma parfum bercampur alkohol memenuhi udara. Namun, yang paling mencolok adalah kehadiran para wanita berpakaian minim yang menawarkan diri dengan tatapan menggoda.

"Selamat datang, Tuan-tuan," sapa seorang wanita dengan senyum menggoda. "Apakah Anda mencari teman untuk malam ini?"

Sebelum Rafael sempat menjawab, beberapa wanita lain sudah mengerubungi mereka, menawarkan diri dengan berbagai cara. Ada yang mengelus lengan Rafael, ada yang berbisik menggoda di telinga Saga.

"Mari, Tuan. Kami akan membuat malam Anda tak terlupakan," kata seorang wanita sambil melingkarkan tangannya di leher Rafael.

Saga, yang merasa risih dengan perhatian berlebihan itu, berusaha menghindar. Namun, seorang wanita dengan pakaian sangat minim justru semakin mendekat dan tanpa ragu mengelus benda keramatnya.

"Oh, Tuan. Anda pasti sangat menikmati ini," bisik wanita itu dengan nada menggoda.

Seketika, mata Saga memancarkan kemarahan. Dengan gerakan cepat, ia mencengkram pergelangan tangan wanita itu dengan kuat.

"Jangan sentuh aku," desis Saga dengan nada dingin.

Wanita itu meringis kesakitan, tapi tetap mempertahankan senyumnya yang dibuat-buat, seolah-olah perlakuan kasar seperti ini sudah menjadi bagian dari pekerjaannya sehari-hari.

Rafael, yang melihat kejadian itu, merasa jijik dan marah. Ia tidak menyangka bahwa tempat Madam Sahara ini benar-benar menjijikkan dan merendahkan martabat wanita.

"Cukup!" bentak Rafael. "Kami tidak tertarik dengan tawaran kalian. Kami mencari Madam Sahara."

Para wanita itu terkejut dengan bentakan Rafael. Mereka saling bertukar pandang, lalu mundur perlahan.

"Madam Sahara tidak menerima tamu sembarangan," kata seorang wanita dengan nada sinis. "Anda harus punya alasan yang kuat untuk bertemu dengannya."

"Kami punya urusan penting dengannya," balas Rafael. "Katakan padanya bahwa Rafael dan Saga ingin bertemu dengannya."

Para wanita itu terdiam sejenak, lalu salah satu dari mereka pergi menyampaikan pesan Rafael dan Saga kepada Madam Sahara.

Sambil menunggu, Rafael dan Saga mengamati sekeliling dengan seksama. Mereka melihat para pria hidung belang yang sedang menikmati layanan para wanita, para penjaga bertubuh besar yang mengawasi setiap sudut ruangan, dan suasana penuh kemewahan palsu serta kesedihan tersembunyi.

"Tempat ini benar-benar neraka," gumam Rafael.

Setelah beberapa saat, wanita yang tadi pergi kembali dengan wajah serius.

"Madam Sahara bersedia menerima Anda," katanya. "Ikut saya."

Wanita itu membawa Rafael dan Saga menuju sebuah lift pribadi yang dijaga oleh dua orang bodyguard bertubuh besar. Mereka masuk ke dalam lift dan naik ke lantai atas.

Saat pintu lift terbuka, mereka disambut pemandangan lebih mewah dan eksklusif. Mereka berada di sebuah penthouse luas dengan pemandangan kota yang memukau.

Di tengah ruangan, duduk seorang wanita paruh baya dengan pakaian mewah dan perhiasan berkilauan. Wanita itu tersenyum sinis sambil menatap Rafael dan Saga.

"Selamat datang di tempatku," kata wanita itu dengan suara dingin dan menusuk. "Aku Madam Sahara."

Madam Sahara mempersilakan Rafael dan Saga duduk, namun keduanya tetap berdiri, mata mereka menyapu seisi ruangan dengan waspada.

"Langsung saja, apa yang membawa kalian kemari?" tanya Madam Sahara, suaranya dingin namun menyimpan nada ingin tahu.

Rafael maju selangkah, matanya menatap tajam Madam Sahara. "Kami mencari Nirmala."

Wajah wanita paruh baya itu sempat berkerut, nampak berpikir sejenak, kemudian ia mengembalikan raut wajahnya seperti semula.

"Dia diculik oleh Reno, dan kami tahu dia ada di sini," jawab Rafael, suaranya tegas.

Madam Sahara mengangkat alisnya, ekspresinya menunjukkan minat. "Reno? Dia punya selera yang bagus. Tapi sayang sekali, dia tidak memberitahuku bahwa ada yang mencarinya."

Saga mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi. "Di mana dia?"

Madam Sahara tersenyum sinis. "Sayangnya, kalian terlambat. Nirmala sudah menjadi bagian dari koleksiku. Dan malam ini, dia akan menjadi bintang utama dalam lelang eksklusifku."

Rafael dan Saga terkejut mendengar perkataan Madam Sahara. "Lelang?" tanya Rafael, suaranya bergetar karena marah.

Saga, meski amarahnya meluap, berusaha tetap tenang. Ia perlahan duduk kembali dan mengambil ponselnya. Dengan gerakan cepat, ia mengusap layar dan mengarahkan ponselnya ke arah Madam Sahara.

Wanita itu tampak membulatkan matanya dengan sempurna. Ekspresi terkejut jelas terpancar dari wajahnya yang biasanya dingin dan angkuh.

Di layar ponsel Saga, terpampang foto seorang gadis muda yang cantik, tersenyum cerah di depan sebuah universitas ternama di luar negeri. Gadis itu adalah anak perempuan Madam Sahara.

"Kau… dari mana kau mendapatkan foto itu?" tanya Madam Sahara, suaranya bergetar.

Saga tersenyum tipis, tanpa kehangatan. "Kami punya banyak cara untuk mendapatkan informasi yang kami butuhkan. Termasuk tentang putri kesayanganmu yang sedang kuliah di luar negeri."

Madam Sahara menelan ludah, wajahnya mulai pucat. Ia tahu bahwa Saga dan Rafael bukan orang sembarangan. Mereka tahu terlalu banyak tentang dirinya dan keluarganya.

Di tempat lain,

Nirmala dibawa ke sebuah ruangan kecil di belakang panggung. Beberapa pelayan sudah menunggu dengan peralatan make-up dan kostum rumit.

"Cepat! Kita tidak punya banyak waktu," bentak seorang pelayan dengan nada kasar.

Nirmala hanya bisa menunduk, pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya.

Para pelayan mulai mendandani Nirmala dengan kasar. Mereka menjambak rambutnya dengan kuat saat menata, membuat Nirmala meringis kesakitan.

"Jangan bergerak!" bentak seorang pelayan sambil menarik rambut Nirmala.

Setelah selesai didandani dengan pakaian seksi yang kurang bahan, Nirmala dibawa ke atas panggung dan dikurung dalam sangkar. Tubuhnya didorong keras oleh pelayan itu hingga ia terjatuh.

Dengan sengaja, pelayan itu menginjak tangan Nirmala. "Ups… nggak sengaja," katanya sambil tersenyum sinis, semakin senang melihat Nirmala meringis kesakitan.

"Kamu akan membayar ini semua," geram Nirmala.

"Hei, jangan ganggu dia," teriak wanita yang juga berada di dalam sangkar. Ia juga didandani dengan pakaian serupa, yang mampu membangkitkan hasrat para pria yang memandangnya.

Pelayan itu segera menghampiri wanita yang meneriaki, dengan cepat tangannya masuk ke dalam sangkar dan menarik kuat rambut panjang wanita itu.

"Jangan macam-macam! Status kalian di sini adalah barang, tidak lebih tinggi dari statusku meski aku hanya seorang pelayan. Tapi aku tidak diperjualbelikan," ujar wanita itu sambil melepaskan tarikan tangannya dengan kasar hingga kepala wanita itu membentur jeruji besi.

Sebelum lelang dimulai, Saga dan Rafael sudah mengatasi wanita itu. Saga menawarkan kesepakatan, jika wanita itu melepaskan Nirmala, Saga akan langsung pergi menjauh, tidak mengusik anaknya, dan tidak menghancurkan bisnisnya.

Madam Sahara terkejut saat Saga memperkenalkan diri dengan menyebut nama belakangnya. Ingatan wanita tua itu pecah seperti kaca yang memiliki magnet saling tarik-menarik.

Dengan berat hati, Madam Sahara akhirnya menyetujui kesepakatan itu. Ia memerintahkan anak buahnya untuk membawa Nirmala ke ruangannya.

"Bawa dia ke ruanganku sekarang!" perintah Madam Sahara dengan nada getir.

Namun, dengan cepat Saga menolak. "Maaf, Madam. Tapi kami ingin menjemput Nirmala sendiri. Kami tidak percaya pada anak buahmu."

Madam Sahara mendengus. "Kau tidak percaya padaku?"

"Kepercayaan itu mahal, Madam. Dan kami tidak punya cukup uang untuk membelinya," balas Saga dengan senyum tipis.

Madam Sahara menyetujui, dengan syarat Saga dan Rafael ditemani oleh pengawalnya. "Baiklah. Tapi ingat, jangan macam-macam di sini."

"Kami hanya ingin Nirmala," jawab Rafael dengan nada tegas.

Mereka pun memasuki ruang lelang.

Di atas panggung, ternyata ada lebih dari dua puluh sangkar. Mata Saga mengedar, mencari keberadaan Nirmala.

"Di mana dia?" gumam Rafael cemas.

Saat melihatnya, ia langsung berlari menuju sangkar tempat Nirmala dikurung.

"Nirmala!" panggil Rafael dengan suara pelan.

Saga memerintahkan pengawal Madam Sahara untuk membuka pintu sangkar. "Buka pintunya sekarang!"

Pengawal itu ragu-ragu, menatap Madam Sahara untuk meminta persetujuan. Madam Sahara mengangguk dengan enggan.

Pintu sangkar terbuka. Nirmala masih belum menyadari apa yang terjadi. Ia hanya bisa bergelut dengan pikirannya sendiri, mengira jika pembelinya sudah datang.

"Siapa kau?" tanya Nirmala dengan suara bergetar, tanpa berani menatap wajah orang yang ada di depannya. "Apa kau yang akan membeliku?"

Aroma maskulin yang tidak asing memaksanya untuk mencari tahu, perlahan Nirmala mendongak, saat matanya dan Saga bersirobok ia pun langsung memeluk tubuh Saga erat.

Saga tersenyum, ia memejamkan matanya menikmati pelukan hangat, ia sangat merindukan wanita ini.

Tak melihat nya sedetik saja membuat jantung nya berdebar kencang, tak nyaman.

Saga memakaikan jaket, yang sedari ia bawa di lengannya menutupi tubuh Nirmala, ia menyadari bahwa Nirmala kedinginan juga pandangan mata lapar dari pria yang ada di sana.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Saga, Nirmala menggeleng pelan, "Katakan," lanjut Saga.

"Dia, menginjak tanganku juga menjambak rambutku," tunjuk Nirmala pada satu pelayan yang berdiri berjejer rapi.

Saga mengangguk, ia melangkah maju, lalu menarik rambut wanita yang di tunjuk oleh Nirmala dengan kencang hingga tertinggal beberapa helai di tangannya.

Tubuhnya oleh dan ambruk, "Akh... Sakit, ampun. Maafkan aku," jerit wanita yang ditunjuk oleh Nirmala, menggema.

"Ini balasan atas apa yang kamu lakukan pada wanitaku," ucap Saga sambil terus menginjak tangan mungil itu dengan sepatu kulit nya.

Setelah merasa cukup Saga menarik pundak Nirmala mengajak serta Rafael meninggalkan tempat terkutuk itu.

Bom....

Baru saja ketiga nya memasuki mobil, terdengar suara dentuman keras, ya tempat itu di pasang bom oleh anak buahnya.

Bukan Saga namanya, jika tidak meninggalkan jejak di setiap tempat yang ia pijak.

Sebelum nya mereka sudah sempat membawa pergi para wanita lelang.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!